Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara, akan berulang tahun yang ke-42 pada hari Minggu (7/7/2019). Namun, dari museum ini, kita bisa melihat wajah Jakarta dari tiga abad lalu. Datanglah besok Minggu, rayakan ultah museum, sekaligus menjelajah waktu.
Wajah Jakarta yang dahulu bernama Batavia masih tersisa di kompleks museum mengingat bangunan yang digunakan untuk memamerkan koleksi tema kebaharian di sana merupakan warisan asli era penjajahan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC).
Bangunan ini awalnya merupakan gudang yang dibangun VOC secara bertahap, mulai tahun 1718 sampai 1774. Fungsinya menyimpan, memilah, dan mengepak rempah-rempah. Bangunan lantas digunakan sebagai pusat logistik tentara Jepang pada 1942-1945.
Pada era kemerdekaan, tepatnya tahun 1945-1976, gedung menjadi aset PLN dan PTT (Post Telkom Telegram). Tahun 1972, Gubernur DKI menetapkan bekas gudang rempah-rempah VOC ini sebagai bangunan bersejarah. Tanggal 7 Juli 1977, bangunan resmi menjadi Museum Bahari.
Untuk melengkapi pengalaman menjelajah waktu, Museum Bahari menyelenggarakan pameran foto bertema ”Gudang Megah Lumbung Kekayaan VOC”, Minggu, tepatnya di ruang pameran temporer.
Sejarah panjang bangunan museum sejak berstatus gudang rempah VOC ratusan tahun lampau hingga menjadi Museum Bahari bakal disampaikan dalam pameran.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Husnizon Nizar alias Soni mengatakan, bagian-bagian asli dari bangunan museum juga dipamerkan berdampingan dengan foto-foto.
Bagian tersebut antara lain gerendel pintu, kunci, engsel, dan ubin batu. Akan ada teks narasi pada setiap bangunan sehingga pengunjung paham fungsi masing-masing.
”Kami bertujuan menginformasikan kemegahan, keunikan, dan kelangkaan bangunan yang sudah berumur ratusan tahun ini,” kata Soni. Ia menjamin, bakal banyak informasi melalui pameran yang belum pernah didapat pengunjung meski sudah pernah bertandang ke museum ini sebelumnya.
Untuk menikmati pameran, pengunjung cukup membayar Rp 5.000 per orang untuk tarif masuk museum. Tentu, itu tarif untuk menikmati semua bagian museum, tidak hanya ruang pameran temporer.
Warna-Warni Duniaku
Bentara Budaya Jakarta (BBJ) bekerja sama dengan Yayasan Autisma Indonesia menggelar pameran karya seni rupa individu autistik bertajuk ”Warna-Warni Duniaku”. Sejumlah 86 karya dari 53 seniman bakal dipamerkan di BBJ, 4-13 Juli 2019 pukul 10.00-18.00.
Hari Sabtu (6/7) pukul 10.00, ada workshop menggambar untuk individu autistik, dengan fokus teknik lukis dengan oil pastel. Kegiatan dipandu tutor Luthfie Ayu, alumnus Universitas Negeri Jakarta sekaligus praktisi pendidikan seni untuk individu autistik. Peserta dikenai biaya Rp 50.000 per orang.
Masih di hari Sabtu di BBJ, akan dilangsungkan diskusi berjudul ”Peranan Art Therapy dalam Perkembangan Individu Autistik untuk Mengekspresikan Dirinya”. Diskusi ini menghadirkan Ipong Purnama Sidhi, seniman dan kurator Bentara Budaya; Maria Novitawati, psikolog; Donny Mardonius, orangtua dari individu autistik; dan dipandu moderator Ferina Widodo.
Kemerdekaan Amerika
Dalam rangka perayaan hari kemerdekaan, @america menggelar pesta perayaan di kantor @america, mal Pacific Place lantai tiga, Sabtu pukul 16.00-20.30. Perayaan ini sekaligus memperingati 70 tahun hubungan Amerika-Indonesia.
Peserta diharapkan melukis wajah untuk menyemarakkan acara yang terbuka untuk umum dan gratis ini. Peserta juga diajak merasakan dua hal yang berbeda, tetapi sama-sama masih ada, yakni bertualang di dunia virtual dan menjajal permainan klasik. Aneka makanan khas Amerika dijanjikan akan terhidang untuk pengunjung. (ART)