Kartu Kredit Masih Tertahan pada Paruh Pertama 2019
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kartu kredit perbankan secara umum masih kurang menggeliat pada paruh pertama 2019. Hal itu tecermin dari rendahnya volume transaksi dan pertumbuhan yang hanya satu digit secara tahunan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan hingga April 2019 yang diperoleh Kompas, Selasa (9/7/2019), volume transaksi kartu kredit bank secara umum mencapai Rp 81 triliun. Jumlah itu hanya bertumbuh satu digit atau sekitar 5,2 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kartu kredit PT Bank Central Asia (BCA) hingga akhir Mei 2019 mencatatkan volume transaksi sebesar Rp 32 triliun. Volume itu hanya bertumbuh satu digit atau 7,5 persen secara tahunan. Transaksi juga terbilang rendah karena target akhir tahun BCA mencapai Rp 75 triliun.
Senior Vice President Head of Consumer Card Credit and Services Group BCA Linda Djojonegoro, Selasa ini, menjelaskan, volume transaksi hingga paruh pertama 2019 memang belum memuaskan. Persoalan yang sama pada paruh pertama juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, Linda meyakini pihaknya akan mencapai ataupun melampaui target volume transaksi pada akhir tahun. ”Seperti biasanya, pada akhir tahun transaksi lebih ngebut. Di akhir tahun transaksi yang tercatat paling tinggi,” katanya.
Pada akhir tahun, penggunaan kartu kredit BCA akan terdorong oleh liburan akhir tahun, yaitu Natal dan Tahun Baru, serta libur sekolah. Di momen tersebut, transaksi di sektor pariwisata biasanya mencatatkan volume tertinggi dibandingkan lainnya.
Linda menambahkan, kartu kredit tidak terdampak pertumbuhan dari pembayaran digital. Kartu kredit memiliki segmen tersendiri dengan volume transaksi yang lebih besar.
Di tengah transaksi kartu kredit yang cenderung lambat, BCA mampu menjaga rasio kredit macet (NPL) hanya 1,99 persen. Tingkat NPL mereka berada di bawah perbankan secara umum, yaitu 2,4 persen.
Jumlah kartu kredit BCA yang tersebar saat ini mencapai 3,7 juta kartu. Dari jumlah itu, 80 persen merupakan pengguna aktif. Adapun kartu tersebut bisa digunakan di 400.000 merchant yang tersebar di seluruh Indonesia.
Transaksi kartu kredit yang cenderung lambat juga terjadi di PT Bank Nasional Indonesia (BNI). Pada semester I-2019, volume transaksi hanya tumbuh 6 persen secara tahunan atau sekitar Rp 19 triliun.
General Manager Divisi Bisnis Kartu PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Okky Rushartomo Budiprabowo mengatakan, pihaknya menargetkan volume transaksi mencapai Rp 40 triliun pada akhir tahun. Dia meyakini semester II-2019 akan menjadi penyokongnya dengan mayoritas transaksi dari pariwisata dan e-dagang.
”Semester II ini secara seasonal memang biasanya lebih besar karena ada banyak event, seperti travel fair. Juga ada hari belanja daring nasional yang berasal dari e-dagang,” kata Okky.
BNI optimistis meraih pertumbuhan signifikan pada paruh kedua 2019 karena naiknya jumlah kepemilikan kartu kredit. Jumlah kartu kredit BNI mencapai 18,5 juta kartu atau naik hingga 5 persen dibandingkan pada tahun lalu.
Pada saat yang bersamaan, NPL kartu kredit BNI berada di kisaran 2,7 persen atau lebih tinggi daripada rata-rata bank secara umum. BNI menargetkan NPL tidak melampaui 2,6 persen pada akhir tahun.
Untuk mengatasi tingginya NPL, menurut Okky, pihaknya akan menjaga kualitas kredit dengan fokus mengakuisisi nasabah captive. ”Strategi penagihan juga diperkuat untuk memperbaiki flow rate,” ujarnya.