Dinilai Belum Optimal, Perikanan Budidaya Akan Digenjot
Pemerintah memastikan akan mendorong perikanan budidaya yang saat ini perkembangannya dinilai belum optimal. Potensi perikanan budidaya dinilai masih sangat besar.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memastikan akan mendorong perikanan budidaya yang saat ini perkembangannya dinilai belum optimal. Potensi perikanan budidaya dinilai masih sangat besar.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa (2/7/2019), di Jakarta, menyatakan, penerimaan negara dari perikanan budidaya masih sangat kecil. Oleh karena itu, sektor ini akan jadi prioritas garapan. ”Kami mau dorong betul,” kata Luhut.
Ia menyoroti kasus keramba jaring apung lepas pantai di Pangandaran (Jawa Barat), Sabang (Aceh), dan Karimunjawa (Jawa Tengah) yang mangkrak. ”Kami tidak mau kejadian seperti itu terjadi lagi karena Presiden (Joko Widodo) juga menegur kenapa budidaya ikan tidak jalan,” katanya.
Secara terpisah, Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria berpendapat, arah pengembangan perikanan budidaya harus menyentuh tiga hal, yakni pengembangan pembenihan agar makin mandiri dalam indukan, pengembangan bahan pakan alternatif yang lebih efisien, serta teknologi budidaya berbasis teknologi 4.0 yang lebih presisi.
”Sudah saatnya pengembangan potensi perikanan budidaya mengaplikasikan teknologi terkini. Revolusi Industri 4.0 perikanan menjadi keniscayaan,” kata Arif.
Pengembangan budidaya perikanan berbasis teknologi 4.0 sudah diterapkan oleh beberapa negara, seperti China dan Taiwan. Teknologi dimanfaatkan, antara lain, untuk mengontrol suhu, kualitas air, pemberian pakan, dan pertumbuhan ikan. Pembudidaya lokal pun memanfaatkan teknologi, tetapi cakupannya masih relatif kecil.
Saat ini, kata Arif, pihaknya sedang memulai penerapan teknologi untuk monitor terumbu karang dan pengelolaan wilayah pesisir di Kepulauan Seribu. ”Dibutuhkan peran pemerintah dan perguruan tinggi agar Indonesia tidak tertinggal dibandingkan negara lain,” ujarnya.