Kearifan lokal dinilai dapat membantu menangkal terorisme. Kampus di Kalimantan didorong mengelaborasi berbagai kegiatan akademik dengan kegiatan lokal agar mahasiswa bisa membaur dengan manusia dari berbagai latar belakang, mengingat Kalimantan termasuk wilayah lintasan teroris.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Kearifan lokal dinilai dapat membantu menangkal terorisme. Kampus di Kalimantan didorong mengelaborasi berbagai kegiatan akademik dengan kegiatan lokal agar mahasiswa bisa membaur dengan manusia dari berbagai latar belakang, mengingat Kalimantan termasuk wilayah lintasan teroris.
Hal itu mengemuka dalam Dialog Pelibatan Civitas Academica dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Timur di Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan, Selasa (9/7/2019). Acara tersebut dihadiri oleh Ketua FKPT Kalimantan Timur Hasyim Mi\'radjie, Rektor ITK Budi Santosa, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli, dan mantan anggota Jaringan Terorisme Kurnia Widodo.
Survei BNPT 2017 menyebutkan kearifan lokal dapat membantu menangkal terorisme dengan signifikansi paling tinggi, yakni 99,43 persen. "Kearifan lokal mencakup seni, budaya, gotong royong, dan tradisi. Hal itu mampu menangkal terorisme sebab memberi ruang bertemu dan bergaul manusia dalam berbagai latar belakang," ujar Hamli.
Dalam survei itu, daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme juga dipengaruhi oleh kesejahteraan dengan signifikansi 98,82 persen, kebebasan 75,66 persen, kepercayaan umum 74,25 persen, keadilan 50,25 persen, serta pertahanan dan keamanan 23,11 persen.
Kearifan lokal mencakup seni, budaya, gotong royong, dan tradisi. Hal itu mampu menangkal terorisme sebab memberi ruang bertemu dan bergaul manusia dalam berbagai latar belakang
Hasil riset Setara Institute 2017 menyebutkan bahwa masjid, baik di perumahan dan perguruan tinggi di Depok menjadi sarang radikalisme. Oleh sebab itu, Hamli mengimbau sivitas akademika hendaknya memiliki pergaulan yang luas agar memiliki perspektif terbuka dalam memandang suatu hal. Kerja sama lintas sektor dibutuhkan mengingat wilayah Kalimantan merupakan lintasan terorisme dari Filipina dan Malaysia.
"Mahasiswa perlu meningkatkan pemikiran kritis terhadap berbagai hal. Kita hidup dengan berbagai latar belakang, jadi kumpulkan informasi dan perluas pergaulan agar bisa melihat persoalan tidak hanya dari satu sisi. Kearifan lokal bisa membantu dalam hal ini," kata Hamli.
Untuk itu, BNPT dalam strategi nasional pencegahan terorisme memasukkan kearifan lokal sebagai pendekatan lunak. Hal itu melibatkan berbagai perkumpulan dan organisasi lokal agar bekerja sama mengkampanyekan toleransi dalam berbagai kegiatan.
Mahasiswa perlu meningkatkan pemikiran kritis terhadap berbagai hal. Kita hidup dengan berbagai latar belakang, jadi kumpulkan informasi dan perluas pergaulan agar bisa melihat persoalan tidak hanya dari satu sisi. Kearifan lokal bisa membantu dalam hal ini
Sadar secara bertahap
Mantan anggota Jamaah As Sunnah Kurnia Widodo mengatakan, dirinya sadar secara bertahap tentang apa yang ia dan jaringannya lakukan membuat orang lain menderita. Pada 2016, ia bertemu dengan salah satu korban bom di hotel JW Marriot dengan 60 persen luka di tubuhnya.
Pertemuan-pertemuan dengan banyak kalangan, termasuk korban yang membuat ia sadar bahwa ada penderitaan dan ketakutan yang dirasakan orang lain akibat yang ia lakukan. "Saya perlahan mempelajari dan memahami penderitaan dan pandangan orang lain. Akhirnya saya sadar bertahap," ujar Kurnia.
Saya perlahan mempelajari dan memahami penderitaan dan pandangan orang lain. Akhirnya saya sadar bertahap
Rektor ITK Budi Santosa mengatakan, mahasiswa butuh pertimbangan yang matang untuk melakukan suatu hal. Jika terjerumus dalam terorisme, yang terdampak tak hanya nyawa, tetapi juga perekonomian nasional.
"Orang luar takut ke sini, investor takut investasi ke sini. Tempat wisata juga terdampak karena kunjungan wisatawan menurun," katanya.
Ketua FKPT Kalimantan Timur Hasyim Mi\'radjie mengatakan, untuk manangkal bibit-bibit radikalisme, kampus perlu dijadikan episentrum damai. Hasyim berpendapat, perlu ditingkatkan kewaspadaan dengan mengorganisir seluruh kekuatan civitas academica supaya lebih efektif dan efisien dalam menangkal ideologi radikal dan mempersempit ruang geraknya di tempat ibadah, khususnya di kampus dan sekitarnya.