Efek perang dagang China dengan Amerika Serikat disebut menjadi penyebab menurunnya geliat penduduk China berwisata ke luar negeri. Meski demikian, pemerintah yakin kunjungan mereka ke Tanah Air hingga akhir 2019 tetap sesuai target.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Efek perang dagang China dengan Amerika Serikat disebut sebagai penyebab menurunnya geliat penduduk China berwisata ke luar negeri. Meski demikian, pemerintah yakin kunjungan mereka ke Tanah Air hingga akhir 2019 tetap sesuai target.
Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, sekitar 150 juta penduduk China melakukan perjalanan ke luar negeri pada 2018. Jumlah mereka menyumbang seperlima konsumsi pariwisata dunia.
Namun, dikutip dari Financial Times, pemerintah setempat mengumumkan bahwa pada triwulan I-2019, tingkat konsumsi pariwisata penduduk ”Negeri Tirai Bambu” di luar negeri turun 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.
Mengetahui kondisi itu, Direktur Promosi Wilayah Great China Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Vinsensius Jemadu tetap optimistis kunjungan turis China ke Indonesia sesuai target, yakni 2,89 juta kunjungan sampai akhir 2019.
Hal itu dia sampaikan seusai mengadakan pertemuan dengan Konsulat Jenderal China untuk Denpasar, Bali, Guo, belum lama ini. ”Kami optimistis di semester kedua geliat wisata penduduk China akan kembali meningkat. Apalagi jika negosiasi China dan AS di pertemuan G-20 yang lalu membuahkan hasil,” katanya kepada Kompas, Rabu (3/7/2019).
Data terbaru Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada Mei 2019, jumlah kunjungan turis China hanya 165.075, lebih rendah dibandingkan 181.342 kunjungan pada Mei 2018. Jumlah kunjungan pada April 2019 juga menunjukkan pelemahan dengan hanya 171.575 kunjungan, jauh lebih rendah dibandingkan 185.179 kunjungan pada April 2018.
Meski demikian, dalam lima bulan pertama 2019, jumlah kedatangan wisatawan China tercatat sekitar 880.000 kunjungan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar 784.000 kunjungan.
Pada 2018, jumlah wisatawan China ke Indonesia mencapai 2,14 juta pengunjung. Sejauh ini, wisatawan asal China juga masih berada di lima besar negara asal wisatawan mancanegara selain Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Australia.
Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi Publik di Kemenpar Guntur Sakti mengatakan, dalam menggarap negara fokus pasar pariwisata, Kemenpar selalu memperhitungkan kondisi internal negara fokus pasar. Perhitungan itu akan digunakan untuk mengembangkan strategi alternatif pemasaran lainnya.
”Adanya resesi yang kemungkinan sebagai dampak dari adanya perang dagang juga kami pertimbangkan. Oleh karena itu, kami selalu mempertimbangkan strategi alternatif dan mencari ceruk pasar lainnya agar tidak terkonsentrasi pada satu negara fokus pasar tertentu,” ucapnya.
Selain China, saat ini Kemenpar juga fokus pada wisatawan asal India dan negara Asia lain yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Untuk itu, kini Kemenpar melanjutkan strategi pembangunan dan promosi pariwisata perbatasan (border tourism).
Strategi lainnya, mengembangkan terminal bandara khusus melayani maskapai penerbangan bertarif rendah. Strategi itu disebut mampu berkontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara sampai 20 persen.
Penerbangan langsung
Untuk menarik lebih banyak wisatawan China, Visensius mengatakan, pemerintah perlu segera membangun bandara baru guna menampung penerbangan langsung dari China ke Indonesia. Rencana pembangunan bandara baru di Bali Utara pun disebut bisa menjadi solusi jangka panjang.
”Saat ini, rute penerbangan langsung dari China ke Indonesia masih tiga, yaitu dari Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Kita masih tertinggal dari Thailand dan Malaysia yang sudah bisa menjangkau puluhan kota dengan penerbangan langsung. Makanya, kita perlu punya bandara baru, terutama di Bali yang jadi destinasi terfavorit turis China,” tuturnya.
Bali menjadi destinasi terfavorit karena memiliki banyak wisata alam, khususnya pantai. Selain Bali, wisatawan China juga menggemari Manado di Sulawesi Utara, Bintan di Kepulauan Riau, dan Jakarta. Tidak hanya menggemari pantai, turis China juga gemar berbelanja dan berwisata kuliner.
”Bintan jadi destinasi baru yang digemari mereka karena ada resor mewah di sana. Saat ini, Yogyakarta juga mulai jadi target mereka. Untuk itu, kami juga sudah menyiapkan pesawat sewa antara lain dari Nanjing dengan menggunakan maskapai penerbangan Sriwijaya atau Citilink,” ucapnya.