Jawaban Mercy untuk Pemanasan Bumi
Beberapa hari di bulan Mei 2019, para jurnalis dari puluhan negara, termasuk Kompas, berkesempatan menjajal mobil Mercedes-Benz EQC 400 4Matic di Oslo, salah satu kota dengan tingkat polusi terendah di dunia.
Di sebuah ruang hotel di jantung kota Oslo, Norwegia, Senin (13/5/2019) petang, Ola Kallenius, pemimpin baru Daimler AG, memberi pernyataan revolusioner. Sejak Karl Benz dan Gottlieb Daimler menciptakan mobil pertama berbahan bakar bensin akhir abad ke-19, Mercedes-Benz siap kembali menjadi pionir. Dalam 20 tahun, mereka bakal meninggalkan energi fosil dan beralih sepenuhnya memproduksi mobil listrik.
”Ini menjadi komitmen kami. Akan menjadi landasan strategi bisnis berkelanjutan baru kami. Mercedes-Benz ikut memiliki keresahan tentang bagaimana kita bersama mengatasi jejak karbon (CO2) dan pemanasan global di bumi. Itulah kenapa mobil listrik menjadi jawaban,” ujar Kallenius di hadapan puluhan jurnalis dan vlogger dari sejumlah negara.
Kehadiran Kallenius di Oslo, Norwegia, menandai peluncuran produk mobil elektrik massal pertama pabrikan asal Jerman tersebut: Mercedes-Benz EQC 400 4Matic. Singkatan EQ merujuk terminologi electric intelligence. Mobil ini menandai generasi elektrifikasi mobil Mercedes-Benz.
Beberapa hari di bulan Mei 2019, para jurnalis dari puluhan negara, termasuk Kompas, berkesempatan menjajal mobil tersebut di Oslo, salah satu kota dengan tingkat polusi terendah di dunia.
Untuk produk elektrik massal pertamanya, Mercedes-Benz memilih model SUV (sport utility vehicle)/crossover. Bukan sembarang pilih, Kallenius mengatakan, pasar SUV/crossover sebagai mobil keluarga yang nyaman, tetapi tetap berperforma tinggi, belakangan menjadi penguasa pasar di sejumlah negara. Ini dinilai akan mendukung pemasaran EQC.
Dari luar, tampilan Mercedes-Benz EQC serupa dengan model SUV Mercedes-Benz GLC, walau jika diperhatikan, ada sejumlah detail yang membedakan. Desain EQC terlihat lebih langsing dengan wujud bodi mengalir dari depan hingga buritan. Mercedes menyebutnya avant garde electric look.
Gril berukuran besar dengan paduan garis-garis tipis menyatu bersama dua lampu depan. Lampu DRL yang mirip dayung dan lubang udara yang disimulasikan dalam warna hitam mengilap membentang di sepanjang sisinya.
Sementara di bagian belakang, kesan maskulin nan modern SUV begitu terasa dengan paduan bumper rendah berkelir hitam serta low roof spoiler. Untuk lampu belakang, desainnya bisa dibilang seksi dengan tampilan seperti pita cahaya yang menghubungkan lampu kiri dan kanan.
Fitur ramah lingkungan
Memasuki ruang kabin, kesan canggih dan ramah lingkungan begitu terasa. Seperti mobil-mobil generasi terbaru Mercedes, EQC juga mengandalkan sepasang layar sentuh Mercedes-Benz User Experience (MBUX) berukuran 10,25 inci di dasbor.
Kisi-kisi AC terlihat beraksen warna rose gold yang mengingatkan pada warna tembaga komponen listrik. Layar tersebut juga dapat diakses lewat trackpad di sisi jok pengemudi.
Sistem MBUX ini sama fungsinya dengan yang terpasang pada model-model terbaru Mercedes. Namun, khusus EQC ditambahkan fungsi-fungsi spesifik untuk kendaraan listrik, seperti arus energi dan status pengisian baterai. Selain itu juga ada navigasi yang menunjukkan lokasi stasiun pengisian baterai terdekat.
Fitur ramah lingkungan lain misalnya fungsi pre-entry climate control yang bisa dikendalikan via sistem MBUX atau aplikasi Mercedes Me Connect yang dapat diinstal lewat telepon pintar. Sistem ini memungkinkan pengguna menyetel waktu berangkat dan suhu interior yang diinginkan untuk perjalanan berikutnya. Kendaraan kemudian akan otomatis menghangatkan atau mendinginkan kabin hingga sesuai suhu yang disetel sebelumnya.
Bergantian dengan Motomobi, youtuber otomotif Indonesia, Kompas berkesempatan menjelajah alam asri Oslo dengan EQC. Boleh jadi sulit membandingkan berkendara di Oslo yang berpenduduk hanya sekitar 700.000 jiwa dengan Jakarta, misalnya, yang penghuninya sebanyak 10,5 juta jiwa. Bahkan, warga Jakarta jauh lebih banyak daripada penduduk Norwegia secara keseluruhan yang hanya sekitar 5,5 juta jiwa.
Jalanan memang tidak bising sehingga polusi suara tak begitu terdengar. Namun, tetap saja, ruangan kabin terasa begitu hening. Bahkan, tanpa mengamati panel-panel mobil, nyaris tak bisa dibedakan apakah mobil sudah dalam kondisi menyala atau masih mati. Tak terasa ada getaran, sangat sunyi.
Meski bersumber daya dari listrik, soal tenaga, jangan buru-buru meremehkan. Tetap saja, ini Mercedes. Dengan mengaktifkan mode Sport, saat pedal gas di-bejek penuh, tubuh tetap saja tertarik kuat ke belakang. Tak heran, mobil ini memiliki torsi mencapai 765 Nm! Untuk penggeraknya, Mercedes EQC mengandalkan dua motor listrik, satu di poros bagian depan dan satu di belakang, dengan total tenaga hingga 402 tenaga kuda.
Namun, pada kondisi pemakaian rendah dan menengah, motor listrik memprioritaskan kerja pada bagian roda depan. Mobil ini mampu mencapai kecepatan 100 kilometer per jam dari keadaan diam dalam waktu 5,1 detik dengan penggerak semua roda. Adapun kecepatan maksimal yang bisa dicapai EQC hingga 180 kilometer per jam.
Sumber energi Mercedes EQC berasal dari 384 sel baterai litium-ion seberat 650 kilogram yang diletakkan di dasar tubuh mobil. Dengan voltase maksimal 408 volt, baterai tentu akan panas ketika di-charge. Untuk itu, sel-sel baterai ini dilapisi sistem pendingin khusus dengan air untuk mengatur suhu. Baterai ini memiliki kapasitas 80 kWh dengan jarak jelajah maksimal 450 kilometer menurut pengetesan New European Driving Cycle (NEDC).
Mercedes Benz EQC juga menyempurnakan sistem kemudi pintar (intelligent drive) yang sebelumnya sudah dikenalkan pada unit-unit termutakhir Mercedes. Selain sistem semi-swakemudi (semi-autonomous driving), EQC juga dilengkapi sistem pengamanan aktif (active safety systems). Sistem ini mencakup sejumlah fitur keselamatan untuk menghindarkan kecelakaan dalam kondisi yang jamak terjadi di jalanan.
Saat berkendara di semrawutnya Jakarta, misalnya, terkadang dijumpai penyeberang jalan yang menyelonong. Dengan active brake assist, sistem ini awalnya akan memberikan sinyal bahaya lewat suara (audio warning), kemudian dilanjutkan pengereman halus. Jika pengemudi tak juga menginjak pedal rem, sistem akan mengerem keras secara otomatis (hard braking) hingga kendaraan benar-benar berhenti.
Sistem bantuan pengereman aktif ini dipadukan dengan bantuan pengatur jarak aktif (active distance assist) yang memungkinkan laju mobil berhenti pada jarak aman jika di depannya terdapat obyek penghalang yang berpotensi memicu tabrakan.
Fitur keselamatan lain adalah evasive steering assist serta pre-safe-plus collision avoidance. Semisal, saat berkendara, tiba-tiba mobil atau sepeda motor di depan Anda melakukan manuver mendadak yang membahayakan. Secara refleks, Anda tentu akan menghindari dengan mengarahkan setir.
Nah, sistem pintar EQC akan menyelaraskan kemudi dengan memperhitungkan risiko kecelakaan di sekitar mobil. Pun jika Anda tak sempat mengarahkan setir, mobil tetap akan mengerem secara otomatis. Sistem ini bertumpu pada radar yang disematkan di sejumlah bagian mobil.
Selama berkendara dari Hønefoss Airfield hingga Hotel Amerikalinjen di Oslo sejauh 80 km, Kompas juga begitu terbantu dengan fitur head up display (HUD). Ini adalah semacam layar imajiner di kaca depan pengemudi yang menunjukkan informasi berkendara terpenting, seperti batas kecepatan dan daya baterai. Panel ini sangat membantu saat pandangan mata sesekali teralihkan keindahan pemandangan Tyrifjorden, danau indah di tepi kota Oslo.
Pemulihan daya
Mercedes-Benz EQC juga mengisi daya baterai selama perjalanan. Ini yang disebut sistem pemulihan (recuperative). Sistem ini memungkinkan penambahan daya baterai saat kendaraan meluncur dan pengemudi menyentuh pedal rem.
Prinsipnya, saat sistem ini beroperasi, motor listrik bertindak sebagai generator, memperlambat mobil dan memompa daya listrik kembali ke baterai. Tingkat optimalisasi sistem pemulihan ini dapat dipilih dalam lima mode: D Auto, D+, D, D-, dan D--.
Sistem ini bertautan dengan lima mode berkendara, yakni Comfort, Eco, Individual, Sport, dan Max Range. Dari kelimanya, Max Range diklaim mode terpintar karena akan menghitung jarak tempuh, potensi kemacetan, topografi, hingga daya baterai. Itu semua, lagi-lagi, terkait penghematan daya listrik.
”Mode ini akan menghasilkan saran rute dan batas kecepatan supaya mobil dapat mencapai tujuan atau stasiun pengisian baterai terdekat secara ekonomis,” ujar Manfred Steiner, spesialis produk Mercedes-Benz EQC dari Daimler AG.
Hanya saja, sebagai mobil listrik, tetap saja dibutuhkan ekosistem pendukung lain yang, mesti diakui, di Indonesia belum sepenuhnya memadai. Salah satunya tempat pengisian baterai yang masih sangat langka.
Sementara pemilik mobil listrik, baik jenis plug-in hybrid maupun full electric, tidak bisa sembarang mengisi ulang daya listrik di rumah. Mengutip hasil studi komprehensif kendaraan listrik Universitas Sebelas Maret, Solo, daya listrik di rumah yang relatif aman untuk mengisi ulang baterai minimal 3.500 VA (volt ampere).
EQC mulai dipasarkan di Eropa pada bulan Juni dan diperkirakan masuk ke Indonesia mulai tahun depan. Department Manager Public Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) Dennis Kadaruskan mengatakan, sejauh ini belum ada estimasi harga EQC di Indonesia. Harga dapat dipastikan apabila ada kebijakan pemerintah terkait kendaraan listrik. ”Kami sedang mempersiapkan pemasaran EQC di 2020,” ujarnya.
Sebagai gambaran saja, mobil ini dipasarkan di Eropa dengan harga 71.281 euro atau sekitar Rp 1,15 miliar. Jika masuk Tanah Air, harga ini akan ditambah berbagai komponen pajak.
Dennis mengungkapkan, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, Indonesia berpotensi untuk pemasaran mobil elektrik. Namun, harus ada keberpihakan pemerintah untuk membangun ekosistem mobil ramah lingkungan.
Ia membandingkan, banyak pemerintah negara maju menerapkan subsidi atau insentif pajak bagi konsumen yang membeli mobil elektrik atau hibrida. Dengan insentif, harga di konsumen menjadi lebih rendah dan kompetitif terhadap mobil konvensional.