Rencana Teror Digagalkan
Polisi Australia berhasil menggagalkan rencana serangan teroris yang terinspirasi oleh gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah.
CANBERRA, SELASA—Polisi Australia menggagalkan rencana serangan teroris terhadap sejumlah target di Sydney, seperti markas polisi dan tentara, pengadilan, gereja, dan misi diplomatik, setelah menangkap tiga tersangka.
Ketiganya, yang masing-masing berusia 20, 23, dan 30 tahun, ditangkap dalam penggerebekan di pinggiran kota karena aktivitas daringnya yang mencurigakan. Mereka akan dihadirkan di pengadilan di Sydney pada Rabu (3/7/2019).
Menurut Asisten Komisioner Polisi Federal Australia Ian MacCartney, tersangka yang berusia 20 tahun telah diawasi oleh polisi setahun terakhir sejak pria itu kembali ke Sydney sepulang dari Lebanon.
Tersangka itu kemungkinan akan didakwa dengan tuduhan merencanakan tindakan teror dan bersiap masuk ke Afghanistan untuk bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Ia bisa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas setiap tindak kejahatannya jika terbukti. ”Ada sejumlah rencana yang akan dilakukan tersangka itu, baik di luar negeri maupun dalam negeri,” ujar MacCartney.
Tersangka lain yang berusia 23 tahun dapat dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena menjadi anggota NIIS. Rekan mereka, seorang pria berusia 30 tahun, kemungkinan didakwa atas penipuan klaim tunjangan pengangguran. Pria ini juga menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.
Rencana serangan teror mereka, ujar MacCartney, baru pada tahap awal dan mereka bahkan belum mendapatkan senjata ataupun bahan peledak. Rencana serangan itu merupakan rencana serangan teror ke-16 yang diungkap polisi Australia sejak kewaspadaan ditingkatkan pada September 2014.
Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan, pengungkapan rencana serangan itu memperlihatkan bahwa Australia membutuhkan aturan pengecualian sementara seperti yang dimiliki Inggris.
Pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang kepada parlemen pada Kamis (4/7) yang memungkinkan pemerintah mencegah warga negara Australia kembali ke Australia dalam jangka waktu dua tahun jika warga itu dinilai menjadi ancaman.
”Rancangan ini penting karena terkait salah seorang dari tersangka teroris yang ditangkap hari ini yang selama 12 bulan terakhir terlibat gerakan teror,” kata Dutton.
”Kita jelas memiliki ancaman serius. Fakta bahwa ada 16 percobaan serangan teroris yang berhasil digagalkan menunjukkan bahwa ancaman belum sepenuhnya hilang terlebih jika ada warga negara Australia yang bergabung dengan NIIS atau terinspirasi gerakan NIIS secara daring,” tutur Dutton.
Menurut Dutton, ketiga tersangka yang ditangkap saling mengenal satu sama lain dan saling bertukar pandangan ekstrem secara daring.
Menurut pejabat militer Amerika Serikat dan Afghanistan, NIIS memperluas jejaknya di pegunungan di wilayah timur laut Afghanistan. Mereka merekrut anggota baru dan merencanakan serangan terhadap AS dan negara Barat lain.
Hampir dua dekade sejak invasi ke Afghanistan yang dipimpin oleh AS kelompok ekstremis dipandang sebagai ancaman yang bahkan lebih besar dari Taliban karena kemampuan militernya yang semakin canggih dan strateginya yang menargetkan warga sipil, baik di Afghanistan maupun di luar negeri.
Kepada kantor berita AP, pejabat intelijen AS yang bermarkas di Afghanistan mengatakan, gelombang serangan NIIS di Kabul baru-baru ini merupakan ”latihan” untuk serangan yang lebih besar di Eropa dan AS.
(AP/AFP/ADH)