JAKARTA, KOMPAS — Pelatihan dan sertifikasi akan meningkatkan keterampilan dan standar tenaga kerja. Dengan cara itu, pekerja bisa semakin berdaya saing.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip pada Senin (1/7/2019) menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia per Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang. Dari jumlah itu, 129,36 juta orang di antaranya bekerja. Adapun tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,01 persen.
Berdasarkan lapangan pekerjaan di laman BPS, 7,62 juta orang bekerja di sektor konstruksi per Februari 2019. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan Februari 2018 yang sebanyak 7,06 juta orang.
Mengacu pada data Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sejak 2017 sampai dengan 28 Juni 2019, sebanyak 235.845 tenaga kerja konstruksi dilatih dan disertifikasi. Tahun ini, pemerintah menargetkan 212.000 orang dilatih dan disertifikasi.
Hingga kini tercatat 637.758 tenaga kerja konstruksi bersertifikat, yang terdiri dari 195.431 tenaga ahli dan 442.327 tenaga terampil.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanuddin mengatakan, pelatihan dan sertifikasi akan membuat tenaga kerja konstruksi dapat bersaing di pasar tenaga kerja konstruksi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kapasitas pekerja meningkat karena tenaga kerja mesti lulus uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat.
”Sertifikasi meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja yang bersertifikat sesuai dengan kualifikasi dan klasifikasi keterampilannya. Mereka juga bisa bekerja di luar negeri,” kata Syarif di Jakarta.
Menurut dia, program tersebut merupakan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Melalui program pelatihan dan sertifikasi, Syarif berharap selisih jumlah tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat dan tidak bersertifikat akan mengecil.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kontraktor Indonesia Joseph Pangalila mengapresiasi program pelatihan dan sertifikasi yang gencar dilakukan pemerintah selama tiga tahun terakhir. Menurut dia, sertifikasi telah meningkatkan dan menyeragamkan kemampuan tenaga kerja konstruksi.
Produktivitas
Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia Andy William Sinaga menyebutkan, produktivitas dan daya saing sumber daya manusia di bidang industri mesti ditingkatkan. Caranya, melalui perubahan dan perbaikan secara bertahap, salah satunya dengan merevitalisasi balai latihan kerja.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Firman Bakri menuturkan, Indonesia mesti membenahi produktivitas tenaga kerja jika ingin menangkap peluang pasar. Selama ini banyak pelaku industri, termasuk di sektor alas kaki, yang sudah merelokasi usaha ke daerah.
”Di beberapa daerah tujuan relokasi, walaupun upah minimumnya lebih kompetitif, ketersediaan tenaga kerja terampilnya belum memadai. Itu tantangan kami,” kata Firman.