Pembebasan lahan dan kondisi tanah menjadi kendala pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda di Kalimantan Timur. Kendati beberapa kali meleset dari prediksi, jalan tol pertama di Kalimantan ini ditargetkan tetap bisa dioperasikan secara fungsional pada akhir tahun ini.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pembebasan lahan dan kondisi tanah menjadi kendala pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda di Kalimantan Timur. Kendati beberapa kali meleset dari prediksi, jalan tol pertama di Kalimantan ini ditargetkan tetap bisa dioperasikan secara fungsional pada akhir tahun ini.
Proyek Tol Balikpapan-Samarinda terbagi menjadi lima seksi dengan total panjang 99,35 kilometer (km). Total investasi proyek ini sebesar Rp 9,97 triliun yang terdiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan pinjaman dana asing.
Jalan tol ini merupakan salah satu proyek strategis nasional yang pembangunannya dikebut pemerintah pada tahun ini selain tiga ruas tol di Tol Lingkar Luar Jakarta 2, Jakarta-Cikampek layang, Pandaan-Malang, dan Manado-Bitung. Jika sesuai rencana, ruas-ruas tersebut akan menambah 245 km jalan tol baru sampai akhir tahun (Kompas, 7/5).
Kendati demikian, hingga 27 Juni, sekitar 1,04 persen lahan dari total kebutuhan 789,29 hektar untuk proyek Tol Balikpapan-Samarinda belum selesai dibebaskan. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Seksi V Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XII, Dodi Tunjung, mengatakan, berdasarkan hasil koordinasi dengan PPK Lahan, masih ada permintaan pembebasan tanah sisa sebanyak 34 bidang di seksi V. Setelah pembebasan lahan itu selesai, PPK Pembangunan baru bisa melaksanakan pembangunan di bidang-bidang lahan itu.
”Pembebasan lahan masih dalam proses, begitu juga dengan pengerjaan tol. Seksi V terbagi menjadi dua, yaitu seksi V sepanjang 9,85 km dan seksi V (A) sepanjang 1,65 km. Seksi V pengerjaannya mencapai 92 persen, sedangkan seksi V (A) perkembangannya sudah 50 persen,” kata Dodi di Balikpapan, Rabu (10/7/2019).
Ruas tol seksi V memanjang dari Km 13 sampai Bandara Sepinggan Balikpapan. Menurut Dodi, kendala lain yang dihadapi pada seksi ini adalah terjadinya longsor pada awal tahun di lahan yang sudah ditimbun. Hal itu membutuhkan pengecekan tanah dengan cara dibor. Sampel tanah akan dilihat untuk dijadikan pertimbangan penanganan lahan di lokasi tersebut.
Pembangunan juga sempat terkendala saat bencana tsunami menerjang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada November 2018. Padahal, kebutuhan akan batu yang tidak terdapat di Kalimantan dipasok dari Sulawesi. Hal itu membuat suplai batu terhenti selama dua bulan. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat penyelesaian tol tidak tercapai pada April 2019.
Sementara itu, PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda (JBS) menangani seksi II, III, dan IV sepanjang 66 km dari Samboja hingga Samarinda. Direktur Teknik dan Operasi PT JBS, Edy Nugraha, mengatakan, total pengerjaan di seksi II hingga IV mencapai 91 persen.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah persoalan geoteknik. Hal itu mencakup persoalan keadaan tanah di beberapa titik yang tidak sesuai prediksi awal.
Ia mengatakan, pengerjaan konstruksi di seksi itu ditargetkan selesai pada September tahun ini. Kendala yang dihadapi selama ini adalah persoalan geoteknik. Hal itu mencakup persoalan keadaan tanah di beberapa titik yang tidak sesuai prediksi awal.
”Sebagai contoh, konstruksi yang semula direncanakan menggunakan perkuatan mini pile, geotextile, dan urukan tanah, ternyata setelah dievaluasi ulang harus diganti menggunakan pile slab atau tiang pancang,” ujar Edy.
Pembangunan jalan tol ini juga beririsan dengan wilayah konservasi Taman Hutan Rakyat (Tahura) Bukit Soeharto. Sebelumnya, pembebasan lahan terkendala karena masyarakat yang tinggal di sana meminta ganti rugi tanaman.
”Saat ini, masalah itu sudah selesai. Tahura itu dibentuk tahun 2016 dan masyarakat sudah banyak sekali di dalam. Tugas kami mengawasi Tahura agar tidak terjadi perambahan ilegal,” kata Kepala Unit Pengelola Teknis Daerah Tahura Rusmadi.
Jalan tol diharapkan juga mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh di antara dua kota besar di Kalimantan Timur ini.
Pembangunan jalan tol ini dimaksudkan untuk membangun kawasan industri minyak goreng, batubara, minyak bumi dan gas, serta perkebunan di antara Balikpapan dan Samarinda. Jalan tol diharapkan juga mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh di antara dua kota besar di Kalimantan Timur ini.
Menurut perhitungan, jarak tempuh Balikpapan-Samarinda bisa mencapai 1 jam dengan kecepatan 100 km per jam jika melalui jalan tol. Jika menggunakan jalan biasa, waktu tempuh sekitar 3 jam.