Manta Ketua Mahkamah Konstitusi M Mahfud MD mengatakan proses rekonsiliasi setelah pemilihan presiden sudah mulai berproses. Pihak yang keras tinggal sedikit, yang masih ramai justru hanya di media sosial.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
PROBOLINGGO, KOMPAS - Manta Ketua Mahkamah Konstitusi M Mahfud MD mengatakan proses rekonsiliasi setelah pemilihan presiden sudah mulai berproses. Pihak yang keras tinggal sedikit, yang masih ramai justru hanya di media sosial.
Menurut Mahfud tim kedua pasangan sudah saling pendekatan karena memang tidak ada pilihan lain. Sesudah Mahkamah Konstitusi memutus maka semua pihak harus mengikuti keputusan itu. Dan para tokoh punya peran untuk menyatukan dua pihak yang tengah bersaing.
“Lebih banyak di medsos ketimbang orangnya karena saat ini musim Cyber Army. Orangnya kalau dicari kayaknya tidak ada tapi medsosnya ramai. Kalau orang yang bentuknya fisik sekarang sudah mulai saling pendekatan, termasuk antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi sudah saling pendekatan,” ucapnya.
Mahfud mengatakan hal itu saat ditanya awak media usai memberikan ceramah pada acara Halalbihalal Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jumat (5/7/2019) sore.
Menurut Mahfud rekonsiliasi politik merupakan suatu keniscayaan tetapi tidak harus bergabung. Rekonsiliasi adalah kembali ke posisi masing-masing untuk menyelamatkan negara berdasarkan konstitusi.
“Yang mau oposisi di DPR silakan tetapi kalau mau bergabung dengan pemerintah, ya, boleh. Itu tidak ada larangan dan perintah juga. Tetapi rekonsiliasi itu ada perintahnya kita jaga sesudah pemilu kita harus bersatu,” ujarnya.
Sementara itu Rektor Universitas Nurul Jadid, Abdul Hamid Wahid, mengatakan pesta demokrasi sudah selesai dengan sistem yang telah disepakati bersama. Sehingga sistem yang ada musti dijunjung bersama-sama. Ciri masyarakat beradab adalah taat azas dan menggunakan sistem yang telah disepakati bersama.
Saya kira itu hal yang patut dikedepankan karena momentum tentang terbentuknya atau perubahan kekuasaan sudah selesai. Pemimpin negara lain juga sudah mengucapkan selamat, sudah ada pengakuan sehingga kita tinggal berpikir ke depan. Bagaimana Indonesia berperan di dunia global
Bagaimana membangun bangsa ini ke depan, menurut Abdul Hamid harus menjadi hal yang perlu diprioritaskan bersama. Bagaimana membuat bangsa ini bisa bersaing ke depan.
“Saya kira itu hal yang patut dikedepankan karena momentum tentang terbentuknya atau perubahan kekuasaan sudah selesai. Pemimpin negara lain juga sudah mengucapkan selamat, sudah ada pengakuan sehingga kita tinggal berpikir ke depan. Bagaimana Indonesia berperan di dunia global,” ujarnya.
Kepada masyarakat, Abdul Hamid berharap bisa saling menahan diri dan terus memerbaiki toleransi. Yang menang harus tenggang rasa, tidak mencemooh pihak yang kalah.