Perpindahan Rute ke Kertajati, Antara Kemegahan dan Kebingungan
Mulai Minggu (30/6/2019), Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka mulai melayani sejumlah rute penerbangan pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Calon penumpang yang biasanya naik dan turun di Bandung pun mengalami pengalaman baru.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·5 menit baca
Mulai Minggu (30/6/2019), Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka mulai melayani sejumlah rute penerbangan pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Calon penumpang yang biasanya naik dan turun di Bandung pun mengalami pengalaman baru.
Mata Ratih Indahsari (21), warga Denpasar, Bali, menjelajah ke sekeliling Terminal Keberangkatan Bandara Kertajati di lantai 3, Minggu pagi. Tatapannya sempat terhenti pada sebuah dinding yang dipenuhi Megamendung, motif batik khas Cirebon.
“Megah sekali,” ucap penumpang AirAsia rute Kertajati-Denpasar tersebut mengomentari terminal bandara seluas 96.280 meter persegi itu. Ini jauh lebih besar dibandingkan terminal Bandara Husein. Bedanya, terminal di Kertajati masih lapang, belum ramai dengan toko dan kafe. Kertajati yang diresmikan Presiden Joko Widodo 24 Mei tahun lalu memang sempat sepi.
Di balik kekagumannya pada bandara seluas 1.800 hektar itu, Ratih menyimpan kebingungan. Seminggu lalu, ia berlibur ke Bandung dan turun di Bandara Husein. Namun, empat hari sebelum kembali ke Bali, ia menerima notifikasi peralihan penerbangan dari Husein ke Kertajati. Pada Mei, ia telah memesan tiket pulang dengan harga sekitar Rp 700.000.
Itu kali pertama ia mengetahui keberadaan Bandara Kertajati. Beruntung, Ratih punya kerabat di Majalengka. Ia lalu diarahkan untuk naik travel ke Majalengka dengan biaya Rp 100.000.
Sebenarnya, PT Bandara Internasional Jabar Kertajati dan Perum Damri telah menyiapkan bus gratis dari Bandung ke Kertajati selama sebulan. Ini sebagai bentuk kompensasi kepada penumpang karena pemindahan rute. “Enggak tahu, ada bus ke Kertajati. Kalau tahu saya naik itu saja,” ujarnya.
Berbeda lagi dengan Agung Purnomo (57), warga Dago, Bandung. Semalam sebelum keberangkatan anaknya melalui Kertajati, ia menanyakan ketersediaan kursi untuk bus Damri gratis dari Bandung. “Namun, saya tidak mendapatkan kejelasan. Katanya, tidak bisa booking. Harus datang langsung untuk berangkat pukul 04.00. Ya sudah saya naik mobil saja,” ujarnya.
Dengan biaya bensin sekitar Rp 125.000, Agung melewati jalan non tol Bandung – Sumedang – Majalengka lebih dari 2 jam. Beruntung, subuh hari macet belum mendera. Akses lainnya dapat melalui jalan tol dengan waktu tempuh lebih dari 2,5 jam.
Sebenarnya, pemerintah tengah membangun Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan yang dapat memangkas waktu tempuh dari Bandung ke Kertajati menjadi hanya 45 menit. Namun, jalan tol sepanjang 60 kilometer itu ditargetkan baru rampung 2020. “Makanya, saya bingung, kenapa rutenya dipindahkan ke Kertajati padahal Tol Cisumdawu belum jadi,” ujarnya.
Agung tiba-tiba menutup ceritanya ketika pengumuman persiapan boarding yang berbahasa Indonesia, Inggris, dan Sunda terdengar. Anaknya segera harus turun ke lantai 2 terminal yang juga masih lapang.
Pemerintah tengah membangun Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan yang dapat memangkas waktu tempuh dari Bandung ke Kertajati menjadi hanya 45 menit. Namun, jalan tol sepanjang 60 kilometer itu ditargetkan baru rampung 2020
Hanya ada satu kafe yang buka dan sebuah lounge. Toko kue yang sudah berdiri belum beroperasi pagi itu. Area untuk anak bermain juga tersedia. Untung saja, pengelola bandara membagikan teh dalam kemasan secara gratis bagi penumpang.
“Bandaranya megah tetapi tempat ngopi sedikit sekali. Ini harus diperbanyak,” ujar Tasiri, penumpang asal Indramayu. Ia bersyukur, Kertajati beroperasi sehingga jarak dari Indramayu lebih dekat, yakni satu jam, dibandingkan harus ke Jakarta dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Tidak menunggu lama, para penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata. Ada empat garbarata yang tersedia. Penerbangan di Kertajati tidak seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang padat sehingga penumpang kerap harus menaiki bus untuk menuju pesawat.
Pada Senin (1/7), Kertajati mulai dipadati penumpang dan pesawat. Terhitung 36 frekuensi penerbangan, baik yang mendarat dan terbang di Kertajati. Sebanyak 3.782 penumpang pun merasakan Kertajati. Adapun maskapai yang beroperasi adalah AirAsia, Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink, dan Xpress Air.
Pada Senin (1/7), Kertajati mulai dipadati penumpang dan pesawat. Terhitung 36 frekuensi penerbangan, baik yang mendarat dan terbang di Kertajati
Rute penerbangannya menuju 12 kota, yakni Denpasar 6 penerbangan sehari, Surabaya 4 penerbangan, Medan 3 penerbangan, serta Palembang dan Pekanbaru masing-masing dua penerbangan. Adapun Makassar, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, dan Lombok hanya sekali penerbangan sehari. Rute tersebut merupakan rute pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung.
Sejumlah penumpang yang turun di Kertajati pun tampak kebingungan mencari moda transportasi. Beberapa kali penumpang bertanya kepada pos yang diisi polisi. Petugas bandara dengan tanda berisi pengumuman “ask me” juga telah berdiri di lantai 1 terminal untuk mengarahkan penumpang. Namun, itu belum maksimal. Apalagi, tidak ada pengumuman bahwa penumpang dapat memilih aneka moda transportasi di lantai dasar.
Padahal, sudah ada 12 moda transportasi yang beroperasi di Kertajati menuju ke sejumlah daerah, seperti Bandung, Cikarang, Kuningan, Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu, dan Purwakarta, Majalengka (Maja, Tonjong, Rajagaluh, dan Cikijing), serta Jatinangor, Sumedang.
Adapun 12 operator transportasi itu adalah bus Damri, CTU Shuttle, ECA Shuttle, P-Trans Shuttle, Baraya Shuttle, Mekarsari Shuttle, Arnes Shuttle, Budiman Shuttle, Bhinneka Shuttle, Subat Trans Shuttle, dan Grab dengan tujuan sesuai pemesanan. Damri berangkat setiap dua jam sesuai jadwal penerbangan dari pukul 06.00 hingga 21.00.
“Akses transportasi sudah tidak ada masalah. Bus Damri bagi penumpang dari dan menuju Bandung gratis selama sebulan. Tarif moda lainnya juga telah diskon rata-rata 30 persen,” ujar Direktur PT BIJB M Singgih.
Anggota Komisi V DPR Fraksi Gerindra Bambang Haryo, yang sempat menjajal rute penerbangan Surabaya-Kertajati, mendorong pemerintah daerah membangun destinasi wisata di sekitar bandara. “Kalau di Bandung, saat transit, penumpang bisa jalan-jalan. Kalau di sini (Kertajati), penumpang mau ke mana?” ujarnya.
Kepala Subdit Sistem Penyelenggaraan Pelayanan dan Pengusahaan Bandar Udara Kementerian Perhubungan Cecep Kurniawan mengatakan, dalam seminggu ke depan, pihaknya mengumpulkan bahan evaluasi pengoperasian Kertajati, seperti kendala teknis dan kecenderungan penumpang. “Selanjutnya, kami akan sampaikan kepada Pak Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi),” ujarnya.