SPIELBERG, SENIN – Max Verstappen kerap dijuluki sebagai “si banteng mengamuk” karena agresivitasnya di balap Formula 1. Seiring waktu, pebalap tim Red Bull itu kian matang dalam membalap yang dia buktikan dengan memenangi seri Austria, Minggu (30/6/2019) malam tanpa terkena penalti.
Pebalap asal Belanda itu dipastikan berhak membawa pulang trofi kemenangan di seri Austria tanpa buntut masalah. Pada Senin (1/7) dini hari WIB, Federasi Balap Mobil Internasional (FIA) mengonfirmasi, Verstappen tidak melanggar aturan dalam insiden senggolan dengan pebalap Ferrari, Charles Leclerc, di tikungan ketiga pada putaran ke-69 atau menjelang akhir balapan itu.
Ketika itu, keduanya tengah bersaing sengit menuju podium teratas. Verstappen dan Leclerc sempat dipanggil menghadap pengawas balapan seusai melintasi garis finis. Memori kontroversi di seri Kanada yang berujung penalti lima detik pebalap Ferrari, Sebastian Vettel, menyusul insiden serupa mendadak muncul kembali.
“Jika itu sampai dipermasalahkan (senggolan mobil), lebih baik kami (para pebalap), tinggal di rumah saja. Jika hal semacam itu tidak diperbolehkan di balapan, apa gunanya ada F1?” gugat Verstappen seusai balapan itu seperti dikutip Crash.
Dalam keterangan resminya, FIA menyatakan senggolan ban mobil Verstappen dan Leclerc di Sirkuit Red Bull Ring, Austria, adalah murni insiden balapan. “Kami memandang tidak ada satu pun dari mereka yang dapat disalahkan sepenuhnya atau sebagian dari insiden itu. Untuk itu, tidak ada tindak lanjut dari kami (sanksi penalti),” tulis FIA.
Leclerc, yang masih menanti kemenangan perdananya di F1, sedikit kecewa dengan putusan FIA itu. Dalam insiden itu, mobilnya disalip dan Verstappen. Leclerc lantas terpepet hingga ke trotoar lintasan dan menyenggol ban mobil Verstappen. Terlepas dari insiden itu, Leclerc mengakui keunggulan Verstappen dan Red Bull. “Saya kira, secara keseluruhan, Red Bull sangat bagus hari ini. Mereka bagus dalam mengelola ban,” ujarnya.
Ferrari, yang kembali kalah di momen krusial, menyatakan tidak mengajukan banding atas putusan pengawas balapan di Austria. Meskipun kecewa, bos tim Ferrari Mattia Binotto berkata, ia memilih mengabaikan hak banding itu demi kebaikan bersama di F1. “Seperti yang sering kami sampaikan, kita harus membiarkan para pebalap bertarung di lintasan tanpa dibelenggu banyak regulasi. Itu demi kebaikan F1,” ujarnya.
Kedewasaan
Rekaman balapan itu memang menunjukkan, tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Verstappen. Pebalap 21 tahun itu terlihat lebih sabar memanfaatkan peluang menyalip. Saat bertarung dengan Leclerc misalnya, ia tidak lagi gegabah dan memaksakan diri untuk unggul di depan. Ia sempat kehilangan posisi terdepan dari Leclerc dan tidak memaksakan “gerakan ganda” yang menjadi ciri khasnya sebelum akhirnya merebut kembali posisi teratas.
Kesabaran serupa terlihat di GP Monako, akhir Mei lalu. Saat itu, ia sabar menempel Lewis Hamilton, pebalap Mercedes, selama puluhan putaran. Ia tidak gegabah memaksakan diri menyalip pebalap pemuncak klasemen itu di sirkuit jalan yang sempit yang nyaris tidak memberikan ruang menyalip. Ia akhirnya memang gagal menyalip dan menang. Namun, dia setidaknya mampu meraih poin berharga.
Di musim sebelumnya, Verstappen identik dengan kecerobohan. Ia dianggap terlalu bernafsu dan menggebu-gebu saat membalap. Senggolan, tabrakan dengan rekan setim, dan penalti berkali-kali menimpanya. Tak heran, majalah F1 Racing edisi Februari 2019 menulis, Verstappen bak banteng mengamuk yang hanya memikirkan kemenangan. “Bisakah Red Bull menjinakkan mahluk buas yang tinggal di dalamnya?” tulis F1 Racing.
Verstappen berkata, dirinya telah belajar dari banyak pengalaman balapan meskipun itu tidak akan mengubah karakter dirinya yang agresif dan sangat kompetitif. “Ayah saya (Jos Verstappen) berkata bahwa saya sesungguhnya cukup cepat meskipun saya mengira itu pelan. Saya mendapatkan pemahaman itu pasca-balapan di Monako (2018). Itu tampaknya membuat saya semakin cepat dari sebelumnya, namun tanpa kesalahan,” ujarnya di majalah itu.