Bintang Argentina Lionel Messi baru dua kali mendapat kartu merah sepanjang kariernya. Yang pertama didapatnya Budapest, Hungaria, dan 14 tahun kemudian ia mendapatkannya lagi di Sao Paulo, Brasil.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
SAO PAULO, MINGGU – Arena Corinthians di Sao Paulo Brasil, menjadi saksi bisu perjalanan karier yang tragis dari bintang Argentina Lionel Messi, Minggu (7/7/2019) pagi WIB. Meski saat itu Argentina mengalahkan Chile 2-1 pada perebutan peringkat ketiga Copa America 2019, Messi meradang karena merasa menjadi korban keputusan wasit yang tidak adil.
Kekecewaan Messi berawal ketika ia mencoba merebut bola dari bek Chile Gary Medel pada babak pertama. Medel lalu membalik badan dan mendorong Messi dengan kepala dan dadanya. Adapun Messi hanya diam dan mengangkat tangan.
Kontroversi terjadi ketika wasit asal Paraguay, Mario Diaz de Vivar, langsung mengganjar kedua pemain tersebut dengan kartu merah tanpa melihat rekaman asisten video wasit (VAR). Keributan terjadi karena kubu Argentina merasa Messi tidak bersalah, sehingga laga sempat tertunda lima menit. Saat itu, Argentina sudah unggul 2-0 berkat gol Sergio Aguero pada menit ke-12 dan Paulo Dybala menit ke-22.
Chile menipiskkan ketertinggalan melalui tendangan penalti Arturo Vidal menit ke-59. Namun, Argentina mempertahankan keunggulan dan memenangi laga tersebut. Sebuah kemenangan yang diraih tanpa kegembiraan seluruh tim karena Messi dan bek Argentina Nicolas Otamendi menolak mengikuti upacara pengalungan medali perunggu.
Melalui kemenangan ini, Messi sekali lagi harus mengakhiri laga internasionalnya dengan cerita pahit. Belum ada trofi yang pernah ia menangkan untuk tim berjuluk ”La Albiceleste” itu. Sebaliknya, ia justru dekat dengan kemalangan terutama soal kartu merah.
Insiden kartu merah yang terjadi di Arena Corinthians itu seperti mengulang tragedi di Stadion Ferenc Puskas, Budapest, ketika Argentina menghadapi Hungaria pada laga persahabatan, 17 Agustus 2005. Laga itu merupakan debut Messi di timnas senior Argentina, saat dia masuk menggantikan Lisandro Lopez menit ke-64.
Namun, Messi yang waktu itu baru berusia 18 tahun, hanya bermain selama 43 detik dan kemudian diganjar kartu merah. Keputusan wasit itu juga kontroversial. Messi sedang menggiring bola ketika bek Hungaria Vilmos Vanczak menarik kaus Messi.
Messi kemudian mempertahankan keseimbangan dengan mengayunkan lengan kanannya dan mengenai wajah Vanczak. Wasit hanya memberi kartu kuning kepada Vanczak pada laga yang berakhir dengan kemenangan Argentina itu, juga dengan skor 2-1.
Sejak itu Messi tidak pernah lagi mendapat kartu merah, baik ketika membela Barcelona maupun timnas Argentina. Bahkan, Messi tergolong kalem ketika berada di lapangan. Ketika mendapat pelanggaran keras dari lawan, ia sering hanya meminta wasit untuk memberi lawannya itu kartu. Apapun keputusan wasit, Messi biasanya kembali diam.
Tuduhan serius
Seusai laga, Messi pun meluapkan kekesalannya dalam sesi wawancara. ”Kami memang tidak seharusnya ambil bagian dalam korupsi ini. Kami bisa tampil lebih baik, tetapi mereka (penyelenggara) tidak membiarkan kami melaju ke final. Korupsi yang terjadi dan wasit tidak membuat fans menikmati sepakbola. Mereka menghancurkan sepak bola,” ujar Messi usai laga.
Ini merupakan tuduhan serius yang diucapkan Messi terhadap Federasi Sepak Bola Amerika Selatan atau Conmebol. Apalagi, Messi juga mengatakan bahwa turnamen ini dibuat untuk memenangkan Brasil sebagai tuan rumah. ”Kebenaran memang harus disampaikan,” ujar Messi ketika ditanya mengenai dampak dari komentarnya tersebut.
Setelah kalah 0-2 dari Brasil pada laga semifinal, Messi sudah melontarkan protes keras pada Conmebol. Protes itu terkait dua pelanggaran yang dialami Argentina, tetapi wasit tidak memberikan tendangan penalti.
Tidak lama kemudian, Conmebol membantah tuduhan Messi. Mereka menyatakan sudah bekerja keras sejak 2016 untuk menciptakan transparansi, profesionalisme, dan pengembangan sepak bola di Amerika Selatan.
”Tuduhan yang disampaikan mencerminkan kurangnya rasa hormat terhadap kompetisi, semua pemain yang terlibat, dan para profesional di dalam Conmebol,” tulis Conmebol dalam pernyataan resminya.
Pelatih Argentina Lionel Scaloni juga menyatakan kebingungannya. ”Saya tidak mengerti bagaimana wasit menggunakan VAR. Pada laga lain, wasit bisa merevisi keputusannya, tetapi tidak dilakukan terhadap Messi. Menarik jika wasit menyatakan kepada publik mengenai apa yang dilihatnya,” ujar Scaloni seperti dikutip Ole.
Bahkan, pelatih Chile Reinaldo Rueda juga ikut mengkritik wasit. ”Sungguh memalukan jika keputusan wasit bisa memengaruhi jalannya laga. Situasi ini membuat tim tidak bisa berkonsentrasi,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)