Menanam Pohon Tetap Cara Termurah Atasi Krisis Iklim
JAKARTA, KOMPAS — Penanaman miliaran pohon secara besar-besaran di seluruh dunia merupakan cara terampuh dan termurah untuk mengatasi krisis iklim yang kini terus memburuk. Rekomendasi ini didasarkan pada hasil perhitungan para ilmuwan terkini.
Mereka membuat perhitungan pertama tentang jumlah pohon yang ditanam tanpa mengurangi lahan pertanian dan daerah perkotaan. Penelitian ini pun memperkirakan program penanaman di seluruh dunia dapat menghilangkan dua pertiga dari semua emisi yang telah dipompa ke atmosfer akibat aktivitas manusia.
Pertumbuhan pohon yang menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida merupakan proses alami untuk mengurangi konsentrasi emisi gas rumah kaca tersebut. Angka signifikan dan dianggap menakjubkan oleh para ilmuwan.
Pertumbuhan pohon yang menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida merupakan proses alami untuk mengurangi konsentrasi emisi gas rumah kaca.
Analisis menemukan 1,7 miliar hektar lahan tanpa pohon dimana 1,2 triliun anakan pohon asli akan tumbuh secara alami. Wilayah itu sekitar 11 persen dari seluruh tanah di bumi dan setara dengan ukuran gabungan AS dan Cina.
Pada daerah tropis, tutupan pohon dapat mencapai 100 persen dan sementara daerah lain akan lebih jarang tertutup. Artinya, rata-rata sekitar setengah wilayah tersebut berada di bawah kanopi pohon.
Para ilmuwan secara khusus mengecualikan semua bidang tanah yang digunakan untuk penanaman dan daerah perkotaan pada analisisnya. Tetapi mereka tetap memasukkan tanah penggembalaan, di mana para peneliti mengatakan beberapa pohon juga dapat menguntungkan domba dan sapi.
“Evaluasi kuantitatif baru ini menunjukkan restorasi (hutan)] bukan hanya salah satu dari solusi perubahan iklim kami, ini satu yang sangat luar biasa,” kata Prof Tom Crowther dari Universitas Swiss ETH Zürich, yang memimpin penelitian, dalam The Guardian, 4 Juli 2019.
Ia mengatakan hal yang mengejutkan adalah skalanya. Awalnya, ia berpkir restorasi akan masuk 10 besar, tetapi ternyata jauh lebih kuat daripada semua solusi perubahan iklim lainnya yang pernah diusulkan.
Membalikkan tren
Crowther menekankan bahwa tetap penting untuk membalikkan tren peningkatan emisi gas rumah kaca saat ini dari pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan, serta menurunkannya menjadi nol. Dia mengatakan ini diperlukan untuk menghentikan krisis iklim menjadi lebih buruk dan karena restorasi hutan membutuhkan waktu 50-100 tahun untuk memiliki efek penuh menghilangkan 200 miliar ton karbon.
“Tetapi penanaman pohon adalah solusi perubahan iklim yang tidak mengharuskan Presiden Trump untuk segera mulai percaya pada perubahan iklim, atau para ilmuwan datang dengan solusi teknologi untuk menarik karbon dioksida keluar dari atmosfer", kata Crowther.
Selain itu, penanaman pohon merupakan cara termurah yang pelaksanaannya melibatkan semua individu di planet bumi.Tak harus menanam pohon sendiri, setiap individu juga bisa berkontribusi melakukan penanaman dengan berdonasi pada organisasasi yang bergerak di bidang restorasi hutan.
Christiana Figueres, mantan Kepala Iklim PBB dan pendiri kelompok Global Optimism, menyambut baik hasil riset ini. Ini karena hasil penelitian mengungkap seberapa banyak lahan yang dapat dan harus ditutupi dengan pohon-pohon tanpa mempengaruhi produksi makanan atau permukiman. “Ini cetak biru yang sangat penting bagi pemerintah dan sektor swasta,” kata dia.
René Castro, Asisten Direktur Jenderal di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), mengatakan hasil riset ini menjadikannya memiliki bukti definitif tentang potensi lahan untuk menumbuhkan kembali hutan. Selain itu, hasil riset menunjukkan lokasi serta jumlah karbon yang bisa diserap.
Crowther mengatakan proyek yang paling efektif adalah melakukan restorasi senilai 30 sen dollar AS per pohon. “Itu berarti kita dapat memulihkan pohon 1 triliun seharga 300 miliar dollar AS. Sejauh ini merupakan solusi termurah yang pernah diusulkan dalam konteks menyerap emisi gas rumah kaca.
Crowther berkata potensi lokasi penanaman pohon ada di mana-mana. Ia menyebut enam negara terbesar tersebut yaitu Rusia, Kanada, Cina, Amerika Serikat, Brasil, dan Australia yang mencakup setengah dari lokasi restorasi potensial.
Enam negara terbesar tersebut yaitu Rusia, Kanada, Cina, Amerika Serikat, Brasil, dan Australia yang mencakup setengah dari lokasi restorasi potensial.
Inisiatif penanaman pohon sudah ada, termasuk Bonn Challenge, yang didukung oleh 48 negara, yang bertujuan memulihkan 350 juta hektar hutan pada tahun 2030. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa banyak dari negara-negara ini telah berkomitmen untuk memulihkan kurang dari setengah wilayah yang potensial membentuk hutan baru.
"Ini adalah peluang baru bagi negara-negara itu untuk memperbaikinya. Secara pribadi, Brasil akan menjadi hotspot impian saya untuk memperbaikinya, itu akan spektakuler," kata dia.
Penelitian ini didasarkan pada pengukuran tutupan pohon oleh ratusan orang di 80.000 gambar satelit resolusi tinggi dari Google Earth. Komputasi kecerdasan buatan kemudian menggabungkan data ini dengan 10 faktor kunci tanah, topografi, dan iklim untuk membuat peta global di mana pohon dapat tumbuh.
Para ilmuwan mengungkap sekitar dua pertiga dari semua lahan - 8,7 miliar ha - dapat mendukung hutan yang 5,5 miliar ha sudah memiliki pohon. Dari 3,2 miliar ha lahan tanpa pohon, sejumlah 1,5 miliar ha digunakan untuk menanam pangan serta 1,7 miliar lahan hutan potensial di daerah yang sebelumnya terdegradasi atau jarang ditanami.
"Penelitian ini sangat bagus," kata Joseph Poore, seorang peneliti lingkungan di Queen\'s College, University of Oxford. “Ini menghadirkan visi yang ambisius tetapi penting untuk iklim dan keanekaragaman hayati.” Namun dia mengatakan banyak area reboisasi yang diidentifikasi saat ini digembalakan oleh ternak termasuk, misalnya, sebagian besar Irlandia.
"Tanpa membebaskan miliaran hektar yang kami gunakan untuk menghasilkan daging dan susu, ambisi ini tidak dapat diwujudkan," katanya.
Crowther mengatakan bahwa risetnya memperkirakan hanya dua hingga tiga pohon per bidang untuk sebagian besar padang rumput: “Mengembalikan pohon dengan kepadatan (rendah) tidak saling eksklusif dengan merumput. Faktanya, banyak penelitian menunjukkan bahwa domba dan sapi lebih baik jika ada beberapa pohon di lapangan,” kata dia.
Crowther juga mengatakan potensi untuk menumbuhkan pohon di samping tanaman seperti kopi, kakao dan beri - yang disebut agro-forestry - belum dimasukkan dalam perhitungan potensi restorasi pohon. “Perkiraan kami tentang 0,9 miliar hektar (tutupan pohon) cukup konservatif,” imbuhnya.