Tunggu Realisasi Negosiasi
Bursa saham global menanjak pada awal pekan merespons kesepakatan Amerika Serikat dan China untuk mengurangi tensi perdagangan. Saat ini semua menunggu realisasi negosiasi.
TOKYO, SENIN— Mayoritas bursa saham di Asia ditutup melonjak, Senin (1/7/2019), diikuti pergerakan positif di bursa saham Eropa dan Amerika Serikat. Kesepakatan terbaru antara Pemerintah AS dan China diharapkan berlanjut dengan realisasi kesepakatan-kesepakatan yang konstruktif bagi perekonomian global.
Indeks Nikkei225 di Jepang dan Indeks Shanghai Composite sama-sama melonjak di atas 2 persen pada akhir perdagangan awal pekan ini. Indeks Nikkei ditutup di level 21.729 dan Indeks Shanghai Composite ditutup di level 3.044 pada saat bursa Hong Kong yang tutup karena bertepatan dengan hari libur.
Laju positif mayoritas bursa saham Asia pun berlanjut di Eropa. Bursa-bursa acuan di beberapa negara Eropa menanjak pada awal perdagangan. Indeks DAX di Jerman dan CAC 40 di Perancis menguat masing-masing hingga 1,26 persen dan 0,85 persen pada awal-awal perdagangan. Animo beli juga terasa di bursa saham Wall Street.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Sabtu (29/6/2019) sepakat mengurangi tensi perdagangan. Jika benar-benar direalisasikan, kesepakatan itu akan menghapus salah satu akar resesi ekonomi global.
”Kompromi yang dicapai antara Trump dan Xi pada pertemuan G-20 berjalan lebih dari yang diperkirakan, dengan Trump menunda tahap selanjutnya dari tarif dan membuka kembali kemampuan perusahaan AS untuk memasok Huawei,” kata ahli strategi mata uang RBC, Adam Cole. Namun, ia mengingatkan bahwa masih ada ”banyak ruang bagi pembicaraan perdagangan macet lagi di masa mendatang”.
Sebagaimana diberitakan, seusai pertemuan bilateral di Osaka, Jepang, Trump mengatakan, perusahaan AS sudah bisa menjual komponen ke Huawei. Trump juga mengatakan tidak akan menambah tarif impor produk China. Trump bahkan berencana menarik tekanan ekonomi terhadap China.
Realisasi atas semua ini akan dilakukan pada pertemuan delegasi kedua negara yang terhenti sejak 10 Mei 2019. Washington berjanji menunda tarif lebih lanjut dan menyatakan negosiasi dengan China ”kembali ke jalurnya”.
Implementasi kesepakatan AS-China, meski membutuhkan waktu, sangat dinantikan oleh komunitas global. Alasannya, data menunjukkan aneka aktivitas pabrik menyusut di sebagian besar Eropa dan Asia pada Juni. Para pembuat kebijakan pun berada di bawah tekanan untuk mengerahkan langkah-langkah lebih kuat guna mencegah resesi global. Perang dagang AS-China sejauh ini telah berefek negatif, terutama di sektor manufaktur dan memengaruhi rantai pasokan secara umum di dunia.
Data suram
Serangkaian data dari hasil survei bisnis di sejumlah kawasan yang dirilis awal pekan ini menunjukkan hasil yang suram. Meski survei digelar sebelum kesepakatan Trump-Xi tercapai, data itu menunjukkan adanya tekanan terhadap perekonomian global.
Sejumlah analis bahkan meragukan ”gencatan senjata” AS- China akan menyebabkan pelonggaran ketegangan yang berkelanjutan. Pada saat yang sama, ketidakpastian yang masih ada dapat mengurangi selera belanja perusahaan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan global.
”Masih terlalu dini berubah optimistis. Kedua negara layaknya hanya menendang kaleng di jalan dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute di Tokyo.
Shinke mengingatkan, aktivitas manufaktur global belum mencapai titik terendah, dalam arti bisa saja lebih buruk jika tekanan bertambah. Kepercayaan bisnis di AS, terutama dari produsen, melemah dan jika berlanjut dapat merugikan ekonomi di seluruh dunia.
Aktivitas pabrik di Zona Euro pada Juni, misalnya, menyusut lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu tergambar pada Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) IHS Markit. Sektor manufaktur Eropa yang bergantung pada ekspor Jerman terkontraksi untuk keenam kalinya berturut- turut sejak awal tahun; pada saat aktivitas di Italia menurun untuk bulan kesembilan dan Spanyol pun mengalami kondisi sama pada tingkat tercepat dalam lebih dari enam tahun. Aktivitas pabrik di Inggris anjlok paling tajam dalam lebih dari enam tahun.
”Sektor manufaktur global terus memburuk yang akan membebani pesanan ekspor,” kata Thomas Pugh, analis Capital Economics.
Kondisi yang relatif sama juga terjadi di Asia. China sebagai mesin ekonomi Asia, indeks manufakturnya juga jatuh hingga jauh dari ekspektasi pasar dan merupakan angka terburuk sejak Januari. Ini adalah pertama kalinya dalam empat bulan indeks itu ada di bawah batas netral.
Aktivitas manufaktur di Jepang juga mengalami kontraksi. Sepanjang Juni, aktivitas manufaktur Jepang berada di level paling rendah selama tiga bulan terakhir. Ini menjadi tanda-tanda kuat pelemahan permintaan secara global. Secara terpisah, survei Bank of Japan menunjukkan kepercayaan produsen besar mencapai level terendah.
Di Korea Selatan, aktivitas pabrik menyusut pada laju tercepat dalam empat bulan terakhir. Perlambatan perdagangan global mendorong perusahaan memangkas produksi.
(AP/AFP/REUTERS/BEN)