Kalangan pengusaha optimistis pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman di Indonesia tahun 2019 akan mencapai target, yakni 9 persen. Sektor makanan dan minuman selama ini jadi kontributor andalan pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas di Tanah Air.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan pengusaha optimistis pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman di Indonesia tahun 2019 akan mencapai target, yakni 9 persen. Sektor makanan dan minuman selama ini menjadi kontributor andalan pertumbuhan produk domestik bruto industri pengolahan nonmigas di Tanah Air.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, data resmi terkait penjualan ritel produk makanan minuman periode Ramadhan-Lebaran 2019 belum keluar. ”Namun, dari hasil survei kecil ke anggota, rata-rata menyatakan lebih baik dibandingkan tahun 2018,” kata Adhi ketika dimintai tanggapan di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Pada Mei 2019 lalu, Gapmmi pun memperkirakan pertumbuhan industri pangan olahan di luar sawit pada semester I-2019 lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sebagai catatan, sawit selama ini dimasukkan dalam produk domestik bruto industri makanan dan minuman.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim pada pertengahan Juni 2019 lalu menuturkan, sektor industri makanan minuman tahun 2019 ditargetkan tumbuh setidaknya di atas 8 persen. ”Syukur-syukur bisa di atas 10 persen,” katanya.
Salah satu kendala mendongkrak pertumbuhan sektor industri makanan minuman agar bisa di atas 10 persen, menurut dia, adalah penurunan harga sawit. Abdul Rochim mengatakan, secara umum industri makanan dan minuman sebagai salah satu industri prioritas jangan sampai turun. ”Hal ini karena kalau pertumbuhannya menurun akan berdampak pada keseluruhan pertumbuhan PDB baik industri maupun nasional,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Firman Bakri mengatakan, pihaknya belum memiliki data kinerja penjualan alas kaki sepanjang semester I-2019. ”Rata-rata penjualan bulan Juni belum ada rekapitulasi. Tetapi, menurut mereka, berdasarkan pengamatan selama ini, penjualan pada Lebaran lalu bagus-bagus saja seperti tahun 2018,” kata Firman.
Ia mengatakan, pelaku industri alas kaki tetap optimistis menatap pasar tahun 2019. Apalagi, kondisi ketegangan politik pun saat ini sudah mereda. ”Kami berharap kondisi tenang dan damai terus terjaga sebab ini akan berdampak pada berbagai keputusan bisnis, termasuk investasi,” katanya.
Badan Koordinasi Penanaman Modal mendata, sepanjang triwulan I-2019 ada 944 proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) bidang usaha industri makanan senilai Rp 8,9 triliun. Selain itu, terdata 863 proyek penanaman modal asing (PMA) industri makanan senilai 383,2 juta dollar AS.
Pada periode sama, di industri barang dari kulit dan alas kaki terdapat 18 proyek PMDN senilai Rp 11,7 miliar dollar AS dan 127 proyek PMA senilai 91 juta dollar AS.