Tidak kompetitifnya beras disebabkan produksi padi yang mengandalkan tenaga manusia. Harga beras Vietnam dan Thailand lebih kompetitif karena mengandalkan mekanisasi dalam memproduksi padi.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga pasar domestik yang lebih mahal dibandingkan dengan sejumlah negara lain membuat Perum Bulog mengurungkan niat mengekspor besar. Padahal, sebelumnya, ekspor beras menjadi salah satu pilihan penyaluran beras yang dikelola Bulog.
Berdasarkan data dari International Rice Research Institute yang dipublikasikan pada 2016, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, memaparkan, ongkos produksi untuk menghasilkan 1 kilogram (kg) padi di Indonesia sebesar Rp 4.079, Vietnam Rp 1.679 per kg, Thailand Rp 2.291 per kg, India Rp 2.306 per kg, China Rp 3.661 per kg, dan Filipina Rp 3.224.
”Artinya, ongkos produksi padi Indonesia 2,5 kali lipat lebih mahal dibandingkan Vietnam. Saya perkirakan, perbandingan ini masih relevan hingga saat ini,” kata Rusli saat dihubungi, Rabu (3/7/2019).
Ia menyebutkan, komponen produksi yang paling tinggi ialah sewa tanah dan upah buruh lepas. Proporsi gabungan kedua komponen ini lebih dari 50 persen terhadap ongkos produksi.
Oleh sebab itu, lanjut Rusli, mekanisasi pertanian penting untuk memperbaiki daya saing harga beras Indonesia di pasar internasional. Mekanisasi dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan ongkos produksi beras.
Sementara itu, berdasarkan survei pasar, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menilai, beras Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. ”Harga beras kita tidak kompetitif dibandingkan negara lain, padahal kualitasnya bagus. Akibatnya, rencana ekspor yang pernah saya kemukakan tidak bisa dilanjutkan,” katanya.
Padahal, sebelumnya, Bulog berencana mengekspor beras untuk menghindari penumpukan di gudang. Beras yang akan diekspor berkualitas premium.
Tidak kompetitifnya beras disebabkan produksi padi yang mengandalkan tenaga manusia. Budi menyebutkan, harga beras Vietnam dan Thailand lebih kompetitif karena mengandalkan mekanisasi dalam memproduksi padi.
Jika harga beras Indonesia kompetitif di pasar internasional, Budi mengharapkan, pemerintah serius menggarap potensi ini. Ekspor beras dapat meningkatkan penyerapan dalam negeri dan berdampak pada jaminan harga gabah di tingkat petani.