Di Balik Kapal Tanker Iran Tempuh Jalur Gibraltar Menuju Suriah
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo – Mesir
·3 menit baca
Setelah heboh berita sistem pertahananan udara Iran, Khordad-3, berhasil menembak jatuh pesawat tanpa awak (Drone) canggih AS, RQ-4 Global Hawk, diatas Selat Hormuz pada 20 Juni lalu, kini media internasional menghebohkan lagi berita satuan marinir Inggris menahan supertanker Grace 1, di perairan Gibraltar, Kamis (4/7/2019) pekan lalu. Kapal yang dioperasikan Iran itu diduga kuat mengangkut minyak mentah dari Iran menuju ke kilang minyak Banyas di Suriah.
Iran selama ini dikenal sebagai pemasok utama minyak mentah dengan harga murah atau bahkan gratis ke rezim Presiden Bashar al Assad di Suriah. Saat ini, ladang-ladang minyak di Suriah yang sebagian besar berada di Suriah bagian timur dan timur laut berada dibawah kontrol oposisi.
Menurut radio Farda berbahasa Persia yang dimiliki AS, dalam periode dari Januari 2017 hingga Oktober 2018, Iran telah mengirim 50 ribu barrel minyak mentah per hari ke rezim Presiden Al Assad dengan nilai transaksi 3 juta dollar AS per hari atau lebih 1 miliar dollar AS per tahun.
Diduga ilegal
Sejak AS memberlakukan sanksinya terhadap Iran dengan melarang ekspor minyak Iran ke luar negeri mulai November 2018, maka suplai minyak mentah Iran ke Suriah ikut terhenti.
Namun sejak dua bulan terakhir ini, Iran diberitakan memulai lagi suplai minyak mentah ke Suriah secara ilegal. Bahkan Iran disinyalir bisa menyerahkan 100 ribu barrel minyak mentah per hari ke Suriah dalam dua bulan terakhir ini. Grace 1, yang membawa minyak mentah Iran menuju Suriah melalui selat Gibraltar itu, adalah bagian dari aktivitas Iran memulai lagi suplai minyak ke rezim Presiden Al Assad.
Kasus aksi penahanan kapal tanker super Iran, Grace 1, itu segera memicu krisis hubungan diplomasi Iran-Inggris, dan sekaligus ikut menaikkan tingkat ketegangan di Teluk Persia.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Abbas Moussavi di Twitternya mengatakan, pihaknya telah memanggil dubes Inggris di Teheran untuk menyampaikan protes atas penahanan Grace 1.
Jalur panjang
Namun yang cukup menarik perhatian adalah mengapa kapal tanker Iran itu menempuh jalur jauh dengan memutari benua Afrika lalu masuk selat Gibraltar, kemudian ke laut Tengah untuk menuju Suriah ? Padahal ada jalur jauh lebih pendek, yaitu jalur dari Teluk Persia ke Teluk Oman, lalu belok ke kanan menuju selat Aden, kemudian belok ke kiri menuju Laut Merah, lantas menyeberang Terusan Suez di Mesir, lalu masuk Laut Tengah untuk menuju Suriah.
Jika menempuh jalur dari Teluk Persia ke Laut Merah, lalu Terusan Suez, kemudian Laut Tengah menuju Suriah hanya menempuh jarak sekitar 3500 mil dan bisa ditempuh hanya dalam tiga atau empat hari perjalanan.
Tetapi bila memilih jalur memutari benua Afrika, lalu masuk selat Gibraltar, kemudian Laut Tengah, maka jarah tempuh mencapai lebih dari 12 ribu mil dan memakan waktu pelayaran lebih dari 7 hari, serta biaya perjalanan yang tentu jauh lebih mahal.
Menurut radio Farda, ada dua kemungkinan Grace 1 memilih jalan memutar benua Afrika lalu masuk selat Gibraltar untuk menuju Suriah. Pertama, upaya Iran mengelabui masyarakat internasional, khususnya AS, dengan cara memilih jalur memutari benua Afrika agar tidak dicurigai membawa minyak menuju Suriah, karena sebelum ini kapal tanker menuju Suriah selalui melalui Laut Merah, lalu melintasi Terusan Suez untuk menuju Suriah.
Kedua, Grace 1 membawa satu juta barrel minyak mentah yang membuatnya tidak bisa melintasi Terusan Suez, karena harus berlayar di laut berkedalaman diengan kedalaman laut lebih dari 20 meter. Sedangkan Terusan Suez hanya bisa melayani kapal-kapal yang berlayar dengan kedalaman laut paling dalam 20 meter saja.
Karena itu, kapal tanker Grace 1 terpaksa berlayar melalui lautan dalam dengan memutari benua Afrika.