Bos AirAsia Group Harapkan Pemerintah Jangan Terlalu Intervensi
Peran pemerintah sebaiknya menjadi fasilitator bagi industri maskapai dalam persaingan bisnis. Kompetisi antarpelaku industri maskapai akan membuat masing-masing pihak berlomba memberikan yang terbaik bagi konsumen demi menggaet pasar
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah kini tengah menyesuaikan tarif untuk sejumlah rute penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier rute domestik di waktu tertentu. Menanggapi hal ini, CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengharapkan pemerintah tidak terlalu mengatur maskapai.
Menurut Tony, aturan yang berlebihan dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan bisnis industri maskapai. ”Pemerintah sebaiknya tidak terlalu mengatur. Biarkan pasar yang menentukan, biarkan konsumen memilih,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Bagi Tony, peran pemerintah sebaiknya menjadi fasilitator bagi industri maskapai dalam persaingan bisnis. Kompetisi antarpelaku industri maskapai akan membuat masing-masing pihak berlomba memberikan yang terbaik bagi konsumen demi menggaet pasar.
Dalam kompetisi industri maskapai, Tony mengatakan, Airasia siap bersaing dengan tetap memberikan tiket dengan harga murah sesuai dengan semangat korporasinya, yakni menerbangkan sebanyak-banyaknya orang ke daerah tujuan. Lebih dari itu, keselamatan dan keamanan penerbangan menjadi prioritas terpenting bagi Airasia.
Misalnya setelah kecelakaan penerbangan AirAsia QZ8501 dengan rute Surabaya-Singapura pada 2014. Selain dari aspek eksternal, seperti industri armada pesawat yang terlibat, Tony meminta evaluasi internal secara menyeluruh terhadap kecelakaan ini agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Hal ini menunjukkan wujud komitmen Airasia dalam meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan penerbangannya.
Transformasi bisnis
Agar tetap menghasilkan profit, Tony mengatakan, Airasia membuka lini bisnis baru, seperti perhotelan dan kuliner. Menurut rencana, Airasia hendak membuka restoran bernama ”Santan” di Kuala Lumpur, Malaysia. Harapannya, restoran ini dapat melebarkan sayap bisnisnya ke Amerika Serikat dan Inggris.
Tony juga berencana mentransformasikan Airasia ke dalam model bisnis digital. Hal ini terinspirasi dari perusahaan-perusahaan unicorn Indonesia, seperti Gojek dan Traveloka, yang dapat tumbuh pesat dengan memanfaatkan digitalisasi.
Kini, Airasia Group tengah menggarap sistem pembayaran sendiri. Tony mengatakan, sistem pembayaran Airasia ini dapat membuat konsumen lebih untung 5 persen karena tidak dikenai biaya perubahan kurs.
Di Indonesia, Tony mengatakan, Airasia akan menambah 4 rute penerbangan sepanjang semester II-2019. Pada akhir 2019, Airasia menargetkan melayani 29 rute penerbangan di Indonesia secara total.
Sementara itu, awal Juli ini, Kementerian Koordinator Perekonomian menetapkan memberikan diskon 50 persen dari tarif batas atas penerbangan murah pada pukul 10.00-14.00 waktu setempat hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Diskon ini tidak berlaku pada semua kursi yang ditawarkan pada rentang waktu tersebut. Pemerintah belum mengumumkan kuota atau proporsi kursi tersebut.
”Hal ini masih membutuhkan rincian teknis yang dibahas dengan pihak-pihak terkait, seperti maskapai, operator bandar udara, dan operator navigasi udara,” kata Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian Susiwijono secara terpisah.