Obat Diabetes Produksi Indonesia Diekspor ke Polandia
alah satu perusahaan farmasi nasional, PT Ferron Par Pharmaceuticals, secara resmi mulai mengekspor obat diabetes ke Polandia, Selasa (2/7/2019), di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Perluasan pasar ekspor ini diharapkan mampu mendukung penguatan perekonomian nasional pada masa depan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Salah satu perusahaan farmasi nasional, PT Ferron Par Pharmaceuticals, secara resmi mulai mengekspor obat diabetes ke Polandia, Selasa (2/7/2019), di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Perluasan pasar ekspor ini diharapkan mampu mendukung penguatan perekonomian nasional pada masa depan.
Direktur Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji mengatakan, Polandia merupakan negara ketiga setelah Inggris dan Belanda yang menjadi negara tujuan ekspor di wilayah Eropa.
”Kami terus berkomitmen mengembangkan pasar ekspor sejak ekspor perdana dilakukan ke Myanmar pada 1993. Setelah itu, kami terus merambah pasar tujuan ekspor lainnya hingga ke empat benua, yaitu Afrika, Amerika, Asia, dan Eropa,” ujarnya.
Kami terus berkomitmen mengembangkan pasar ekspor sejak ekspor perdana dilakukan ke Myanmar pada 1993. Setelah itu, kami terus merambah pasar tujuan ekspor lainnya hingga ke empat benua yaitu Afrika, Amerika, Asia, dan Eropa.
Saat ini produk terbaru yang diekspor oleh Ferron adalah Avamina SR®. Produk yang diekspor ke Polandia ini produk dengan zat aktif metformin berteknologi sustained release (SR). Teknologi ini dirancang menyederhanakan dosis sehingga konsumsi obat menjadi cukup sekali dalam sehari dari sebelumnya tiga kali sehari.
Krestijanto menilai, ekspor ini membuktikan, produk Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dengan teknologi lepas lambat atau sustained release dengan harga bersaing dan kualitas yang memenuhi standar internasional. Devisa negara pun diharapkan bisa meningkat dengan adanya perluasan ekspor produk dalam negeri.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengemukakan, keberhasilan PT Ferron memperluas pasar ekspor ini semakin memperkuat peranan industri farmasi dalam pengembangan perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Dalam RIPIN itu disebutkan, industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama
(prime mover) perekonomian pada masa yang akan datang. Untuk itu, perkembangan industri farmasi dan bahan farmasi terus didorong melalui berbagai kemudahan dan insentif, seperti pengurangan pajak dan beban bea masuk yang ditanggung pemerintah.
Pemerintah juga memberikan dukungan fiskal terhadap pertumbuhan industri farmasi melalui beragam pengurangan pajak, seperti tax alllowance, tax holiday, serta super deductible tax.
”Insentif pengurangan pajak itu diberikan bagi industri yang terlibat dalam program vokasi dan inovasi agar siap dengan dunia digital sehingga dapat bersaing dalam memasuki revolusi industri keempat,” ujar Achmad.