Tindakan Trump dalam membawakan pidatonya berada di luar perkiraan Demokrat. Padahal, Trump memiliki rekam jejak untuk mengalihkan arah naskah pidato menjadi serangan politik dalam acara-acara yang tidak memiliki tujuan politik.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato dalam perayaan Hari Kemerdekaan ke-243 Amerika Serikat pada Kamis (4/7/2019), waktu setempat. Trump fokus membicarakan kejayaan AS dan menghindari pembahasan isu politik.
Pidato Trump diwaspadai Partai Demokrat, yang memperkirakan Trump akan menggunakan perayaan 4 Juli sebagai momen kampanye politik dan panggung untuk menyerang Demokrat. Hal ini karena seorang Presiden AS jarang berpidato dalam perayaan itu.
"Hari ini, kita bersatu sebagai satu bangsa dengan memberikan penghormatan yang sangat istimewa untuk Amerika. Kita merayakan sejarah, rakyat, dan pahlawan yang dengan bangga mempertahankan bendera kita, yaitu para laki-laki dan perempuan pemberani dari militer AS” kata Trump di depan Lincoln Memorial, Washington, DC.
Trump juga berulang kali menyatakan AS sebagai negara paling luar biasa dalam sejarah dunia. AS ditegaskan sebagai negara terkuat di dunia saat ini.
Tindakan Trump dalam membawakan pidatonya berada di luar perkiraan Demokrat. Padahal, Trump memiliki rekam jejak untuk mengalihkan arah naskah pidato menjadi serangan politik dalam acara-acara yang tidak memiliki tujuan politik.
Pidato Trump yang kental dengan rasa patriotisme dan eksklusivitas berhasil menggelorakan semangat puluhan ribu penonton yang datang di tengah hujan. Mereka meneriakkan “AS! AS!” dari taman National Mall, yang terletak sekitar 1,5 kilometer dari Lincoln Memorial.
Tema perayaan hari kemerdekaan pada 2019 adalah “Salut untuk Amerika”. Tema ini dipilih untuk menghormati militer AS yang telah berkorban untuk melindungi negara selama ratusan tahun. Parade militer mewarnai perayaan tersebut.
Sejumlah alat utama sistem persenjataan, termasuk pesawat jet Kepresidenan AS Air Force One, pesawat pengebom siluman B2, helikopter militer, dan tim terbang Blue Angels dari Angkatan Laut AS, terbang melintasi area perayaan. Beberapa kendaraan militer juga dipamerkan di berbagai titik area perayaan.
Adapun parade militer jarang digelar di Washington selama beberapa dekade terakhir. Trump dikritik berupaya untuk memamerkan kekuatan militer AS. The Washington Post melaporkan, pengelola Taman Nasional mengalihkan biaya masuk taman sebesar 2,5 juta dollar AS untuk membantu membayar penghelatan acara perayaan itu.
Bakal calon presiden dari Demokrat, Senator Bernie Sanders, mengatakan, Trump bertindak sebagai pemimpin yang otoriter. Sebagai presiden, tuturnya, Trump menarik bayaran untuk memuja dirinya menggunakan parade militer di Washington.
“Acara ini menghabiskan jutaan dollar AS. Kami sebagai pembayar pajak yang membayar sehingga Donald Trump menggunakan militer sebagai properti. Itu tidak benar,” kata pendiri kelompok anti perang Code Pink, Medea Benjamin.
Politik membayangi
Perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat terkenal hari libur yang bebas dari isu politik. Pidato Trump juga lebih fokus membahas pencapaian AS. Namun, tampaknya masalah politik tetap membayangi perayaan karena menjelang Pilpres 2020.
Para pendukung dan bukan pendukung Trump menghadiri perayaan dengan mengenakan pakaian merah, putih dan biru sambil membawa bendera AS. Ribuan pendukung Trump mengenakan topi andalan bertuliskan “Buat Amerika Hebat Lagi.”
“Saya kira apa yang dilakukan Trump hebat dengan membawa tank dan atraksi pesawat,” kata Brandon Lawrence, salah seorang warga.
Sejumlah pihak yang mengkritik Trump atas biaya perayaan turut mengikuti perayaan. Tampak sebuah balon berbentuk bayi Trump mengenakan popok berdiri di antara mereka. Para demonstran yang ada di depan Gedung Putih juga membakar bendera AS.
“Saya mulai melihat semua tank beserta protes dan dan saat itulah saya berpikir ini bukan perayaan 4 Juli. Trump menjadikan hari ini sebagai harinya,” kata Daniela Guray, seorang warga Chicago yang memegang spanduk bertuliskan “Buang Trump”. (AFP/Reuters)