Tanaman Asli Kalimantan untuk Rehabilitasi DAS Kalsel
Pemulihan daerah aliran sungai di Kalimantan Selatan melalui rehabilitasi hutan dan lahan diupayakan berbasis bisnis tanaman kehutanan. Di samping bisa memperbaiki kerusakan lingkungan, upaya tersebut juga memberikan manfaat sosial ekonomi atau bisnis yang nyata bagi masyarakat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berencana memulihkan daerah aliran sungai (DAS) dengan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis bisnis tanaman kehutanan, seperti sengon. Pertimbangannya, memberi manfaat sosial ekonomi atau bisnis yang nyata kepada masyarakat. Rencana ini perlu diimbangi penanaman tanaman asli Kalimantan.
”Lahan kritis, terutama yang di luar kawasan hutan (konservasi) akan ditanami tanaman kayu yang memiliki nilai jual, misalnya sengon. Saat ini, permintaan sengon untuk bahan baku kayu lapis masih cukup tinggi,” kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel Hanif Faisol Nurofiq dalam Lokakarya Gerakan Nasional Pemulihan DAS Berbasis Bisnis Tanaman Kehutanan di Banjarmasin, Selasa (2/7/2019).
Luas lahan kritis di Kalsel lebih kurang 511.000 hektar, sekitar 200.000 ha di antaranya ada di luar kawasan hutan. ”Pada 2018, kami berhasil merehabilitasi lahan kritis seluas 29.500 hektar dengan ditanami berbagai jenis pohon. Hasilnya akan kelihatan dalam 2-3 tahun ke depan,” ujarnya.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan Hanif Faisol Nurofiq diwawancarai wartawan di Banjarbaru, Jumat (8/2/2019).Berdasar data rencana teknik rehabilitasi hutan dan lahan DAS tahun 2014, sasaran kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan pada DAS Barito seluas 741.519 ha. Tahun 2019, target rehabilitasi hutan dan lahan dalam upaya pemulihan DAS tersebut di Kalimantan Selatan seluas 8.300 ha.
Tahun ini, Dinas Kehutanan Kalsel kembali melibatkan lima Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang ada di Kalsel untuk mencapai target rehabilitasi hutan dan lahan dalam upaya pemulihan DAS seluas 8.300 ha. Beragam jenis tanaman yang akan ditanam, yaitu jenis kayu-kayuan, buah-buahan, dan tanaman sela.
Sekretaris Forum Komunitas Hijau Banjarmasin Hasan Zainuddin mengapresiasi program rehabilitasi DAS yang dilakukan Pemprov Kalsel. ”Namun, kami mengingatkan agar semua yang dilakukan jangan hanya berorientasi bisnis, tetapi harus lebih berorientasi pada ekologi atau lingkungan,” ujarnya.
Rehabilitasi hutan dan lahan dalam rangka pemulihan DAS sebaiknya tidak hanya menggunakan tanaman kayu budidaya, karena masih banyak kekayaan plasma nutfah asli Kalimantan yang jauh lebih bernilai dari kayu.
”Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan mestinya lebih berorientasi pada konservasi tanaman plasma nutfah asli Kalimantan yang sudah terancam punah, misalnya tanaman obat, kayu ulin, buah-buahan khas dan langka, serta rotan,” katanya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hudoyo mengatakan, DAS yang rusak harus segera direhabilitasi. Untuk merehabilitasinya bisa menggunakan tanaman buah-buahan maupun kayu-kayuan yang memiliki nilai jual.
”DAS yang berada di kawasan hutan lindung tentu lebih cocok ditanami buah-buahan dan hasil hutan bukan kayu. Namun, DAS yang berada di kawasan budidaya bisa ditanami tanaman kayu budidaya untuk diambil kayunya,” ujar Hudoyo.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Abdul Haris Makkie mengatakan, tahun ini merupakan tahun ketiga berjalannya gerakan revolusi hijau di Kalsel.
”Sejalan dengan sasaran gerakan nasional pemulihan DAS, gerakan revolusi hijau pada dasarnya juga bertujuan untuk menggerakkan seluruh komponen rakyat di Kalsel agar mereka peduli terhadap lingkungan melalui kegiatan penanaman pohon,” katanya.