Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho dikenal berdedikasi tinggi. Ia tetap menjalankan tugas sepenuh tenaga meskipun didera sakit parah. Dedikasinya perlu menjadi teladan bagi semua orang.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dikenal berdedikasi tinggi. Ia tetap menjalankan tugas sepenuh tenaga meskipun didera sakit parah. Dedikasinya perlu menjadi teladan bagi semua orang.
Sutopo dimakamkan di kampung halamannya, di Tempat Pemakaman Umum Sasonolayu, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7/2019). Turut hadir dalam upacara pemakaman, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Bupati Boyolali Said Hidayat.
Upacara pemakaman dimulai sekitar pukul 08.00. Rombongan keluarga dan pelayat meninggalkan rumah duka sekitar pukul 08.30. Rangkaian upacara pemakaman itu rampung lebih kurang pukul 09.00. Tangis haru dari keluarga dan kerabat mengiringi kepergian Sutopo.
Doni mengungkapkan, meninggalnya Sutopo menjadi pukulan mendalam bagi BNPB. Lembaga tersebut kehilangan sosok berdedikasi tinggi. Sutopo menyembunyikan rasa sakitnya agar masyarakat luas bisa mendapatkan kabar terbaru dari sebuah peristiwa bencana.
”Dalam keadaan yang sulit, mengalami sakit, (Sutopo) masih bisa memberikan pelayanan publik terbaik. Ia memberikan informasi penting pada khalayak,” kata Doni.
Doni berharap munculnya anak-anak muda dengan dedikasi setinggi almarhum Sutopo. Mereka yang rela bekerja setulus hati demi kepentingan bangsa dan negara.
Doni berharap lahirnya sutopo-sutopo yang lain di masa mendatang. ”Anak-anak muda dengan dedikasi setinggi almarhum. Mereka yang rela bekerja setulus hati demi kepentingan bangsa dan negara.”
Hal senada disampaikan Ganjar Pranowo. Ia menyebutkan, Sutopo telah berjuang dengan sekuat tenaga hingga akhir hayatnya. Rasa sakit seolah tidak pernah diekspresikannya kepada publik. Bagaimana masyarakat mendapatkan informasi yang cepat dan akurat terkait kebencanaan menjadi prioritas baginya.
”Sebuah dedikasi yang luar biasa. Kalau bicara berjuang sampai titik darah penghabisan, ya, ini (Sutopo). Beliau orang yang smart dan cerdas,” katanya.
Ganjar menambahkan, dirinya kagum pada cara Sutopo mengajar anak-anaknya mengenai ketabahan. Ia merasa terharu sewaktu salah satu putra Sutopo berbisik kepadanya bahwa Sutopo sudah tidak sakit lagi.
Tidak sekadar memberitakan kebencanaannya, tetapi bagaimana dia menunjukkan bahwa (meski) sakit, tetapi tetap bekerja.
”Ini suatu ketabahan yang tampaknya memang diturunkan oleh Sutopo kepada anak-anaknya. Itu tecermin dari keseharian Mas Topo. Tidak sekadar memberitakan kebencanaannya, tetapi bagaimana dia menunjukkan bahwa (meski) sakit, tetapi tetap bekerja,” ujar Ganjar.
Retno Utami Yulianingsih (48), istri Sutopo, menyampaikan, semula suaminya tidak terbuka tentang penyakit yang dideritanya. Pada Januari 2018, Sutopo memeriksakan dirinya secara mandiri dan didiagnosis kanker paru-paru. Kanker tersebut sudah berada pada stadium keempat.
”Kalau awal terdeteksi memang belum mengganggu. Waktu itu, hanya keluhan rasa sakit di dada. Tetapi, lama-lama rasa sakit itu dirasakan juga pada tulangnya. Saat berada di rumah, rasa sakit itu yang dikeluhkan,” ucap Retno.
Ia menuturkan, semangat Sutopo mengabarkan informasi terkini tentang peristiwa bencana terlecut dari kondisi pentingnya kebenaran informasi di tengah ketidakpastian. Tidak sedikit kabar bohong yang beredar saat peristiwa bencana. Sutopo tidak ingin masyarakat berada pada kekhawatiran karena kabar-kabar bohong.
”Saat terjadi bencana, yang paling dibutuhkan adalah informasi yang cepat dan akurat. Tetapi, banyak hoaks bertebaran dan mengganggu masyarakat. Bapak (Sutopo) kasihan dengan masyarakat dalam kondisi itu,” tutur Retno.