Pengungsi dan Pencari Suaka Tetap Bertahan Tinggal di Trotoar
Satu pekan berlalu, para pengungsi dan pencari suaka masih bertahan di trotoar jalan di Kebon Sirih, Jakarta, atau dekat Kantor UNHCR. Pihak UNHCR telah meminta mereka untuk kembali ke Rumah Detensi Imigrasi Kalideres tetapi mereka bergeming.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pengungsi dan pencari suaka memutuskan tetap bertahan di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, atau sekitar Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) di Indonesia, sekalipun pihak UNHCR berulang kali meminta mereka kembali ke Rumah Detensi Imigrasi Kalideres, Jakarta Barat. Mereka menyatakan akan tetap tinggal di trotoar hingga UNHCR memberikan kepastian akan nasib mereka.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (8/7/2019), pengungsi dan pencari suaka dari sejumlah negara yang dilanda konflik, seperti Afghanistan, Sudan, dan Somalia, itu menginap di sisi trotoar dekat Menara Ravindo atau tempat Kantor UNHCR dan sisi trotoar masjid di Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Mereka tidur beralas tikar dan beratapkan tenda.
Mina (15), pencari suaka asal Afghanistan, menyatakan bahwa sedikitnya ada 100 orang yang tinggal di trotoar. Mereka sudah berada di sana sejak sekitar satu minggu yang lalu. Mereka semula ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kalideres, Jakarta Barat.
Mina yang datang bersama ibu dan kakak laki-lakinya mendesak UNHCR segera mencarikan negara yang bersedia menampung mereka sekaligus menyediakan tempat tinggal bagi mereka. Begitu pula pengungsi dan pencari suaka lainnya.
Mayoritas pengungsi dan pencari suaka sudah lebih dari satu tahun tinggal di Rudenim Kalideres, tetapi UNHCR tak kunjung memberikan kepastian. Atas kondisi itu, mereka nekat mendatangi kantor UNHCR bahkan memilih tinggal di trotoar jalan dekat kantor UNHCR.
Dengan tinggal di trotoar, mereka hidup seadanya. Untuk kebutuhan mandi, misalnya, para pengungsi dan pencari suaka terpaksa memanfaatkan kamar mandi yang berada di Masjid Ar-Rayyan di Kementerian BUMN.
Sementara untuk makanan dan minuman, mereka harus menggantungkannya pada belas kasih pengguna jalan yang melintas.
Neni (30), misalnya. Perempuan yang sehari-hari berdagang makanan ini membagikan susu kotak, bubur kacang hijau, dan pastel. Nuraninya terketuk ketika menyaksikan pencari suaka diusir saat meminta makanan di warung tegal (warteg) di sekitar Kebon Sirih. Terlebih, di antara pencari suaka banyak yang masih anak-anak.
”Mereka kena usir sama yang punya warteg. Kasihan. Selain untuk dagang, saya sengaja bikin untuk mereka,” katanya.
Selain Neni, sejumlah pedagang kopi keliling turut memberikan bantuan. Mina, misalnya, menyeduh mi instan dengan menggunakan air panas milik pedagang kopi. Dia sempat memberikan uang Rp 2.000, tetapi ditolak pedagang tersebut. ”Tidak usah. Gratis,” kata pedagang kopi itu.
Kembali ke rudenim
Sekitar pukul 09.28 WIB, Senin, sejumlah pengungsi dan pencari suaka sempat bertemu dengan staf UNHCR. Dari pembicaraan yang didengar Kompas, UNHCR meminta pengungsi dan pencari suaka kembali ke tempat mereka tinggal selama ini, yaitu di Rudenim Kalideres.
Menurut salah seorang staf UNHCR, kegiatan mereka disebut berbenturan dengan undang-undang. Trotoar, dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, merupakan salah satu fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Salah satu staf UNHCR yang menyembunyikan identitasnya di dalam rompi menolak memberikan keterangan kepada Kompas. Dia mengaku hanya bekerja sebagai staf bagian keamanan di UNHCR. Dia pun meminta Kompas bersurat ke alamat e-mail UNHCR untuk keperluan wawancara.
Mina menerangkan, dalam pertemuan dengan staf UNHCR, mereka menjanjikan akan membantu pengungsi dan pencari suaka asalkan mau kembali Rudenim Kalideres. Setidaknya, UNHCR, kata Mina, akan memenuhi keinginan mereka dalam jangka waktu sebulan dari sekarang.
Mina serta pengungsi dan pencari suaka lain menolak tawaran tersebut. ”Di Kalideres, kami juga tinggal di jalan. Tak ada bedanya dengan di sini. Kami tetap akan di sini hingga tuntutan kami dipenuhi,” katanya.