CIANJUR, KOMPAS – Para pemain tim LKG-SKF Indonesia yang akan tampil pada kategori Boys 15 Piala Gothia 2019 di Gothenburg, Swedia, 14-20 Juli kian memahami instruksi pelatih. Mereka semakin paham cara bertahan, menyerang, dan menekan lawan. Hal itu bisa menjadi modal besar jelang keberangkatan mereka untuk berpartisipasi pada kejuaraan sepak bola kelompok usia tertua dan terbesar di dunia itu.
Hal itu tampak ketika tim menjalani laga uji coba dengan Buperta Cibubur angkatan 2002 di Lapangan Maleber Olympic Center di kawasan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (7/7/2019). Kendati berusia lebih muda dua tahun, 18 pemain LKG-SKF Indonesia bisa tampil lebih baik dan menang telak 5-0 atas lawannya yang disiapkan untuk berlaga di Piala Suratin 2019 itu.
Gol tim dibuat oleh penyerang Muhammad Rido Julian di menit ke-9, gelandang Yardan Yafi di menit ke-37, gelandang Muhammad Naufal Putra di menit ke-43, gelandang Muhammad Rendy Apriyansyah di menit ke-57, dan penyerang Raka Cahyana Rizky di menit ke-82.
Kemenangan itu karena pemain bisa menjalani intruksi pelatih dengan baik. Bermain sebanyak 3x30 menit, pelatih LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh menurunkan formasi 4-3-3 di semua babak yang ada. Walau dengan formasi yang sama, Jumhari memberikan instruksi berbeda di setiap babak.
Pada babak pertama, tim diminta untuk lebih pasif untuk melatih bagaimana kekompakan dan ketenangan lini belakang mereka dalam tekanan. Dengan intruksi itu, hampir semua waktu di babak pertama, pemain hanya bermain di separuh lapangan yang menjadi wilayah permainannya.
Pada babak kedua, tim diminta untuk lebih agresif menyerang untuk melatih kreativitas dan naluri gol. Sepanjang laga, pemain pun bisa terus menekan lawan. Bahkan, lawan nyaris tidak pernah menyentuh wilayah permainan tim LKG-SKF Indonesia di sepanjang babak tersebut.
Pada babak ketiga, tim diminta untuk terus menekan lawan di segala lini terutama sejak garis tengah lapangan. Akan tetapi, kali ini, tim tidak bisa benar-benar mengimplementasikan instruksi tersebut dengan baik.
Jumhari mengatakan, secara keseluruhan, para pemain kian memahami instruksinya. Pada babak pertama, tim bisa sabar untuk terus bermain di wilayahnya agar lawan bisa terus menekan. ”Lawan tadi tidak mengira bahwa mereka bisa terus menekan karena memang diinginkan para pemain kami,” ujarnya.
Pada babak kedua, pemain sangat berenergi untuk menyerang lawan. Hasilnya, mereka bisa membuat tiga gol di babak itu. ”Di babak kedua, lawan nyaris tidak bisa mengembangkan permainannya untuk memasuki wilayah kami,” katanya.
Untuk babak ketiga, Jumhari mengakui instruksinya tidak dijalani lebih baik. Bukannya menekan lawan, tim justru sering ditekan lawan. Walaupun akhirnya, mereka tetap bisa mencetak pada babak tersebut. ”Tadi, para pemain sudah kelelahan. Itu karena mereka latihan cukup berat di pagi dan sore hari selama menjalani pemusatan latihan tiga hari terakhir,” tuturnya.
Bola belum mengalir
Namun, Direktur Tim 11 atau tim pemandu bakat yang turut merekomendasikan pemain terbaik masuk dalam tim LKG-SKF Indonesia Asep Padian menuturkan, aliran bola tim belum berjalan mulus. Mereka memang sudah bisa memainkan bola dari lini belakang. Tapi, ketika ada tekanan dari lawan, beberapa kali mereka panik.
Akibatnya, mereka tidak mengalirkan bola dari belakang, ke tengah, hingga ke depan. ”Kalau sudah panik, mereka langsung buang bola dari belakang ke depan. Itu membuat kadang taktik dan strategi permainan tidak jalan. Harusnya, mereka bisa lebih tenang lagi,” pesannya.
Menurut Asep, situasi itu juga terjadi karena komunikasi para pemain, terutama di belakang kurang baik saat ditekan lawan. Padahal, dalam latihan, mereka sudah menunjukkan koordinasi yang baik dan bisa mengalirkan bola dengan mulus dari belakang, ke tengah, hingga ke depan.
”Pelatih harus terus mengingatkan para pemainnya agar lebih tenang. Jangan panik atau takut membuat kesalahan. Semua pemain bola pasti pernah membuat kesalahan,” ujarnya.
Pelatih Buperta Cibubur Sumaryono menyampaikan, permainan tim LKG-SKF Indonesia sudah jauh berbeda dibandingkan dengan pertemuan kedua tim sebelumnya. Pada Minggu (23/6/2019) di Stadion Gongseng, Jakarta Timur, tim LKG-SKF Indonesia sempat beruji coba melawan Buperta Cibubur angkatan 2002. Saat itu, LKG-SKF Indonesia hanya menang tipis 4-3.
”Anak-anak sekarang bermain lebih kompak. Aliran bola mereka cenderung lebih bagus di belakang, tengah, maupun depan. Khusus lini tengah dan depan, mereka jauh lebih kreatif. Tenaga dan stamina mereka pun terlihat lebih baik,” katanya.
Kendati demikian, Sumaryono mengingatkan, anak-anak LKG-SKF Indonesia terkadang masih sering panik, terutama saat ditekan pemain-pemain lawan yang bertubuh lebih tinggi. ”Ini harus jadi pelajaran bagi jajaran tim guna mengingatkan para pemainnya tidak mudah panik. Apalagi postur anak-anak LKG-SKF Indonesia sekarang cenderung pendek-pendek. Padahal, di Piala Gothia nanti, mereka pasti akan bertemu pemain-pemain yang bertubuh jauh lebih tinggi,” katanya.