Investor Lirik Kertajati, Area Komersial Disiapkan
Investor domestik dan mancanegara mulai melirik Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka seiring aktivitas penerbangan di bandara yang kembali menggeliat. Pengelola bandara menyiapkan area komersial seluas 12 hektar.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Investor domestik dan mancanegara mulai melirik Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka seiring aktivitas penerbangan di bandara yang kembali menggeliat. Pengelola bandara menyiapkan kawasan komersial seluas 12 hektar untuk menunjang kebutuhan penumpang.
”Sudah banyak pengusaha yang ingin berinvestasi di Kertajati karena bandara semakin ramai. Kami akan segera menyeleksi sesuai prosedur. Yang paling mendesak, pembangunan hotel,” ujar Direktur PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati M Singgih kepada Kompas, Senin (1/7/2019), di Kabupaten Majalengka. PT BIJB merupakan badan usaha milik Pemerintah Provinsi Jabar yang mengelola Bandara Kertajati.
Pihaknya pun telah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan kawasan komersial seluas 12 hektar yang berjarak sekitar 600 meter dari terminal BIJB Kertajati. Menurut rencana, kawasan yang masih berupa tanah lapang itu akan mencakup area hotel, perdagangan, taman publik, dan tempat pertemuan bisnis.
Area hotel dibagi tiga, yakni untuk bintang dua seluas 4.439 meter persegi, bintang tiga 6.926 meter persegi, dan bintang empat seluas 13.322 meter persegi. Area itu diharapkan mendukung kegiatan operasional bandara.
Saat ini, hotel bintang tiga terdekat berjarak sekitar 30 kilometer dari bandara. Hotel lain terdapat di Cirebon, sekitar 64 kilometer dari bandara.
”Sudah ada 16 pengusaha yang berminat membangun hotel bintang dua dan tiga. Kami juga sedang menjajaki sejumlah mitra untuk mengelola kawasan komersial tersebut. Kami terbuka kepada siapa pun yang ingin membangun fasilitas penunjang bandara,” lanjut Singgih.
Ia optimistis, dalam setahun ke depan, kawasan komersial yang diprediksi menelan investasi Rp 877 miliar itu dapat beroperasi. Apalagi, konsep yang ditawarkan adalah built-operate-transfer atau bangun-guna-serah.
Dalam setahun ke depan, kawasan komersial yang diprediksi menelan investasi Rp 877 miliar itu dapat beroperasi. Apalagi, konsep yang ditawarkan adalah built-operate-transfer atau bangun-guna-serah.
Artinya, investor dapat memanfaatkan kawasan itu dengan mendirikan bangunan dan diserahkan kembali dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu, investor tidak perlu lagi membeli tanah, termasuk mengurus pembebasan lahan.
Lahan seluas 3.480 hektar di sekitar bandara juga tengah dirancang sebagai kota bandara (aerocity). Kawasan yang dikelola oleh PT BIJB Aerocity Development itu berjarak sekitar 80 kilometer dengan Pelabuhan Patimban, Subang. Selain area energi dan kedirgantaraan, kawasan bisnis seperti properti juga diproyeksikan tumbuh.
”Sudah ada sejumlah investor yang menjajaki kawasan itu, seperti dari China dan Dubai, Uni Emirat Arab. Mereka tertarik membangun aerocity,” lanjut Singgih.
Menurut dia, investor semakin tertarik dengan Kertajati seiring aktivitas penerbangan di bandara tersebut. Mulai 1 Juli, seusai turunnya izin Kementerian Perhubungan, terdapat 48 frekuensi penerbangan mendarat ataupun lepas landas pada pukul 06.00-21.00.
Rute penerbangan menuju 12 kota. Dalam sehari terdapat 6 penerbangan ke Denpasar, 4 penerbangan ke Surabaya, 3 penerbangan ke Medan, dan masing-masing 2 penerbangan ke Palembang dan Pekanbaru. Adapun penerbangan ke Makassar, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, dan Lombok dilayani sekali sehari. Rute tersebut merupakan rute pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung.
Sebelumnya, sejak 21 Mei 2019, Kertajati sama sekali tidak melayani rute penerbangan. Padahal, setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2018, Kertajati sempat melayani penerbangan ke Surabaya, Balikpapan, Semarang, Jakarta, bahkan Madinah, Arab Saudi.
Dengan pemindahan rute tersebut, area komersial di terminal bandara perlahan mulai disewa. PT BIJB Kertajati mencatat, dari 103 tempat, sebanyak 38 area telah laku, antara lain untuk toko oleh-oleh dan kuliner. Luas areanya variatif, mulai dari 36 meter persegi hingga 168 meter persegi. Sebelum pemindahan rute, hanya 11 area yang telah disewa.
Executive General Manager Angkasa Pura II Cabang BIJB Kertajati Ibut Astono optimistis, Kertajati bakal berkembang pesat. ”Dari 17 penerbangan yang berangkat dari Kertajati, rata-rata tingkat keterisian pesawat lebih dari 70 persen. Ini pertanda baik,” ujarnya.
Meski demikian, menurut anggota Komisi V DPR Fraksi Gerindra, Bambang Haryo, pemerintah mesti segera menyelesaikan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) agar mempercepat waktu tempuh Bandung-Kertajati menjadi 45 menit. Saat ini, waktu tempuh mencapai 2,5 jam sampai 3 jam.
”Tarif, termasuk harga tiket di Kertajati, juga harus lebih murah dibandingkan Bandara Husein atau Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Kalau enggak, Kertajati bakal ditinggalkan,” ujarnya.