Era Revolusi Industri 4.0, Pendidik Dituntut Selalu Kembangkan Diri
Para guru dan dosen hendaknya harus selalu mengembangkan diri guna meningkatkan profesionalisme. Dorongan tersebut semakin menguat seiring dengan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan pada era revolusi industri 4.0.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·2 menit baca
KOMPAS, TANGERANG SELATAN — Para guru dan dosen hendaknya harus selalu mengembangkan diri guna meningkatkan profesionalisme. Dorongan tersebut semakin menguat seiring dengan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan pada era revolusi industri 4.0.
Hal itu mengemuka dalam pelaksanaan upacara wisuda periode II Universitas Terbuka untuk wilayah 3 dengan tema ”Pendidikan Karakter di Era Revolusi Industri 4.0” di Universitas Terbuka Convention Center, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (2/7/2019). Ada 1.427 mahasiswa yang diwisuda.
Dalam orasi ilmiahnya, dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka, Herman, mendorong para pendidik agar terus mengembangkan diri. Hal itu hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki motivasi yang kuat.
”Motivasi dari dalam diri lebih utama bagi guru. Kurangi kebergantungan dari luar, misalnya atasan yang mendorong motivasi tersebut,” ujarnya.
Menurut Herman, ada beberapa kiat yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi pendidik. Pertama, guru dan dosen harus selalu berpikir untuk maju. Jika mereka menyadari adanya kekurangan pada dirinya, harus ada paksaan untuk menutup kekurangan tersebut lewat usaha.
Kiat lainnya, pendidik harus selalu berusaha untuk berhasil mencapai tujuan hidupnya. Pencapaian kesuksesan merupakan salah satu cara untuk terus memotivasi diri. Kiat terakhir, pendidik harus bisa memelihara rasa malu.
”Jika pendidik tidak punya kompetensi yang baik, bagaimana ia dapat mengajar dengan baik. Dengan rasa malu, mereka akan selalu belajar lebih keras lagi,” katanya.
Ia menambahkan, ada sejumlah prinsip dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mesti dianut guru dan dosen untuk mencapai profesionalisme. Itu antara lain memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, serta memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
”Mereka wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,” katanya.
Tantangan pendidikan
Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat menambahkan, era revolusi industri 4.0 memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Utamanya dalam mempertahankan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.
”Hal itu penting agar budaya yang hadir di lingkungan masyarakat tidak tergerus oleh kecanggihan teknologi,” ujarnya.
Era revolusi industri 4.0 memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Utamanya dalam mempertahankan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.
Menurut Ojat, tantangan bagi pendidik menjadi nyata lantaran generasi muda dapat dengan mudah mempelajari apa pun secara otodidak melalui situs daring dan media sosial. Pendidik harus bisa mengarahkan anak didiknya untuk memanfaatkan informasi teknologi secara positif.
Jika tidak, para anak didik rentan mengalami perubahan sikap lantaran mereka sudah mengenal bermacam produk digital sejak kanak-kanak. Akibatnya, muncul kencenderungan generasi tersebut mengalami kecanduan gawai, perundungan siber atau penurunan moral dan akhlak.
”Dalam hal ini, literasi komputer dan internet bagi para pendidik mutlak dibutuhkan,” katanya.