Indonesia berduka teramat dalam, kehilangan sosok yang begitu informatif mengenai bencana di negeri ini, Sutopo Purwo Nugroho. Kehadiran Sutopo paling tidak membuat publik tertolong karena informasi yang valid.
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
Indonesia sepatutnya berduka teramat dalam, kehilangan sosok yang begitu informatif mengenai bencana di negeri ini, Sutopo Purwo Nugroho. Di negeri yang akrab dengan bencana ini, kehadiran Sutopo yang selalu cepat mengabarkan bencana, dampak, dan risikonya paling tidak membuat publik Indonesia tertolong karena informasi yang valid.
Media juga tertolong dengan informasi valid dan cepat yang dikabarkan Sutopo tentang berbagai bencana di Indonesia, baik melalui media sosial maupun pesan pribadi langsung melalui aplikasi Whatsapp. Tak jarang informasi dari Sutopo langsung memberangus hoaks yang kerap muncul di setiap bencana yang terjadi.
Informasi dari Sutopo tak hanya membantu warga terdampak bencana dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Terkadang apa yang disampaikan juga membuat tenang warga asing yang tengah berada di Indonesia.
Seperti saat terjadi letusan Gunung Agung di Bali, seorang turis asal Jerman bahkan sampai harus menghubungi Sutopo langsung soal dampak letusan Gunung Agung ini. Sebab, turis tersebut sudah lama merencanakan akan menggelar pernikahan di Bali.
Dedikasi yang sangat tinggi dari pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969, ini terhadap informasi kebencanaan di Indonesia membuatnya terkadang memaksakan diri bertugas meski kanker yang dideritanya tengah menyakiti tubuh.
Bahkan, dalam cuitan terakhir di akun Twitter pribadinya pada 15 Juni, dua hari sebelum berangkat menjalani pengobatan di Guangzhou, China, Sutopo masih mengirimkan informasi peta titik-titik rawan kebakaran di Indonesia. Dalam cuitan sebelumnya pada tanggal 9 Juni, Sutopo masih menginformasikan tentang letusan Gunung Sinabung, Sumatera Utara.
Tak hanya soal informasi kebencanaan, media sosial juga menjadi tempat Sutopo berbagi cerita tentang kanker paru-paru yang dideritanya. Semangatnya berjuang melawan kanker selalu dia tuliskan lewat media sosial. Tak jarang dia mengunggah cerita bagaimana harus menahan sakit dan mengonsumsi begitu banyak obat agar tetap bisa menjalani rutinitasnya mengabarkan informasi kebencanaan kepada publik.
Salah satu unggahan di akun Twitter yang menyentuh hati adalah dukacita Sutopo atas meninggalnya mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono setelah dirawat karena menderita kanker darah. Sutopo menulis bahwa sebagai sesama penyintas kanker, Ani Yudhoyono sudah tak menderita sakit lagi.
Media sosial memang menjadi wahana yang mengakrabkan Sutopo dengan publik. Selain mengabarkan informasi kebencanaan, tak jarang di tengah perjuangan melawan kanker paru-paru yang dideritanya, Sutopo menampilkan sosok yang sangat manusiawi.
Keinginannya untuk bertemu dengan penyanyi idolanya, Raisa, kesampaian berkat media sosial. Pengguna media sosial ramai-ramai membuat tanda pagar (tagar) #RaisaMeetSutopo yang menjadi trending topic di Twitter bulan Oktober 2018, hingga akhirnya keduanya bertemu sekitar sebulan kemudian.
Demikian juga saat sebagai seorang aparatur sipil negara, Sutopo pernah berkeinginan untuk bertemu dan bersalaman dengan Presiden Joko Widodo. Keinginan tersebut sempat diungkapkan Sutopo di media sosial, hingga akhirnya Istana pun mengundang salah satu tokoh humas terbaik pemerintah ini untuk bertemu dengan Presiden.
Kini, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Perjuangan Sutopo melawan kanker berakhir, Minggu dini hari tadi, di Guangzhou, China. Selamat jalan Pak Sutopo, surgalah tempatmu selanjutnya....