Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memecat Gubernur Bank Sentral Turki (CBRT) Murat Cetinkaya. Pemecatan Cetinkaya diduga berkaitan dengan ketidaksepakatannya dengan Pemerintah Turki mengenai pemotongan suku bunga acuan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
ANKARA, SABTU — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memecat Gubernur Bank Sentral Turki (CBRT) Murat Cetinkaya. Pemecatan Cetinkaya diduga berkaitan dengan ketidaksepakatannya dengan Pemerintah Turki mengenai pemotongan suku bunga acuan.
Pengumuman pemecatan Cetinkaya, yang menjabat sejak April 2016, terjadi setelah pasar keuangan ditutup pada Jumat (5/7/2019). Keputusan Presiden Turki yang dirilis pada Sabtu, 6 Juli 2019, itu menyebutkan, Deputi CBRT Murat Uysal secara resmi menggantikan Cetinkaya. Alasan pemecatan tidak disebutkan dalam keputusan resmi tersebut.
”Ankara mengganti strategi menjadi lebih agresif setelah kalah dalam pemilihan umum lokal. Tujuan menyingkirkan gubernur bank sentral jelas, yaitu mencetak uang dan menurunkan suku bunga. Namun, gubernur tidak dapat dipecat kecuali karena alasan yang ditentukan dalam undang-undang, sedangkan keputusan presiden tidak di atas hukum,” tutur mantan pejabat CBRT, Ugur Gurses.
Selama ini, beredar spekulasi bahwa Cetinkaya akan diganti karena tidak sepakat dengan pemerintah untuk menurunkan suku bunga acuan. Cetinkaya menaikkan suku bunga acuan sebesar 625 basis poin menjadi 24 persen pada September 2018. Kenaikan terjadi karena Turki mengalami krisis nilai tukar satu bulan sebelumnya.
Erdogan telah beberapa kali mencerca suku bunga yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi Turki. Pada Juni 2019, ia kembali menyatakan, jumlah suku bunga acuan tidak masuk akal dan kemudian berjanji untuk menemukan solusi segera mungkin.
”Saya sepakat dengan independensi bank sentral. Namun, saya menentang kebijakan suku bunga dan terutama suku bunga yang tinggi,” ucap Erdogan ketika itu.
Tingkat inflasi Turki mencapai titik terendah dalam satu tahun terakhir pada Juni 2019, sebesar 15,72 persen. Tingkat inflasi mencapai 18,71 persen pada Mei 2019.
Juru bicara partai oposisi, Partai Rakyat Republik (CHP), Faik Oztrak, berpendapat, Presiden telah mencampuri independensi bank sentral. Oleh karena itu, Presiden tidak memiliki hak untuk mengatakan kepada rakyat untuk memercayai ekonomi Turki.
Uysal, melalui pernyataan resmi CBRT, mengatakan akan mengadakan konferensi pers dalam waktu dekat. Sebagai Gubernur CBRT, ia akan tetap menggunakan instrumen kebijakan moneter secara independen dan melanjutkan fokus untuk menjaga stabilitas harga.
Pertemuan CBRT yang berikutnya dijadwalkan pada 25 Juli 2019.
Kehilangan suara
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang mengusung Erdogan selama ini dinilai berhasil memacu pertumbuhan ekonomi Turki selama berkuasa. Pendukung AKP menyatakan, ada peningkatan standar kehidupan selama 16 tahun Erdogan memerintah sebagai perdana menteri dan presiden.
Namun, pelemahan ekonomi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir membuat AKP kehilangan suara di kota Ankara dan Istanbul dalam pemilu lokal. Posisi AKP menjadi terancam setelah berkuasa sejak 2002.
Prospek pertumbuhan ekonomi Turki kemungkinan akan dibayangi hubungan sensitif Erdogan dengan Amerika Serikat. Hubungan Turki-AS mulai merenggang, salah satunya karena Ankara membeli rudal S-400 dari Rusia yang akan datang pada bulan ini. Washington menangguhkan kesempatan Ankara untuk berpartisipasi dalam program jet tempur F-35 buatan AS.
AS juga memperingatkan akan memberikan sanksi yang lain. Washington sebelumnya memberikan sanksi ekonomi pada tarif impor atas produk Turki sehingga membuat nilai tukar lira melemah hingga 30 persen. (AFP)