MEDAN, KOMPAS Kepolisian Resor Binjai meminta keterangan saksi ahli untuk menjerat pemilik dan manajer pabrik perakitan korek api gas (macis) yang terbakar dan menewaskan 30 pekerja, termasuk anak-anak pekerja yang mengantar makanan bagi orangtuanya, di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Polisi menjerat tersangka dengan pasal kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal, pelanggaran ketenagakerjaan, dan lingkungan hidup.
”Kami menjerat pemilik dan dua manajer pabrik dengan pasal berlapis. Mereka membuka tiga cabang perakitan macis untuk menghindari upah minimum, jaminan sosial pekerja, pengurusan izin, dan pajak,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Binjai Ajun Komisaris Wirhan Arif, Rabu (10/7/2019).
Wirhan mengatakan, induk pabrik perakitan macis tersebut adalah PT Kiat Unggul di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Polisi menangkap dan menetapkan tiga orang menjadi tersangka, yakni pemilik sekaligus Direktur Utama PT Kiat Unggul IM, manajer operasional BH, dan manajer personalia RW.
Pabrik perakitan macis terbakar pada Jumat (21/6). Api membesar sangat cepat dan membakar tumpukan macis di pabrik. Pintu depan pabrik terkunci dan jendelanya memakai terali besi sehingga para korban tidak bisa menyelamatkan diri.
Bantuan untuk korban
Untuk mengurangi rasa duka keluarga korban, pendiri Grup Mayapada dan Tahir Foundation, Dato’ Sri Tahir, memberikan bantuan kepada keluarga korban kebakaran. Jumlahnya Rp 25 juta per keluarga untuk 22 ahli waris dari 30 korban meninggal.
Bantuan diserahkan di kantor Redaksi Kompas Biro Sumatera, Medan, Sumut, Rabu. Tahir didampingi Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Langkat Irwan Syahri.
”Saya tak terbayang bahwa ada orang terkunci dan tidak bisa keluar dalam kebakaran itu. Ini meninggalkan kesedihan bagi keluarga. Saya juga orang yang sangat mencintai keluarga,” kata Tahir.
Tahir menyatakan turut berbelasungkawa atas duka yang dialami anggota keluarga. Apalagi para korban merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Tahir berharap keluarga yang ditinggalkan lebih tangguh dalam menjalani hidupnya.
Boniyem (47), keluarga salah seorang korban, mengatakan, kebakaran pabrik macis menyisakan duka mendalam. Dia kehilangan anak perempuan yang selama ini ikut menafkahi keluarga. Putrinya selama ini mendapat upah Rp 500.000-Rp 700.000 per bulan. ”Kami berterima kasih atas bantuan yang dapat meringankan beban keluarga kami,” ujarnya.
Budiman berharap naluri kemanusiaan dalam menolong sesama menjadi gerakan solidaritas di masyarakat. ”Penyerahan bantuan ini adalah tanda bahwa kita bersama dalam kemanusiaan,” katanya. Kejadian tersebut, demikian Irwan, diharapkan menjadi pelajaran agar ke depan semua lebih berhati-hati. (NSA)