Bursa Efek Indonesia kembali kedatangan dua emiten baru yang melakukan pencatatan saham perdana pada Rabu (10/ 7/2019). Sepanjang tahun 2019 berjalan, sebanyak 30 perusahaan mencatatkan diri menjadi perusahaan terbuka di pasar modal.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bursa Efek Indonesia kembali kedatangan dua emiten baru yang melakukan pencatatan saham perdana pada Rabu (10/ 7/2019). Sepanjang tahun 2019 berjalan, sebanyak 30 perusahaan mencatatkan diri menjadi perusahaan terbuka di pasar modal.
PT Inocycle Technology Group Tbk dengan kode saham INOV dan PT Arkha Jayanti Persada Tbk dengan kode saham ARKA masing-masing menjadi emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ke-29 dan ke-30 di sepanjang 2019. Kedua perusahaan mencari sumber pendanaan alternatif di pasar modal untuk melakukan ekspansi bisnis dan pembayaran utang.
Inocycle Technology Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri serat tapel buatan dan tekstil nonwoven (bukan tenunan). INOV melepas 608 juta lembar saham dengan harga penawaran Rp 250 per saham. Melalui penawaran saham ini, perusahaan menargetkan dapat meraup dana sebesar Rp 152 miliar.
Direktur Utama Inocycle Technology Group Jaehyuk Choi berencana menggunakan 40 persen dana hasil penawaran umum saham perdana untuk pembayaran sebagian utang kepada PT Putra Karya International.
Sementara 30 persen untuk pengembangan bisnis baru atau pembentukan anak usaha baru. Adapun sebanyak 30 persen dana yang mereka himpun dari pasar modal akan digunakan untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku.
”Kemampuan pengembangan produk dan rekam jejak inovasi merupakan salah satu keunggulan kami dibandingkan dengan pesaing. Dengan tambahan modal, kami yakin dapat berkembang lebih lanjut,” ujarnya.
Perusahaan menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia dan PT Bahana Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Adapun Arkha Jayanti Persada yang bergerak di bidang manufaktur alat berat dan konstruksi baja melepas 500 juta lembar saham atau setara 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Memiliki harga penawaran saham sebesar Rp 236 per saham, ARKA optimistis dapat meraup dana segar sebesar Rp 118 miliar.
Direktur Utama Arkha Jayanti Persada Dwi Hartanto mengatakan, sebesar 70 persen dana dari pasar modal akan digunakan perseroan untuk modal kerja berupa pembelian bahan baku dan bahan pembantu. Adapun sisanya akan digunakan untuk membayar utang kepada pemasok.
Selama ini, ARKA menjalin kerja sama dengan berbagai merek produsen alat berat, mulai dari Caterpillar, Hino, Komatsu, hingga United Tractors. Perusahaan menjadi pihak yang memproduksi beberapa bagian dari alat berat, seperti bak pada dump truck atau bucket pada ekskavator.
”Dengan menjadi perusahaan terbuka, kami berekspektasi bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan serta laba yang signifikan,” ujarnya.
Pada 2018, Arkha Jayati Persada mencatatkan pendapatan Rp 104,33 miliar dengan laba sebesar Rp 2,11 miliar. Tahun ini perusahaan menargetkan pendapatan Rp 135,62 miliar hingga Rp 146,06 miliar. Sementara laba diproyeksikan bisa tumbuh menjadi Rp 2,74 miliar hingga Rp 2,95 miliar
Arkha Jayati Persada menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Pada masa penawaran umum saham, ARKA mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 1,84 kali dari total saham yang ditawarkan atau sebesar 85,11 kali dari penawaran terpusat pada 1-5 Juli 2019.