ASEAN Aktif Sikapi Dinamika Kawasan
Pandangan ASEAN soal Indo-Pasifik bukan untuk menyaingi konsep sejenis yang dilontarkan negara lain. ASEAN mengadopsi pandangan itu agar mempunyai panduan bertindak aktif dalam kerja sama di kawasan.
JAKARTA, KOMPAS— Adopsi pandangan ASEAN soal Indo-Pasifik di Konferensi Tingkat Tinggi Ke-34 ASEAN di Bangkok, Thailand, pekan lalu, adalah cara ASEAN menyikapi dinamika kawasan secara aktif. Pilihan itu diambil karena Asia Tenggara berada di pusat kawasan Indo-Pasifik.
”Konsep Indo-Pasifik yang diadopsi ASEAN bukan untuk menyaingi konsep sejenis dari negara lain,” kata Pelaksana Tugas Direktur Kerja Sama Politik dan Keamanan ASEAN pada Kementerian Luar Negeri Michael Tene di sela-sela diskusi Talking ASEAN yang digelar Habibie Center, Kamis (4/7/2019), di Jakarta.
Diskusi yang dipandu Ibrahim Almutaqqi dari Habibie Center itu juga dihadiri wakil Indonesia di Komisi HAM Antar-pemerintah ASEAN (AICHR) Yuyun Wahyuningrum dan Redaktur Senior The Jakarta Post Kornelius Purba. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bangkok, Thailand, pada Juni 2019 menjadi pokok diskusi.
Di konferensi tersebut, para pemimpin negara-negara ASEAN mengadopsi Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang diprakarsai Indonesia. ”Semua (perwakilan negara-negara anggota ASEAN) setuju (wilayah di antara) Samudra Pasifik dan Samudra Hindia adalah wilayah paling dinamis,” ujar Tene.
Pesisir kedua samudra itu menjangkau Amerika di sisi Pasifik hingga Afrika di sisi Hindia. Negara-negara di kedua samudra itu menjadi pusat pertumbuhan, populasi, dan dinamika global lainnya. ”Asia Tenggara berada di pusat kawasan (Indo-Pasifik). Apa pun interaksi di kawasan akan berimbas pada Asia Tenggara,” ujar Tene.
Karena itu, Asia Tenggara mempunyai dua pilihan, yakni hanya reaktif pada dinamika kawasan atau bertindak aktif. Tindakan aktif diwujudkan dengan menyusun norma, nilainilai, dan panduan tata perilaku tentang cara berinteraksi. Pandangan ASEAN soal IndoPasifik adalah cara Asia Tenggara untuk aktif dalam dinamika di kawasan itu.
Panduan
Dalam pernyataan resmi, ASEAN menyebut adopsi pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik akan membantu memandu keterlibatan dan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik. ”Kami mendorong para mitra eksternal untuk mendukung dan melakukan kerja sama dengan ASEAN pada area-area utama yang dipaparkan dalam pandangan tersebut sebagai kontribusi mereka menjaga perdamaian dan kemakmuran di kawasan,” demikian antara lain isi dokumen Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik.
Tene mengatakan, panduan untuk menjaga perdamaian kawasan amat penting. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di Indo-Pasifik bukan tanpa dampak. Negara-negara yang semakin sejahtera cenderung berpeluang meningkatkan belanja militernya dengan alasan menjaga keamanan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan atau alasan lain. Jika tidak ada transparansi atas dinamika, akan muncul kecemasan.
Karena itu, dibutuhkan mekanisme untuk menjaga transparansi itu sekaligus bisa mengakomodasi semua pihak. Meski banyak dikritik, ASEAN mempunyai mekanisme-mekanisme yang diterima di kawasan Indo-Pasifik. ASEAN memiliki forum-forum dan mekanisme yang bisa mempertemukan berbagai pihak dari beragam latar belakang.
Serangkaian mekanisme atas inisiatif ASEAN itu memungkinkan dialog tetap terbuka. ”Mekanisme ASEAN mungkin belum bisa memuaskan semua pihak dengan cepat. Namun, hal terpenting adalah pintu dialog tetap terbuka,” kata Yuyun yang menyebut krisis Rohingya sebagai contoh kesediaan para pihak untuk menjalankan dialog.
Konsep Indo-Pasifik bukan hanya dilontarkan ASEAN. Amerika Serikat, Australia, India, hingga Jepang juga memiliki konsep soal Indo-Pasifik. AS bahkan telah mewujudkan konsep itu dengan mengubah armada Pasifik yang berpangkalan di Hawaii menjadi Komando Armada Indo-Pasifik (Indo-Pacom). Dibandingkan komando operasi lain milik AS, Indo-Pacom mempunyai wilayah paling luas.
Bergantung pada China
Kepala Sekolah Pertahanan Nasional Australian National University Rory Mecalf mengatakan, Samudra Hindia berperan penting pada perdagangan global. Dalam makalah berjudul ”China and The Indo-Pacific: Multipolarity, Solidarity, and Strategic Patience” ia menulis, konsep Indo-Pasifik amat bergantung pada China. Konsep itu adalah pengakuan atas kebangkitan China di kawasan.
Menteri Luar Negeri Indonesia periode 2009-2014 Marty Natalegawa pernah membahas konsep itu pada 2013. Kala itu, Marty membahasnya dalam konteks usulan pembuatan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama Indo-Pasifik untuk menjaga keamanan kawasan. Selanjutnya, Menlu Retno LP Marsudi konsisten mengampanyekan konsep Indonesia soal Indo-Pasifik selama lima tahun terakhir. Pada 2018, ASEAN mulai membahas konsep yang ditawarkan Indonesia. Di KTT bulan lalu, ASEAN akhirnya mengadopsi konsep Indo-Pasifik. (RAZ)