Harga jual garam rakyat menjelang musim panen terus melorot, bahkan mencapai harga Rp 500 per kg-Rp 300 per kg. Pemicunya karena stok garam tahun lalu masih melimpah.
CIREBON, KOMPAS Harga garam petani di sejumlah daerah sentra produksi garam di Jawa Tengah dan Jawa Barat jatuh. Turunnya harga garam rakyat karena daya serap rendah akibat masih melimpahnya stok produksi tahun lalu.
Bahkan, harga garam di tingkat petani di Cirebon, Jabar, jatuh menjadi Rp 300 per kg. Kondisi ini memukul petani menjelang musim panen. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan intervensi agar garam rakyat tidak terus jatuh menjelang musim panen. ”Empat hari lalu, harga garam di tingkat petani di Cirebon masih Rp 500 per kg. Sekarang, sudah Rp 300 per kg. Padahal, ini baru awal panen,” ujar Jafar (40), petani garam asal Losari, Rabu (3/7/2019), di Cirebon.
Melimpahnya produksi garam dinilai menjadi salah satu penyebab harga garam anjlok. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon mencatat, hingga Juni, masih terdapat 35.666 ton garam petani produksi 2018 yang menumpuk di gudang. Bahkan, menurut Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia Jabar Mohammad Taufik, masih ada 55.000 ton garam rakyat di Cirebon, Indramayu, dan Karawang yang belum terserap.
Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon Yanto, rendahnya kualitas garam di Cirebon membuat hasil panen petani tidak terserap optimal. Dari produksi 424.617 ton garam tahun lalu, hanya 20 persen yang memiliki kualitas bagus.
Rendahnya kualitas garam itu karena faktor lahan petani yang masih berupa tanah dan tidak dilapisi terpal. Produksi garam bercampur tanah sehingga kualitasnya menurun. Pada saat yang sama, petani ingin segera panen, sehingga garam yang seharusnya dipanen setelah satu minggu dipangkas menjadi tiga hari. Hal yang sama terjadi di Kabupaten Karawang, Jabar. Harga garam di tingkat petani lebih tinggi sedikit, yakni Rp 500-Rp 700 per kg. Pemicunya juga karena stok garam yang belum terserap.
Para pembudidaya garam di Kecamatan Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, dan Tempuran, Kabupaten Karawang, menghadapi masalah yang sama. Ahmad Bakri (39), produsen garam rakyat di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, mengeluhkan harga garam Rp 700-Rp 500 per kg. Harga turun hampir 50 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun lalu. Harga jual ini hampir mendekati biaya produksi yang mencapai Rp 300-Rp 400 per kg. Ia berharap agar harga garam tidak terus merosot di bawah ongkos produksi.
Ketua Koperasi Garam Segara Jaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi menyebutkan, masih banyak stok garam yang berada di koperasi. Stok garam produksi tahun lalu ada sekitar 80 ton, belum ditambah dengan pasokan garam hasil panenan minggu lalu 50 ton. Aep berharap pemerintah bisa memberikan solusi terkait penyerapan itu. Dengan demikian, penumpukan garam tidak terjadi dan harga stabil.
Kekhawatiran yang sama dirasakan produsen garam di Kabupaten Brebes, Jateng. Harga garam terus menurun menjelang musim panen tahun ini. Petani yang ditemui di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, mengatakan, harga garam sudah mulai turun sejak sebulan lalu. Bulan lalu, harga garam Rp 800 per kg. Saat ini harganya sudah menyentuh Rp 400 per kg. Padahal, biaya produksi garam di Brebes per kg sudah mencapai Rp 700-Rp 750.
Putus asa
Turunnya harga garam membuat petani garam di Desa Kaliwlingi, Surya (49), membiarkan 1,5 hektar lahan pengolahan garam miliknya. Biasanya, pada musim panen seperti ini, Surya dan petani garam lain justru giat-giatnya memanen garam. ”Petani garam banyak yang putus asa. Harga sedang jatuh begini membuat petani malas ke tambak,” kata Surya.
Menurut Surya, harga garam yang anjlok membuat sebagian petani garam memilih beralih mata pencarian. Kebanyakan beralih menjadi buruh tani dan nelayan sembari menunggu harga garam kembali normal. Slamet Solihin (56), salah satu pengepul garam, mengatakan, selama beberapa bulan belakangan dirinya belum bisa menjual garam. Padahal, gudang penyimpanan garam miliknya sudah hampir penuh.
Ada sekitar 300 ton garam dari petani di gudangnya yang belum terjual. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes Gatot Rudiyono, terjadi penumpukan stok garam di Kabupaten Brebes. Saat ini ada sekitar 47.000 ton garam yang dihasilkan dan sekitar 4.000 ton belum terserap. (IKI/MEL/XTI)