Perusak Mimpi "La Albiceleste"
Brasil sekali lagi membuat Argentina meratap. Mereka mampu bermain lebih efisien dan berhasil mengekspos kelemahan lini belakang rival utamanya tersebut.
BELO HORIZONTE, SELASA - Dalam rentang waktu hampir seperempat abad, sejak tahun 1995, Brasil selalu berhasil merusak mimpi Argentina untuk menjuarai Copa America. Argentina yang berulang kali dirundung kekecewaan di kejuaraan besar, kembali terpuruk di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Brasil, Rabu (3/7/3019) pagi waktu Indonesia.
Di hadapan 65.000 penonton di stadion itu, Brasil menang 2-0 dan akhirnya melaju ke babak final setelah menanti selama 12 tahun. Mereka menunggu calon lawan dari hasil laga semifinal lainnya antara Chile dan Peru, Kamis (4/7/2019). Sementara skuad “La Albiceleste” terpaksa kembali melanjutkan penantiannya untuk bisa menjuarai Copa America seperti yang terakhir mereka lakukan pada tahun 1993.
“Mereka (Brasil) bermain lebih efisien. Kami punya banyak peluang tetapi tidak bisa mencetak gol. Kami kadang tampil bagus, kadang tampil buruk,” ujar bek Argentina Nicolas Taglifico mengungkapkan inti dari hasil laga klasik tersebut. Argentina sekali lagi harus mengakui bahwa Brasil masih jauh di depan mereka.
Efisiensi memang merupakan kunci kemenangan Brasil pada laga tersebut. Jika melihat statistik laga, total tembakan yang dilakukan Argentina bahkan mencapai 14 tembakan, sedangkan Brasil hanya empat tembakan. Namun, hanya dua tembakan Argentina yang tepat mengarah ke gawang Brasil.
Kabar baik bagi Argentina, mereka telah menampilkan permainan yang paling agresif sepanjang turnamen ini berlangsung. Sergio Aguero dan Lautaro Martinez semakin padu mengancam gawang lawan. Adapun Lionel Messi malam itu sukses memperlihatkan peran pentingnya sebagai perancang serangan. Kabar buruknya, pertahanan La Albiceleste masih sangat rapuh.
Akibatnya, kedua gol Brasil pada laga ini pun memiliki pola sama yang melibatkan duet penyerang Brasil, Gabriel Jesus dan Roberto Firmino. Jesus mencetak gol pertama pada menit ke-19 setelah mendapat umpan silang dari Firmino. Sementara Firmino mencetak gol kedua pada menit ke-71 setelah menerima umpan silang dari Jesus. Saat mencetak gol, Jesus dan Firmino pun bisa berdiri bebas dan tinggal mendorong bola ke gawang.
Namun, di antara kedua penyerang tersebut, Jesus yang paling mendapat pujian ketika laga berakhir. Gol kedua Brasil menjadi bukti bahwa Jesus merupakan pemain dengan naluri tajam dan kecepatan tinggi yang sangat dibutuhkan tim “Samba”. Striker Manchester City itu membawa bola dari tengah lapangan, membuat bek Argentina Nicolas Otamendi terjungkal saat mengejarnya, dan memberikan umpan silang sempurna kepada Firmino.
Ini pertama kalinya Jesus mencetak gol di ajang Copa America. Ia akhirnya bisa menikmati selebrasi gol setelah mengalami kebuntuan sejak tampil di Piala Dunia Rusia 2018. “Sudah ada bayangan bahwa saya akan mencetak gol bahkan sebelum laga dimulai. Saya sudah belajar dari pengalaman dan saat ini saya merasa sangat percaya diri,” kata Jesus.
Kehadiran Jesus sebagai pemain inti pada laga tersebut juga menegaskan bahwa Brasil sudah memiliki kedalaman skuad. Jesus baru tampil sebagai pemain inti pada laga ketiga melawan Peru. Sebelumnya, Pelatih Brasil Tite, hanya mengandalkan Firmino sebagai ujung tombak dengan dukungan dari Philippe Coutinho, David Neres atau Everton Soares, dan Richarlison.
Pemain Brasil pun bersinar secara bergiliran sejak laga pertama. Setelah Coutinho, muncullah Everton, dan kini Jesus. “Jesus selalu berhasil membuat semua orang yang ada di dekatnya terkesan karena ia tidak mudah menyerah. Kalau saya minta dia untuk menembak sebanyak 50 kali, dia bakal menembak sebanyak 51 kali,” kata Tite seperti dikutip BBC.
Benteng yang kokoh
Pujian tidak hanya mengalir kepada para penyerang Brasil, melainkan juga para pemain belakang mereka. Mereka telah membangun benteng yang kokoh sehingga gawang mereka belum pernah kebobolan hingga laga semifinal kemarin.
Bek sayap Dani Alves yang sudah berusia 36 tahun membuktikan masih bisa merepotkan lawan. Tidak hanya membendung serangan Argentina dari sisi kanan, Alves juga mampu membuat serangan Brasil menjadi lebih dinamis dengan menusuk dari sisi dalam. Dari operan Alves pulalah Firmino bisa memberikan asis kepada Jesus untuk gol pertama.
Lalu ada kiper Alisson Becker yang kembali menjadi “hantu” bagi Messi setelah laga semifinal final Piala Champions lalu. Alisson dengan mudah menangkap tendangan bebas Messi dengan kedua tangannya. Tidak sembarang kiper bisa melakukan hal itu terhadap Messi.
Pertahanan brasil yang kokoh itu pun menambah frustrasi pelatih Argentina Lionel Scaloni yang sampai mendapat kartu kuning dari wasit karena terlalu keras memprotes. Ia menilai kepemimpinan wasit sangat tidak adil. Apalagi ada insiden yang menurut Scaloni bisa berbuah tendangan penalti. “Terkadang sepak bola tidak adil. Kami seharusnya yang lebih layak untuk tampil di final,” katanya.
Argentina sebenarnya tidak perlu khawatir menunggu terlalu lama. Copa America akan kembali digelar pada 2020 dan mereka akan menjadi tuan rumah bersama Kolombia. (AP/AFP/REUTERS)