Tertunda 15 Tahun, Lanud Hang Nadim Akhirnya Diresmikan
Sempat tertunda pengerjaannya selama 15 tahun, Pangkalan Udara Tipe C Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau, akhirnya diresmikan pada Kamis (24/7/2019). Fasilitas militer itu akan difungsikan sebagai pangkalan bantu, tidak ada skuadron tempur yang disiagakan secara permanen.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sempat tertunda pengerjaannya selama 15 tahun, Pangkalan Udara Tipe C Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau, akhirnya diresmikan pada Kamis (24/7/2019). Fasilitas militer itu akan difungsikan sebagai pangkalan bantu, tidak ada skuadron tempur yang disiagakan secara permanen.
Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, tujuan pembangunan Pangkalan Udara (Lanud) Hang Nadim adalah melengkapi sistem pertahanan dan meningkatkan efisiensi operasi. Frekuensi penerbangan militer yang tinggi di wilayah udara sekitar Batam membutuhkan dukungan fasilitas memadai.
”Pembangunan lanud ini untuk menyikapi perkembangan situasi. Frekuensi penerbangan militer yang cukup tinggi di Batam selama ini harus dikelola dari Tanjung Pinang. Dengan pertimbangan untuk efisiensi kita bangun (lanud) di sini,” kata Yuyu.
Di Batam, sebelum Lanud Hang Nadim dibangun, hanya ada satu pos TNI AU di Bandara Hang Nadim yang bertugas membantu pelaksanaan berbagai operasi udara, mulai dari latihan tempur hingga kegiatan rutin patroli. Dua lanud lain di Kepulauan Riau berada di Kabupaten Natuna dan Kota Tanjung Pinang.
Menurut Yuyu, saat ini ada 20 personel TNI AU yang ditugaskan di Lanud Hang Nadim. Ke depan, secara bertahap, jumlah personel akan ditambah hingga mencapai 143 tentara sesuai dengan ketentuan standar Lanud Tipe C pada umumnya.
Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Fadjar Prasetyo menuturkan, pembangunan Lanud Hang Nadim sudah dicanangkan dalam Rencana Strategis I sejak 15 tahun lalu. Letak geografis Batam yang berada di batas negara dinilai strategis dalam upaya meningkatkan sistem pertahanan.
Soal pengerjaan yang tertunda cukup lama, ia mengatakan pertimbangannya murni dari dalam negeri. Ada beberapa lokasi di Indonesia bagian timur yang harus didahulukan pembangunannya. Tidak ada tekanan dari negara tetangga yang menghambat pembangunan Lanud Hang Nadim.
”Saya tidak akan menempatkan skuadron (pesawat tempur) di sini. Namun, Lanud Hang Nadim siap menjadi pangkalan tolak pembantu bagi pangkalan induk di Pekanbaru, Pontianak, dan Jakarta,” kata Fadjar.
Dua pangkalan induk terdekat, yaitu Pekanbaru dan Pontianak, masing-masing diketahui memiliki skuadron pesawat tempur. Lanud Roesmin Noerjadin di Pekanbaru diperkuat satu skuadron pesawat tempur F-16. Adapun Lanud Supadio di Pontianak memiliki satu skuadron pesawat tempur Hawk.
Komandan Lanud Hang Nadim Letnan Kolonel (Pnb) Urip Widodo mengatakan, Markas Operasi Lanud Hang Nadim berdiri di lahan seluas 8 hektar di Kecamatan Nongsa, Batam. Lokasi itu berada sejauh 6,3 kilometer dari Bandara Hang Nadim.
”Jarak 6,3 kilometer itu tidak jauh, dari markas ke bandara hanya butuh 10 menit perjalanan. Sebelumnya, kebutuhan penerbangan militer di Hang Nadim harus diurus personel dari Tanjung Pinang yang lokasinya di pulau lain,” kata Urip.