Namun, perempat final di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Rabu (10/7/2019), mutlak menjadi milik Djokovic. Sang juara bertahan hanya mendapat perlawanan ketat pada set pertama untuk menang 6-4, 6-0, 6-2 dalam 1 jam 57 menit. Berdasarkan gim yang direbut lawan, ini kemenangan termudah Djokovic hingga perempat final.
”David bermain bagus pada set pertama, dia menyerang dengan baik dari baseline. Setelah saya memenangi poin penting pada set pertama, keadaan berubah. Saya tak tahu apa yang terjadi jika kalah pada set itu,” kata Djokovic.
Menang pada momen kritis, seperti merebut servis Goffin pada gim ke-10 set pertama, menjadi pembeda antara petenis top seperti Djokovic, Roger Federer, dan Rafael Nadal dengan petenis lain.
Hanya kehilangan satu set menuju semifinal, Djokovic tampaknya tak akan kesulitan kembali ke final. Lawannya di empat besar adalah Roberto Bautista Agut atau Guido Pella, yang berhadapan pada perempat final. Bagi kedua petenis itu, kemenangan akan mengantarkan mereka ke semifinal Grand Slam untuk pertama kali.
”Meski akan berhadapan dengan petenis yang bukan 10 besar dunia, saya tetap menghormati lawan,” ujar Djokovic.
Djokovic menjadi petenis ”Big Three” pertama yang lolos ke semifinal. Dua pesaing beratnya, Federer dan Nadal, bertanding pada sesi kedua, Rabu tengah malam waktu Indonesia. Federer berhadapan dengan Kei Nishikori, sedangkan Nadal melawan Sam Querrey.
Jika kemenangan diraih Federer dan Nadal, untuk kedua kali dalam Grand Slam secara beruntun ketiganya tampil pada semifinal. Di Perancis Terbuka, Nadal, yang akhirnya juara, mengungguli Federer, sedangkan Djokovic ditaklukkan Dominic Thiem.
Sebelum perempat final Wimbledon, Big Three memiliki rekor dominan pada perempat final Grand Slam. Total mereka meraih 81 persen kemenangan (110 menang-26 kalah) pada perempat final Grand Slam, termasuk 26-6 di perempat final Wimbledon.
”Pengalaman membantu membangun rasa percaya diri. Kami sering tampil pada laga penting di Lapangan Utama. Itu sebabnya, kami nyaman bertanding di sana dan bisa konsisten tampil baik,” kata Djokovic mengomentari dominasi Big Three.
Pada level yunior, petenis putri Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, melangkah ke babak perempat final setelah mengalahkan Linda Fruhvirtova (Ceko), 4-6, 6-3, 6-3. Pada perempat final, petenis berusia 16 tahun itu akan bertemu unggulan ke-10, Alexa Noel (AS).
Percaya diri
Untuk pertama kalinya, Simona Halep menyatakan suka bermain di lapangan rumput. Komentarnya setelah mengalahkan Zhang Shuai (China), 7-6 (7-4), 6-1, pada perempat final menandakan besarnya rasa percaya diri melawan Elina Svitolina pada semifinal, Kamis.
”Saya merasa makin nyaman bermain di lapangan rumput, tak pernah tergelincir saat bermain pada tahun ini. Bermain di lapangan rumput sedikit berbahaya karena pijakan kaki tak sestabil di lapangan keras atau tanah liat. Tetapi, saya makin percaya diri, saya sudah tahu harus berbuat apa setiap kali bola datang,” tutur Halep.
Meski pernah mencapai tahap yang sama di Wimbledon 2014, Halep dikenal lebih sukses di lapangan tanah liat, jenis lapangan dengan karakter bertolak belakang dengan rumput. Tanah liat menyuguhkan permainan lambat karena bola memantul tinggi dengan laju pelan. Sebaliknya, lapangan rumput memantulkan bola dengan sangat cepat dan rendah.
Prestasinya pada arena Grand Slam di tanah liat juga lebih baik, yaitu tiga kali mencapai final Perancis Terbuka dan juara pada 2018. Adapun di Wimbledon, lolos ke semifinal menjadi hasil terbaik petenis Romania itu. Perlahan, kenyamanan bermain di lapangan rumput pun dirasakan Halep. Rasa percaya dirinya muncul tak hanya menjelang semifinal, tetapi juga sejak babak-babak awal.
Ketika akan menghadapi juara Australia Terbuka 2012 dan 2013, Victoria Azarenka, pada babak ketiga, misalnya, Halep menegaskan akan memenangi pertandingan itu. Halep pun menang, 6-3, 6-1.
Sikap mental yang sama diperlukan untuk menghadapi Svitolina, yang untuk pertama kalinya akan tampil dalam semifinal Grand Slam. Mereka hanya berselisih satu tingkat dalam daftar peringkat dunia, Halep ketujuh, Svitolina kedelapan.
Selisih tipis juga terlihat pada hasil pertemuan keduanya. Dalam tujuh pertemuan sejak 2013, Halep tertinggal, 3-4, tetapi memenangi pertemuan terakhir di Doha, Qatar, Februari.
Semangat Svitolina sebagai petenis putri Ukraina pertama yang lolos ke semifinal Grand Slam juga patut diwaspadai. Dia tak sabar menanti laga itu dengan tekad melebihi yang telah dicapainya saat ini.
”Menjuarai Wimbledon akan menjadi hasil yang sulit dipercaya, ini adalah turnamen Grand Slam. Saya harus bekerja keras untuk mencapai itu karena tak mudah untuk mencapainya. Saya juga harus menyingkirkan semua rasa takut,” ujar petenis tersukses di negaranya ini.
Sementara itu, kehadiran Serena Williams pada semifinal lain untuk melawan Barbora Strycova menjadikan petenis berusia 37 tahun tersebut sebagai satu-satunya tunggal putri tersisa dengan pengalaman juara Wimbledon. Dihadapkan pada peluang menyamakan rekor Margaret Court sebagai peraih gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal, dengan 24 gelar, Serena tak merasakan tekanan.
Meski sering meluapkan emosi dengan berteriak, mengepalkan tangan, dengan tatapan mata tajam setiap kali memperoleh poin dari posisi sulit, Serena mengatakan, tekanan untuk menyamai rekor Court itu makin berkurang seiring bertambahnya usia.
”Saat bertambah dewasa, tekanan terasa semakin besar. Sekarang, saya sudah melewati itu. Saya sudah melakukan semua yang harus dilakukan dan memiliki karier bagus. Jadi, tekanan itu tak begitu terasa lagi,” kata Serena yang akan menjalani semifinal ke-12 di Wimbledon.
Dengan sikap tersebut, juga dengan kondisi fisik yang bebas dari cedera, petenis berperingkat ke-10 dunia ini bisa fokus pada latihan teknik pada masa persiapan. Pada musim ini, Serena terganggu cedera engkel dan lutut yang membuatnya hanya tampil dalam enam turnamen sebelum Wimbledon. ”Untuk pertama kalinya sejak Australia Terbuka, saya berada dalam kondisi terbaik,” ujar Serena. (AP/AFP/REUTERS)