Keistimewaan Novak Djokovic, Roger Federer, dan Rafael Nadal kembali terlihat di lapangan rumput All England Club, London, Inggris, tempat berlangsungnya Grand Slam Wimbledon. Di turnamen dengan tuntutan kemampuan spesifik ini, ”Big Three” masih sulit ditandingi petenis lain.
Oleh
Yulia Sapthiani
·5 menit baca
Tiga pemain senior yang menjadi unggulan teratas Wimbledon, Novak Djokovic, Roger Federer, dan Rafael Nadal, memimpin barisan tunggal putra yang tampil pada perempat final Grand Slam Wimbledon, Rabu (10/7/2019). Statistik pertemuan dengan lawan masing-masing memungkinkan mereka lolos ke semifinal, seperti yang terjadi pada Perancis Terbuka, 26 Mei-9 Juni.
Ketiganya memang kalah dalam pertemuan terakhir melawan calon lawan mereka pada perempat final, yakni David Goffin, Kei Nishikori, dan Sam Querrey. Akan tetapi, mereka tetap dominan dalam statistik pertemuan. Djokovic unggul 5-1 atas Goffin, Federer memimpin 7-3 atas Nishikori, dan Nadal menang 4-1 atas Querrey.
Dua petenis lain, Roberto Bautista Agut atau Guido Pella, yang baru kali ini lolos ke perempat final Grand Slam, seolah hanya pelengkap persaingan ”Big Three” di semifinal.
Ketiganya juga hanya kehilangan satu set dalam perjalanan ke perempat final. Setelah itu, penampilan mereka semakin solid. Pada babak keempat, saat 16 laga tunggal putra dan putri dilagakan dalam satu hari sehingga disebut ”Manic Monday”, ketiganya memperlihatkan mengapa mereka masih sulit dikalahkan. Total hanya satu break point yang mereka hadapi dan Federer mampu menggagalkan itu ketika berhadapan dengan Matteo Berrettini (Italia).
Federer menang, 6-1, 6-2, 6-2, dan memenangi set pertama hanya dalam 17 menit. Berrettini, unggulan ke-17, hanya mendapat delapan poin dari tujuh gim.
Djokovic hanya kehilangan 14 poin dari servisnya dan lima kali mematahkan servis, dari sembilan kesempatan, ketika mengalahkan petenis Perancis, Ugo Humbert, 6-3, 6-2, 6-3.
”Ini bukan perihal menghemat tenaga. Saya mencoba fokus melakukan apa yang seharusnya saat bertanding. Saya senang bisa menyelesaikannya dalam tiga set,” ujar Djokovic.
Mantan petenis nomor satu dunia, Boris Becker, menilai, Nadal membunyikan alarm peringatan setelah menang, 6-2, 6-2, 6-2, atas Joao Sousa. Padahal, Nadal tak termasuk petenis yang selalu difavoritkan juara di Wimbledon.
Kemampuan khusus
Kehadiran Djokovic, Federer, dan Nadal pada perempat final di All England Club lagi-lagi menjadi penegasan betapa istimewanya mereka. Setidaknya dua di antara mereka selalu tampil pada semifinal setiap Grand Slam sejak Wimbledon 2018. Ini belum ditambah ketika persaingan Federer dan Nadal mulai terjadi sejak 2005 disusul kemunculan Djokovic, tiga tahun kemudian.
Bersaing di Grand Slam membutuhkan konsistensi penampilan pada tujuh laga dalam dua pekan, berformat best of five sets untuk tunggal putra, untuk menjadi juara. Wimbledon, seperti halnya Perancis Terbuka, menuntut spesialisasi kemampuan lain.
Lapangan rumput memantulkan bola dengan sangat cepat dan rendah sehingga petenis dituntut memiliki kecepatan kaki. Namun, itu tak menjadi satu-satunya syarat.
Kecepatan kaki Federer, misalnya, dinilai rendah oleh tim analis jelang Australia Terbuka 2019. Dari rentang poin hingga 100, nilai kecepatan kaki yang menjadi bagian dari penilaian fisik hanya 21. Namun, Federer memiliki kemampuan kontrol lapangan dan waktu yang tinggi, 91 dan 92 poin.
Kontrol lapangan dan waktu adalah indikator dari faktor taktik yang secara keseluruhan menghasilkan 96 poin bagi Federer. Nilai sama juga didapat dari faktor teknik dan mental.
Federer menutupi kelemahan dalam faktor fisik dengan akurasi pukulan, senjata mematikan peraih 20 gelar Grand Slam itu. Sang maestro asal Swiss ini juga memiliki kecepatan berpikir dan memilih pukulan yang menghindarkannya dari tekanan.
Nadal, meski lebih jago di lapangan tanah liat yang memberinya 12 gelar Perancis Terbuka, memiliki kemampuan adaptasi luar biasa untuk bermain di tanah liat yang berkarakter lambat, lalu berpindah ke lapangan rumput. Petenis yang dikenal gigih ini dua kali menyandingkan gelar Perancis Terbuka dan Wimbledon pada 2008 dan 2010.
Adapun Djokovic punya kemampuan yang juga dimiliki Federer dan Nadal hingga terbilang petenis dengan kemampuan lengkap untuk bersaing di semua jenis lapangan.
Di Wimbledon kali ini, Big Three bertahan di tengah bergugurannya para penerus mereka, seperti Dominic Thiem, Alexander Zverev, dan Stefanos Tsitsipas, pada babak pertama.
”Saya tak tahu apakah itu karena kurang pengalaman atau bukan karena saya juga kalah pada babak pertama di tahun 1999, 2000, dan 2002. Rasa panik memang mudah muncul saat bermain di lapangan ini. Jadi, mungkin kami yang lebih berpengalaman bisa mengontrol rasa gugup dengan lebih baik,” kata Federer, yang mengejar gelar kesembilan di Wimbledon.
”Di sisi lain, saya, Novak, dan Rafa juga masih kompetitif. Kami masih menunjukkan bahwa kami masih sulit dikalahkan,” ucapnya.
Serena dan Halep ke semifinal
Tujuh kali juara Wimbledon, Serena Williams mendapatkan tiket semifinal setelah menjalani laga ketat dengan Alison Riske dalam persaingan antara sesama petenis Amerika Serikat. Dalam pertandingan selama dua jam, Serena menang, 6-4, 4-6, 6-3. Lawannya di semifinal adalah pemenang pertandingan Johanna Konta melawan Barbora Strycova.
”Saya sangat puas dengan penampilan hari ini. Semifinal Wimbledon ini tak terjadi setiap hari,” Serena.
Kemenangan ini makin mendekatkan Serena pada gelar juara Grand Slam ke-24, sama seperti miliki Margaret Court, petenis pada era 1960-1970-an, sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal. Pada Wimbledon 2018, Serena lolos hingga ke final, tetapi kalah dari Angelique Kerber.
Pada paruh undian bawah, Simona Halep menjadi tunggal putri pertama yang lolos ke semifinal. Petenis unggulan ketujuh ini menang atas Zhang Shuai (China), 7-6 (7-4), 6-1, dan akan berhadapan dengan Elina Svitolina atau Karolina Muchova di semifinal. Sejak debut pada 2011 di Wimbledon, semifinal menjadi hasil terbaik Halep yang juga diraihnya pada 2014.
Sementara itu, perjalanan petenis Indonesia, Christopher ”Christo” Rungkat, di Wimbledon berakhir setelah bersama Shuko Aoyama (Jepang) kalah pada babak kedua nomor ganda campuran, Senin. Mereka dikalahkan unggulan keenam, Nikola Mektic/Alicja Rosolska (Kroasia/Polandia), 5-7, 4-6. Pada pekan lalu, kekalahan pada babak pertama dialami Christo di ganda putra bersama Hsieh Cheng Peng (Taiwan).
Adapun Priska Madelyn Nugroho, yang tampil pada tunggal putri yunior, bermain melawan Aubane Droguet (Perancis) pada babak kedua, Rabu dini hari WIB. Di babak pertama, sehari sebelumnya, Priska mengalahkan Chole Beck (AS), 6-7 (9-7), 6-2, 6-4. (AFP/REUTERS)