Pelabuhan Internasional Maritaing Alor Dibangun Awal 2020
Pemerintah segera membangun Pelabuhan Internasional Maritaing, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, NTT, yang berbatasan dengan Timor Leste awal 2020. Maritaing ditargetkan jadi titik pusat pertumbuhan ekonomi baru di Alor selain Kalabahi.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah segera membangun Pelabuhan Internasional Maritaing di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Rencana kerja paling lambat dijalankan awal 2020.
Pembangunan ini mendesak dilakukan sebagai bagian dari program penataan kawasan perbatasan laut dengan negara Timor Leste. Maritaing juga ditargetkan menjadi titik pusat pertumbuhan ekonomi baru di Alor selain Kalabahi.
Deputi Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Robert Simbolon seusai melakukan pertemuan terbatas dengan perwakilan Pemerintah Provinsi NTT di Kupang, Jumat (5/7/2019), mengatakan, Pelabuhan Maritaing adalah salah satu titik batas yang diusulkan pembangunannya oleh Pemprov NTT. Rencana pembangunan Maritaing sudah beberapa kali dibahas di Jakarta dan Kupang.
”Pemerintah ingin mengembangkan Maritaing sebagai pintu gerbang negara kita, yang berhadapan dengan negara tetangga Timor Leste. Secara faktual, (Maritaing) selama ini sudah berfungsi sebagai pintu gerbang. Tetapi kita ingin menjadikan lokasi itu sebagai lokasi hadirnya negara secara utuh dengan sistem pelayanan yang kuat dan memadai dan dalam rangka penegakan kedaulatan negara,” tutur Simbolon.
Ia mengatakan, kehadiran Pelabuhan Internasional Maritaing akan memperkuat berlangsungnya fungsi-fungsi penyelenggaraan negara di halaman depan NKRI. Penataan Maritaing sesuai dengan Nawacita ketiga Presiden Joko Widodo, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa-desa.
Penataan Maritaing sesuai dengan Nawacita ketiga Presiden Joko Widodo, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa-desa.
Maritaing adalah ibu kota Kecamatan Alor Timur yang berjarak sekitar 80 kilometer arah timur Kalabahi, ibu kota Alor. Jumlah penduduk Maritaing sekitar 350 orang, hampir sama dengan jumlah penduduk sebuah desa di NTT.
Simbolon mengatakan, pemerintah sedang menyusun rencana kerja proyek Maritaing. Sesuai rencana, paling lambat awal 2020, rencana kerja itu sudah dimulai. Tahun ini dilakukan langkah-langkah persiapan pelaksanaan.
”Agustus kita mulai survei lapangan. Teman-teman di NTT sudah siap. Tinggal kita agendakan untuk survei bersama Badan Pengelolaan Perbatasan Nasional Kemendagri. Kita siapkan master plan yang komprehensif,” ujar Simbolon.
Bersama pembangunan itu, sejumlah infrastruktur untuk pelayanan dasar ikut dibangun, seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pasar. Pasar akan dibangun lebih representatif untuk menampung pedagang lokal Alor, pedagang dari Maluku Tenggara Barat Daya, dan tidak tertutup peluang bagi pedagang dari Timor Leste, khususnya dari Pulau Atauro.
Selain itu, dibangun juga sarana dan prasarana lain untuk mendukung pelayanan pelayaran lintas batas negara, seperti peningkatan pangkalan TNI AL, kantor keimigrasian serta bea dan cukai, dan kantor pos kepolisian. Intinya, semua fasilitas yang dibutuhkan sebagai sebuah perbatasan antarnegara tetap dibangun.
Pembangunan pelayaran feri yang dioperasikan ASDP juga merupakan bagian integral dari rencana itu. Kerja sama dengan ASDP akan dilakukan untuk merealisasikan bagian dari pembangunan itu. Feri sangat penting untuk menghubungkan 13 pulau lain di Kabupaten Alor.
Destinasi wisata
Pelabuhan ini juga didesain sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan di Alor. Banyak wisatawan akan berkunjung ke Maritaing, baik melalui darat maupun laut. Kawasan itu akan ditata menjadi lebih menarik.
Sementara anggaran pembangunan akan dibagi mana yang harus dibangun dengan dana APBD Provinsi NTT, APBD Kabupaten Alor, dan APBN. ”Ini urusan bersama, tidak hanya pemerintah pusat,” kata Simbolon.
Adapun nilai dana pembangunan akan direncanakan setelah survei lapangan dilakukan. ”Tentu tidak murah, tetapi demi kepentingan masyarakat dan bangsa, harus dibangun,” lanjut Simbolon.
Bupati Alor Amon Djobo mengatakan, pembangunan pelabuhan internasional itu tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Alor dan wisatawan, tetapi juga masyarakat dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat Daya, yang berbatasan dengan Maritaing di Kecamatan Alor Timur.
Selama ini, warga dari daerah itu sering datang berbelanja kebutuhan hidup di Maritaing. Jika ada pasar yang lebih strategis dengan menyediakan berbagai kebutuhan hidup, jumlah pengunjung dari Maluku Tenggara Barat Daya tentu meningkat.
Wakil Ketua DPRD Alor Yulius Mantaon menuturkan, pembangunan Pelabuhan Internasional Maritaing merupakan bagian dari program ”tol laut” pemerintahan Joko Widodo selain penataan kawasan perbatasan. Kapal-kapal berbobot di atas 2.000 gros ton bisa sandar di Maritaing.
Alor Timur selama ini dikenal sebagai salah satu kecamatan terpencil dan terbelakang. Jumlah warga miskin di Kecamatan Alor Timur ribuan orang.
”Kalau sudah dibangun, kawasan itu akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Alor selain Kalabahi. Penduduk yang ada di desa-desa sekitar, terutama mereka yang berdiam di gunung-gunung, bakal bergeser ke sekitar pelabuhan. Maritaing akan menjadi kawasan yang ramai dikunjungi,” tutur Mantaon. Barang-barang kebutuhan hidup pun bakal relatif lebih murah daripada sebelumnya.
Dengan pembangunan kawasan perbatasan Maritaing, titik batas negara yang dibenahi adalah Motaain, Motamasin, Wini, dan Maritaing. Kawasan yang belum dibangun sesuai usulan Pemprov NTT adalah Oepoli-Oecussi. Namun, Oepoli-Oecussi sulit dibangun sebelum pemerintah membangun jalan dari Oelamasi (Kupang) menuju Oepoli.