Jalan nasional Trans-Sulawesi yang menjadi penghubung utama antarkabupaten dan provinsi di Pohara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, ambles sepanjang 50 meter.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·2 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Jalan nasional Trans-Sulawesi yang menjadi penghubung utama antarkabupaten dan provinsi di Pohara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, ambles sepanjang 50 meter. Akses jalan pun ditutup sementara sehingga membuat kemacetan panjang.
Jalan di batas Kota Kendari-Pohara di Desa Pohara, Kecamatan Sampara, itu ambles sejak Selasa (2/7/2019) pagi. Sebagian badan jalan yang berbatasan langsung dengan Sungai Konaweha ini turun sedalam setengah meter sehingga tidak bisa dilalui.
Tanszil (30), warga Kendari, mengatakan, kemacetan panjang terjadi di jalur tersebut karena amblesnya jalan. Kendaraan harus melintas satu-satu karena rawan dan berbahaya. ”Pagi tadi masih bisa dilintasi. Harus satu-satu lewat, itu pun cuma kendaraan kecil yang boleh lewat. Makanya, panjang sekali macetnya,” ucapnya.
Jalan ini merupakan akses utama menuju Kota Kendari, ibu kota Sultra. Kendaraan, terutama truk, memilih jalan ini untuk melintas masuk ke Kota Kendari dari sejumlah wilayah kabupaten, termasuk luar provinsi, seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Wilayah II Kendari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Rudi Rachdian menyampaikan, badan jalan di Kilometer 22 itu turun sekitar 60 sentimeter. Lebih dari setengah badan jalan ambles sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
”Sekarang tidak bisa dilalui. Kami sarankan untuk mengambil jalan alternatif lain,” ucapnya saat dihubungi dari Kendari.
Menurut Rudi, beberapa hal diduga menjadi penyebab amblesnya jalan. Terlebih, sebagian penampang jalan yang berbatasan dengan sungai memang telah ambles sebelumnya. Banjir yang merendam wilayah Sultra beberapa waktu lalu membuat air sungai naik dan terus menggerus sisi penampang jalan.
Air sungai yang tinggi diperkirakan masuk ke dalam pori-pori jalan. Ketika air surut, bagian tengah jalan menjadi berongga. Hal itu bisa memicu amblesnya badan jalan. Selain itu, sebuah pipa utama PDAM juga melintang di bagian bawah jalan. Air yang merembes membuat struktur tanah melemah dan tergerus.
Penanganan sementara, tambah Rudi, segera dilakukan. Penanganan dengan timbunan, jembatan bailey, atau memperlebar jalan menjadi beberapa alternatif. ”Kami akan segera melakukan penanganan mulai hari ini sebab jalan ini menjadi akses utama ke Konawe dan Sulawesi Selatan, juga ke Konawe Utara dan Sulawesi Tengah. Alternatifnya bisa memutar ke arah bandara, tetapi pasti lumayan jauh,” ujarnya.