Tingkatkan Ekspor, Perusahaan Kayu dan Tembakau Lepas Saham Perdana
Memasuki semester II-2019, Bursa Efek Indonesia kedatangan dua emiten baru yang mencatatkan saham perdana. Kedua perusahaan tersebut adalah PT Indonesia Tobacco Tbk dan PT Darmi Bersaudara Tbk.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki semester II-2019, Bursa Efek Indonesia kedatangan dua emiten baru yang mencatatkan saham perdana. Kedua perusahaan tersebut adalah PT Indonesia Tobacco Tbk dan PT Darmi Bersaudara Tbk.
Mereka akan menggunakan dana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) untuk memperkuat modal dan meningkatkan ekspansi ekspor ke luar negeri. Dengan tambahan dua emiten baru ini, total sudah ada 19 perusahaan yang melakukan IPO sepanjang tahun ini.
PT Indonesian Tobacco Tbk dengan kode emiten ITIC serta PT Darmi Bersaudara Tbk dengan kode emiten KAYU resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/7/2019). Total raihan dana masing-masing Rp 60,29 miliar untuk ITIC dan Rp 22,5 miliar untuk KAYU.
Indonesian Tobacco yang bergerak di bidang industri dan perdagangan tembakau ini melepas 274 juta lembar saham, setara dengan 29,13 persen dari modal yang ditempatkan. Pemegang saham ITIC lainnya adalah Djonny Saksono (63,85 persen) dan PT Anugerah Investindo Nusantara sebesar (7,02 persen).
Komisaris Indonesian Tobacco, Shirley Suwantina, mengatakan, perusahaan akan menggunakan dana IPO untuk memenuhi kebutuhan belanja modal tahun ini. Dana tersebut juga akan digunakan untuk membeli tembakau hingga ekspansi ke luar negeri.
”Dana IO akan digunakan untuk membeli daun tembakau Virginia sebagai bahan baku, di mana pembeliannya dibagi berdasarkan segmen wilayah, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB,” ujarnya, Kamis.
Dana itu juga akan digunakan untuk membeli tembakau hingga ekspansi ke luar negeri.
Direktur Utama Indonesia Tobacco Djonny Saksono optimistis dapat mengembangkan bisnisnya secara luas. Kapasitas pendanaan yang bertambah akan sejalan dengan persediaan daun tembakau yang meningkat.
”Bertambahnya kapasitas pendanaan dapat memengaruhi utilitas produksi mengingat daun tembakau harus melalui tahapan dan waktu yang cukup lama sampai menjadi siap digunakan dalam proses pembuatan produk,” ujarnya.
Di dalam negeri, skala bisnis Indonesian Tobacco telah meliputi Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Sementara untuk skala internasional, Indonesian Tobacco sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Sementara itu, Darmi Bersaudara melempar saham ke publik sebanyak 274,06 juta saham atau 29,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh selama masa penawaran umum saham perdana.
Pemegang saham KAYU adalah PT Darbe Putra Makmur (54,21 persen), PT Indymike Inti Investama (7,74 persen), PT Cladia Karya Investama (7,74 persen), dan PT Marinay Berjaya Investama (7,74 persen).
Darmi Bersaudara merupakan perusahaan asal Surabaya, Jawa Timur, yang bergerak di bidang perdagangan kayu olahan dengan merek dagang Darbe Wood. Selain kayu olahan, perusahaan yang berdiri sejak tahun 2010 ini juga menyediakan pasokan kayu untuk kebutuhan ekspor, jasa distribusi, serta berperan sebagai distributor di tingkat domestik dan ekspor.
Direktur Utama Darmi Bersaudara Nanang mengatakan, Darmi Bersaudara siap membawa perusahaan lebih baik lagi setelah tercatat di bursa saham. Darmi Bersaudara akan membuat investor tidak menyesal sudah mengoleksi saham perusahaan.
”Saat ini perusahaan telah mengemban amanat yang sudah diberikan investor bahwa kami akan menjadikan perusahaan lebih besar lagi,” ujarnya.
Nanang mengatakan, sebagian dari dana hasil dai IPO akan digunakan untuk menutupi kebutuhan modal, terutama untuk memenuhi permintaan ekspor ke Asia Selatan dan Eropa. Selama ini perusahaan lebih banyak bermain di segmen pasar internasional.
Dana hasil dai IPO akan digunakan untuk menutupi kebutuhan modal, terutama untuk memenuhi permintaan ekspor ke Asia Selatan dan Eropa.
Direktur Independen Darmi Bersaudara Lie Kurniawan mengatakan, sekitar Rp 18 miliar dana yang dihimpun dari pasar modal akan digunakan perusahaannya untuk membeli modal kerja berupa kayu mentah dan mesin pengolahan untuk meningkatkan aset produktif.