JAKARTA, KOMPAS – Jelang partisipasi di kategori boys 15 Piala Gothia 2019 di Gothenburg, Swedia, 14-20 Juli, pelatih tim LKG-SKF Indonesia berupaya mengasah ketajaman para penyerang. Dua penyerang murni tim itu dinilai kerap membuang peluang mencetak gol.
Dalam lima kali sesi latihan, pagi dan sore selama pemusatan latihan di kawasan Pacet, Cianjur, 4-6 Juli, penyerang tim LKG-SKF Indonesia sering membuang kesempatan emas mencetak gol, terutama dua penyerang Muhammad Faiz Maulana dan Muhammad Rido Julian.
Dalam beberapa latihan penyelesaian akhir, mini pertandingan, maupun simulasi pertandingan, Faiz ataupun Rido membuang peluang seperti bola hasil tepisan kiper. Bola itu tidak langsung ditendang ke gawang, tetrapi diolah kembali sehingga momen emas untuk menembak ke gawang hilang. Padahal, kiper sudah mati langkah dan gawang kosong tanpa pengawalan.
Pada situasi lain, Faiz ataupun Rido mendapatkan umpan terobosan dan lepas dari pengawalan bek. Mereka sudah berhadapan dengan kiper. Tetapi, karena tidak tenang, tembakan mereka kadang melebar atau justru terbang jauh di atas gawang.
Direktur Tim 11 atau tim pemandu bakat Liga Kompas Gramedia U-14 yang turut merekomendasikan pemain terbaik LKG U-14 musim 2018/2019 masuk ke tim LKG-SKF Indonesia, Asep Padian di sela latihan, Sabtu (6/7/2019), mengatakan, dua penyerang murni dari 18 pemain LKG-SKF Indonesia memang tipikal penyerang perusak. Mereka kerap mengganggu pergerakan ataupun aliran bola bek lawan.
Dengan tipikal itu, mereka punya emosi lebih berapi-api sehingga tidak tenang di depan gawang. Hal itu membuat mereka terburu-buru ketika mendapatkan peluang emas, atau memukul keras bola saat peluang emas, atau lagi justru mengolah lagi bola yang harusnya bisa menjadi gol.
Adapun penyerang murni yang ideal bertipe pembunuh berdarah dingin atau emosi lebih tenang. Dengan begitu, mereka bisa lebih tenang dan santai mengeksekusi peluang emas di depan mata. ”Karakter itu justru dimiliki penyerang sayap tim LKG-SKF Indonesia, yakni sayap kanan Raka Cahyana Rizky dan sayap kiri Andriano Saputra,” ujar Asep.
Melihat kondisi itu, menurut Asep, pelatih tim LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh harus bisa meracik strategi yang memaksimalkan karakter penyerang murni dan penyerang sayap yang ada. Bisa jadi, penyerang murni ditugaskan merusak konsentrasi pertahanan lawan dan penyerang sayap datang dari lini kedua atau sayap untuk mencetak gol.
”Tugas utama penyerang memang mencetak gol. Tapi, kalau memang hal itu sulit dilakukan, mereka bisa saja menjadi perusak lini pertahanan lawan. Adapun yang bertugas membuat gol bisa dilakukan pemain sayap atau gelandang kalau memang mereka punya naluri gol tinggi,” katanya.
Terus dibenahi
Jumhari Saleh sadar betul dengan situasi tersebut. Untuk itu, ia bereaksi keras setiap kali para penyerang gagal mencetak gol saat mendapatkan peluang emas. Ia tak segan menghukum para penyerang itu dengan menyuruh mereka berputar gelinding tiga-lima kali di lapangan.
”Walaupun tidak terlalu keras, hukuman itu bisa mengingatkan mereka bahwa mereka salah dan tidak boleh mengulanginya lagi. Kalau tidak diingatkan begitu, nanti mereka masa bodoh dengan kesalahannya,” tegas Jumhari.
Selain itu, dalam pemusatan latihan, Jumhari menekankan latihan penyelesaian akhir. Ia membuat latihan penyelesaian akhir khusus untuk para penyerang. Selain itu, ia membuat mini pertandingan atau pertandingan hanya seperempat luas lapangan hingga simulasi pertandingan yang evaluasi utama adalah penyelesaian akhir.
”Naluri gol ataupun ketenangan penyerang di depan gawang harus terus diasah dan dilatih berulang-ulang. Naluri atau ketenangan itu tidak tumbuh secara instan. Itu lahir dari proses panjang juga. Saya berusaha membenahi itu pelan-pelan sejak tim dikumpulkan dan terus difokuskan beberapa pekan terakhir, termasuk di pemusatan latihan ini,” tuturnya.
Faiz menyampaikan, dirinya memang sering gugup ketika sudah satu lawan satu dengan kiper ataupun ketika akan memukul bola ke gawang yang sudah kosong. Gugup itu membuat ia tidak konsentrasi yang berujung kehilangan momen.
”Mungkin itu juga karena saya terlalu banyak mikir. Saya masih mikir bola ini mau diapakan. Padahal, harusnya kita sudah bisa bergerak cepat untuk memukul keras atau menempatkan bola ke sudut-sudut gawang yang sudah kosong itu,” ujarnya.
Dalam pemusatan latihan ini, para pemain terus diberikan suntikan motivasi dan dirangsang untuk lebih kompak. Salah satu materi suntikan motivasi itu untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka, terutama kepada penyerang agar lebih dingin ketika mengeksekusi peluang emas.