Air Katulampa Mulai Dibagi
Sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor mulai kekeringan. Air Bendung Katulampa mulai dibagi akibat debit air di bawah normal.
BOGOR, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor mulai kekeringan. Air Bendung Katulampa mulai dibagi akibat debit air di bawah normal.
Dari Bendung Katulampa di Kota Bogor, Koordinator SUP Ciliwung Andi Sudirman, Rabu (3/7/2019), mengatakan, debit air Sungai Ciliwung yang tertampung dan mengalir dari Bendung Katulampa sudah di bawah normal.
”Debit air di bawah normal karena saat ini hanya 2.700 liter per detik. Yang normal, 3.000-5.000 liter per detik. Kondisi debit ini menjelang kritis, sebagaimana musim kemarau tahun lalu,” katanya.
Dengan debit 2.700 liter per detik, sebanyak 2.500 liter per detik dialirkan ke saluran irigasi dan 200 liter per detik dialirkan tetap ke Ciliwung. Pembagian ini tidak seterusnya, tetapi digilir. Pada malam hari, saat irigasi tidak dipakai, air ke Ciliwung diperbanyak.
Penurunan debit air ini terasa sejak awal Juni. Namun, debit di bawah normal mulai terjadi pertengahan Juni.
Air dari bendung ini mengairi sekitar 500 hektar sawah atau kebun di Kota dan Kabupaten Bogor. Sebagian air disalurkan ke Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, serta Kali Baru dari Cibinong sampai Kramatjati dan Cililitan di Jakarta.
Air di Sungai Ciliwung perlu untuk mempertahankan ekosistem dan kesediaan air baku PDAM Kabupaten Bogor.
Selain Sungai Ciliwung, 13 anak sungai yang mengisi Sungai Ciliwung juga mulai mengecil. Empat bendung lain, yang juga dibawah pengawasan SUP Ciliwung, pun sama dengan Bendung Katulampa, mengalami penurunan debit air.
Sebanyak 11 setu atau danau juga mengalami penurunan permukaan air. ”Debit setu-setu juga turun walaupun belum sampai kering sekali. Ini karena belum ada hujan turun. Ini kesempatan kami memperbaiki kebocoran-kebocoran, misalnya karena pintu air rusak atau tembok pembatas situ rusak,” katanya.
Siapkan tangki air
Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Burhanudin mengatakan, dua dari 40 kecamatan mulai mengalami kekeringan, yaitu Cariu dan Parung Panjang.
”Sejauh ini belum ada laporan lain dan belum ada permohonan bantuan air bersih,” ucapnya.
Namun, pemkab menyiapkan air bersih dari PDAM Tirta Kahuripan yang diangkut dengan mobil tangki.
Untuk jangka panjang, Bogor akan membangun embung di beberapa lokasi.
Hanny dari Humas PDAM Tirta Kahuripan mengatakan, belum ada permintaan bantuan air bersih dari wilayah Bogor atau Pemkab Bogor. ”Biasanya kalau ada yang butuh bantuan air bersih karena adanya kekeringan, akan ada koordinasi dengan BPBD (badan penanggulangan bencana daerah). Kalau sekarang, kami belum diundang untuk koordinasi. Biasanya akan ada rapat koordinasi masalah ini dengan pemda,” katanya.
Kegiatan bantuan air bersih dari PDAM pada musim kemarau, kata Hanny, rutin dilakukan. Bantuan air bersih ke daerah yang kekeringan akan diberikan dengan menggunakan tangki air.
Kepala Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Cacuh Budiawan mengatakan, sejumlah sumur warga mulai kering. ”Air Sungai Ciliwung yang melintas desa kami juga sudah sangat kecil,” katanya.
Kekeringan ini timbul setelah lebih dari satu bulan hujan tidak turun atau sangat sedikit turun di Megamendung. Cipayung adalah salah satu desa di Kecamatan Megamendung. Kekeringan akan sangat terasa jika hujan tidak turun selam lima bulan. Saat ini masih ada mata air dan sumur serta air sungai yang bisa dimanfaatkan.
”Kalau baru satu-dua sumur warga yang kering, belum ada bantuan air bersih. Nanti kalau satu kampung sudah semuanya kering, baru ada bantuan air bersih yang didrop pakai mobil tangki,” ujarnya.
Belum merasakan kekeringan juga diungkap Linda Karisma Putri, warga Kampung Sumur Batu, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang.
”Sampai saat ini tidak ada masalah. Air bersih dari mata air masih mengalir ke bak-bak penampungan, lalu dialirkan lagi ke rumah-rumah. Di rumah saya, airnya dimasukkan ke toren, baru digunakan,” katanya.
Menurut Linda, air bersih yang ditampung itu berasal dari mata air yang berlokasi di Kampung Gombong, juga di Desa Bojong Koneng, sekitar 1 kilometer dari kampungnya.
Ada banyak bak penampungan yang salah satunya untuk keperluan satu RT di mana Linda tinggal. Bak penampungan dan selang atau pipa untuk mengalirkan air bersih ini dibangun gotong royong oleh warga.
”Bak penampungan air warga ini sudah lima bulanan. Untuk perawatan, warga iuran Rp 5.000 per bulan ke Pak RT. Warga bisa menggunakan air sesuai kebutuhannya. Tidak dibatasi. Ada bak penampungan air ini sangat membantu karena sudah lama sumur warga di sini kering,” katanya.
Untuk Kota Bogor, Budi Hendrawan dari BPBD Kota Bogor mengatakan, belum ada laporan terjadi kekeringan di Kota Bogor. ”Namun, masuk musim kemarau ini, kami siap-siap. Kalau ada laporan kekeringan dan perlu bantuan air bersih, kami kirim. Tahun lalu, kekeringan sampai warganya minta bantuan air bersih ada di Bojong Kerta di Bogor Selatan. Itu juga cukup satu mobil tangki air. Mudah-mudahan kemarau ini tidak sampai warga kekurangan air bersih,” ujarnya.