Sebanyak 29.913 hektar sawah di Jawa Barat dilanda kekeringan. Bahkan, 1.682 hektar di antaranya puso atau gagal panen.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sebanyak 29.913 hektar sawah di Jawa Barat dilanda kekeringan. Bahkan, 1.682 hektar di antaranya puso atau gagal panen. Untuk mengurangi dampak lebih besar, petani dianjurkan beralih menanam palawija karena kebutuhan airnya lebih kecil dibandingkan padi.
Sawah yang dilanda kekeringan itu tersebar di 22 kabupaten/kota. Dampak paling besar di Kabupaten Indramayu yang melanda 7.607 hektar sawah, 28 hektar di antaranya puso.
Mayoritas lahan terdampak kekeringan merupakan sawah tadah hujan.
Sementara, sawah yang mengalami puso terbanyak terdapat di Kabupaten Kuningan, yakni seluas 654 hektar. Selanjutnya disusul Kabupaten Sukabumi (330 hektar), Kabupaten Garut (202 hektar), dan Kabupaten Cirebon (150 hektar).
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Hendy Jatnika mengatakan, mayoritas lahan terdampak kekeringan merupakan sawah tadah hujan. Selain itu, lokasinya juga jauh dari sumber air ditambah saluran irigasi yang rusak.
Hendy menuturkan, sejak awal Juni, pihaknya melalui penyuluh pertanian sudah menganjurkan petani untuk tidak menanam padi. Namun, masih banyak petani berspekulasi tetap menanam padi di musim kemarau.
“Petani yang sawahnya jauh dari sumber air dan tidak didukung irigasi memadai dianjurkan beralih menanam palawija,” ujarnya di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (9/7/2019).
Hendy mengatakan, dari 29.913 hektar sawah yang kekeringan, sebanyak 4.214 hektar di antaranya mengalami kekeringan kategori berat sehingga terancam puso. Sementara, 15.035 hektar mengalami kekeringan kategori ringan dan 8.982 hektar kategori sedang. “Untuk kekeringan kategori ringan dan sedang akan diupayakan dengan menyalurkan air menggunakan pompa,” ujarnya.
Luas tanam sawah di Jabar saat ini 596.867 hektar. Artinya, rasio lahan yang dilanda kekeringan sekitar lima persen. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun lalu yaitu tiga persen.
Kekeringan dikhawatirkan mengurangi produksi padi di Jabar. Namun, Hendy optimistis target 12 juta ton gabah kering giling pada 2019 akan tercapai. Hendy mengatakan, hasil panen padi di Jabar hingga Juni 2019 mencapai 6,7 juta ton. Jumlah itu berpotensi bertambah karena sejumlah sawah di selatan Jabar belum dipanen.
“Sumber air sebagian sawah di kawasan selatan tidak bergantung pada irigasi atau bendungan, tetapi dari pegunungan. Jadi, sisanya (dari target) akan kami kejar dari hasil panen hingga akhir tahun,” ujarnya.
Walaupun dalam dua hari terakhir di Bandung turun hujan, musim kemarau diperkirakan masih panjang hingga September. “Di musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan. Kemungkinan hujan tetap ada, tapi intensitasnya rendah,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya.
Tony mengatakan, musim hujan diperkirakan pada awal Oktober. Kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap curah hujan itu diharapkan menjadi pertimbangan petani dalam menentukan jenis tanaman sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan airnya.