AS-Iran Didesak Menahan Diri
Dunia internasional meminta Iran dan AS menahan diri setelah pengumuman Iran telah memperkaya uranium melampaui batas yang disyaratkan Kesepakatan Nuklir 2015.
DUBAI, SELASA —Iran dan Amerika Serikat saling melemparkan kecaman setelah Teheran mengumumkan bahwa pengayaan uranium yang mereka lakukan telah melampaui batas yang diizinkan Kesepakatan Nuklir 2015.
Langkah Teheran itu langsung mengundang kecaman AS dan Israel, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan sejumlah negara lain meminta Iran menghentikan langkah itu dan tunduk pada Kesepakatan Nuklir 2015.
Presiden AS Donald Trump, kemarin, mengatakan, Iran telah ”bermain api”. Ketika ditanya media apa pesan yang akan disampaikan kepada Teheran, Trump mengatakan, ”Tak ada pesan untuk Iran. Mereka tahu apa yang dilakukannya dan mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan. Menurut saya, mereka bermain api.”
Sebelumnya Gedung Putih menyatakan bahwa AS dan sekutunya tidak akan membiarkan Iran membangun senjata nuklir dan akan melakukan tekanan maksimum pada Iran.
Jubir Gedung Putih Stephanie Grisham juga menyebutkan bahwa sesuai Kesepakatan Nuklir 2015, Iran tak diizinkan memperkaya uranium di level mana pun. ”Bahkan, sebelum kesepakatan itu muncul, Iran telah melanggarnya,” kata Grisham.
Menanggapi pernyataan Grisham mengenai pelanggaran Iran, Menlu Iran Mohammad Zarif hanya menjawab pendek di akun Twitter-nya, ”Ah, serius?”
Selama berada dalam Kesepakatan Nuklir, Iran selalu dinyatakan ”lulus” inspeksi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Hal itu juga diakui Direktur CIA Gina Haspel dalam kesaksiannya, Januari lalu, di Komite Intelijen Senat. ”Saat ini secara teknis Iran tunduk (pada kesepakatan).”
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengawasan Persenjataan Daryl Kimball juga menyebutkan bahwa tuduhan Gedung Putih tidak logis.
Siap tarik keputusan
Zarif, yang Senin malam mengumumkan bahwa Iran telah melampaui batas pengayaan uranium sebanyak 300 kilogram, menegaskan bahwa Iran tidak pernah melanggar Kesepakatan Nuklir 2015.
Ia menjelaskan, Iran bisa menarik kembali keputusannya asalkan ketiga negara Eropa (Jerman, Perancis, dan Inggris) beserta Rusia dan China memenuhi kewajibannya. Teheran berharap negara-negara yang terlibat dalam Kesepakatan Nuklir itu bisa menjualkan minyak Iran pada level April 2018 (sebelum AS menarik diri).
Seperti diberitakan, enam negara terlibat dalam Kesepakatan Nuklir 2015, yaitu AS, Rusia, China, Inggris, Perancis, Jerman. Inti kesepakatan adalah sanksi ekonomi untuk Iran dicabut asalkan Iran tidak mengembangkan senjata nuklir.
Namun, pada 2018, secara unilateral AS menarik diri dari kesepakatan itu dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. AS juga akan menghukum negara-negara yang bertransaksi dengan Iran. Sanksi itu berdampak kuat terhadap perekonomian Iran.
Jerman, Inggris, dan Perancis telah membentuk mekanisme pembayaran khusus yang disebut INSTEX untuk memfasilitasi perdagangan nondollar AS dengan Iran. Namun, bagi Teheran, INSTEX terlalu kecil dampaknya.
”Upaya yang dilakukan negara-negara Eropa tak cukup. Itu yang menyebabkan Iran tetap melanjutkan langkahnya. INSTEX baru permulaan dan belum diterapkan seutuhnya,” kata Zarif yang menegaskan bahwa Iran akan ”melanggar” satu demi satu persyaratan dalam kesepakatan sampai bisa kembali menjual minyak ke level April 2018.
Menurut sumber di Vienna, pengayaan uranium yang dilakukan Iran melampaui 2 kilogram, dari batas 300 kilogram. Terkait itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mendesak negara-negara Eropa menerapkan sanksi kepada Iran.
Trump, kemarin, berbicara dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron mengenai pelanggaran yang dilakukan Iran. Macron kemudian mengeluarkan pernyataan yang mendesak Iran untuk menghentikan langkah yang dilakukannya.
Hal senada juga disampaikan sekutu Iran, Rusia, yang meminta agar Teheran menahan diri dan tetap tunduk pada kesepakatan.
”Kami meminta Iran tidak terbawa emosi dan tetap fokus pada poin-poin kunci kesepakatan nuklir,” kata Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Konsekuensi alamiah
Rusia sebelumnya menyatakan, apa yang dilakukan Iran merupakan konsekuensi alamiah atas rangkaian kejadian belakangan ini dan akibat tekanan luar biasa yang datang dari AS. Moskwa meminta semua pihak tidak mendramatisasi langkah Iran.
China juga menyesalkan langkah Iran yang melakukan pengayaan uranium melebihi persyaratan kesepakatan. Namun, China menegaskan, tekanan maksimum yang dilakukan AS menjadi akar penyebab semua ketegangan.
”Kami meminta semua pihak untuk melihat masalah ini dari berbagai perspektif dan juga untuk jangka panjang. Semua pihak harus menahan diri dan bersama-sama menyelamatkan kesepakatan nuklir sehingga tidak terjadi eskalasi ketegangan,” kata jubir Deplu China, Geng Shuang.
(AFP/AP/REUTERS/MYR)