Investasi Pendidikan, Genggam Masa Kini dan Masa Depan
Siapa menguasai ilmu pengetahuan, maka dia menguasai dunia
Sebuah kalimat bijak itu sudah akrab dalam keseharian kita. Namun, sudahkah kita benar-benar menjalaninya? Berusaha meningkatkan penguasaan akan ilmu pengetahuan yang begitu banyak terhampar di depan kita?
Perjalanan sekitar sepekan di awal Juli ini ke tiga negara di Eropa bersama PT PLN (Persero) bersama perwakilan dari Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung sedikit banyak membuka wawasan tentang perlunya penguasaan ilmu pengetahuan untuk saat ini dan saat mendatang yang lebih baik.
Kompas bersama dua wartawan lain berkesempatan mengikuti kunjungan kerja PLN yang sepanjang 30 Juni-6 Juli 2019 kemarin berupaya mewujudkan kerjasama dengan tiga universitas di Belanda, Austria, dan Skotlandia untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di perusahaan milik negara tersebut. Sasaran pertama adalah Kampus Fryslan, Universitas Groningen di Leeuwarden, Belanda. Selanjutnya adalah TU Wien di Vienna atau Wina, Austria. Terakhir, yaitu King’s College dan University of Aberdeen di Aberdeen, Skotlandia.
PLN tidak ujug-ujug bisa mengirim pegawainya belajar di ketiga universitas besar di dunia itu, melainkan melalui kerjasama dengan UGM dan ITB yang telah lebih dulu menjalin kerjasama dengan Universitas Groningen, Universitas Teknologi Wien (TU Wien), dan Universitas Aberdeen.
Baca juga : Ke Leeuwarden demi Menjawab Tantangan
“PLN ini perusahaan energi yang menyediakan listrik bagi warga Indonesia. Sepertinya simple dan pendekatannya teknis saja. Padahal, tidak demikian. Apalagi sekarang ketika ada proyek 35.000 mega watt. Itu seperti membuat PLN baru jilid 2. Butuh tenaga-tenaga ahli di banyak bidang yang mumpuni, yang menguasai tidak hanya ilmu teknik tetapi juga sosial, psikologi, juga data science, artificial intelligent (AI), dan lainnya,” kata Direktur Human Capital Management PLN Muhamad Ali, di sela-sela kunjungan kerja.
Hal senada diungkapkan Komisaris PLN Budiman, seperti saat ia membuka pembicaraan di Kampus TU Wien.
Selama beberapa tahun terakhir, kata Ali, PLN telah bekerjasama dengan banyak perguruan tinggi di Tanah Air. Di antaranya, yaitu UGM, ITB, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, dan Universitas Airlangga.
Dengan tiap universitas, PLN bekerjasama untuk melanjutkan pendidikan pegawainya yang telah terseleksi untuk menekuni bidang ilmu tertentu yang menjadi unggulan di tiap kampus dan diperlukan untuk pengembangan badan usaha milik negara tersebut. Untuk ITB dan UGM misalnya, PLN bertujuan menggembleng para pegawainya yang bersekolah di kedua kampus agar unggul, antara lain, di bidang ilmu psikologi, hukum, dan tentu saja teknik terkait energi terbarukan, data science, dan AI.
Dalam dua tahun terakhir, lanjut Ali, kerjasama antara PLN dengan kampus dalam negeri maupun luar negeri memang digencarkan. Para pegawai PLN yang minimal telah 5 tahun mengabdi dan memiliki catatan kinerja bagus, bisa ikut berkompetisi dalam pendaftaran terbuka di divisi human capital untuk melanjutkan pendidikan. Bagi para pegawai lulusan S1 tentunya berkesempatan melanjutkan ke jenjang S2 atau master.
Baca juga : Belajar Data Science dan Hukum Energi di TU Wien dan Aberdeen
Wakil Rektor Bidang Humas, Alumni, dan Internasional UGM Paripurna Poerwoko dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB Bambang Riyanto mengatakan bahwa pihak kampus diundang oleh PLN untuk menyeleksi para pegawainya untuk bisa masuk ke kedua kampus, juga untuk bisa melanjutkan kuliah di luar negeri.
Wakil Rektor Bidang Humas, Alumni, dan Internasional UGM Paripurna Poerwoko dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB Bambang Riyanto mengatakan bahwa pihak kampus diundang oleh PLN untuk menyeleksi para pegawainya untuk bisa masuk ke kedua kampus, juga untuk bisa melanjutkan kuliah di luar negeri.
Seleksi bagi pegawai PLN yang bisa melanjutkan ke kampus luar negeri ternama pun lebih ketat. Diarahkan dan diawasi langsung oleh dekan, guru besar, juga dosen yang memiliki pengalaman menuntut ilmu di luar negeri serta yang memiliki jaringan baik dengan kampus luar negeri.
Dalam kunjungan kerja ini, selain dua wakil rektor, PLN turut menggandeng Guru Besar STEI ITB Suwarno Harjo, Wakil Dekan STEI ITB Nana Rachmana, Dekan Fakultas Psikolgi UGM Faturochman, dan Dekan Fakultas Hukum UGM Sigit Riyanto. UGM khususnya menjadi penghubung ke Universitas Aberdeen dan lebih khusus lagi untuk bidang ilmu hukum energi dan energi terbarukan. Sementara ITB telah memiliki kerjasama panjang dengan TU Wien.
“UGM, khususnya Fakultas Psikologi sudah 17 tahun kerjasama dengan Universitas Groningen. Kerjasama antarkampus begini biasanya diawali oleh individu dengan individu baru kemudian fakultas,” kata Faturochman.
Suwarno Harjo menambahkan, ITB juga sudah cukup lama bekerjasama dengan TU Wien. "Saya sendiri bolak balik ke Vienna, bertemu dengan Prof A Min Tjoa. Sudah banyak mahasiswa ITB melanjutkan studi master dan doktor di sini. Penelitiannya menjawab permasalah publik, termasuk menjawab tantangan dunia industri," kata Suwarno.
Fajar, adalah salah satu lulusan ITB dan kini telah menjadi doktor lulusan TU Wien. Fajar turut mendampingi rombongan selama di TU Wien dan sempat bertukar pengalaman bagaimana studi di kampusnya. Ia mendapat dukungan penuh dari para profesor pembimbing dan memastikan hasil penelitiannya berkualitas serta mampu menjawab masalah riil di lapangan.
Bermanfaat bagi semua
Para pegawai PLN yang lolos uji untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri sepenuhnya dibiayai PLN. Hal seperti ini menguntungkan bagi ketiga pihak, baik kampus lokal, kampus luar negeri, juga PLN sendiri. Dengan kerjasama yang dipererat dengan pertemuan langsung antarketiga pihak, hal-hal yang dimaui setiap pihak bisa langsung diutarakan, dibicarakan, dan disepakati untuk kemudian dilegalkan dengan berbagai perjanjian resmi.
PLN jelas akan mendapat pegawai berkualitas sesuai kebutuhan perusahaan saat ini maupun untuk proyeksi di masa depan. Kampus dalam negeri makin naik kredibilitasnya dengan mempererat kerjasama dengan kampus luar serta membuktikan mahasiswa yang dikirim mampu berprestasi baik serta menjawab tantangan riil di dunia usaha.
Baca juga : Tol Listrik Pertama 275 Kv Sumatera Rampung
Bagi pihak kampus luar negeri, kerjasama ini membuat mereka atau pemerintahnya tidak harus mengeluarkan biaya seperti pemberian beasiswa, memperluas jaringan ke belahan dunia lain, mengembangkan penelitian karena rata-rata penelitian mahasiswa akan terkait dengan kondisi atau isu di dalam negerinya, dan tentunya hal ini menambah pemasukan baik materiil maupun immaterial kepada mereka.
Saat tiba di Aberdeen, misalnya, rombongan kunjungan kerja ini disambut beberapa mahasiswa Aberdeen yang juga pegawai PLN. Dalam obrolan lebih lanjut, mereka mengaku bangga bisa lolos seleksi dan kini menjalani studi di kota kecil yang terkenal sebagai kota industri minyak tersebut. Meskipun mengakui tidak mudah belajar di negeri orang, tetapi kepastian jaminan dari PLN juga dukungan dari kampus membuat mereka tenang menuntut ilmu selama satu tahun untuk jenjang master di sana.
“Memang harus hemat karena di sini apa-apa amat mahal. Tapi dari kantor sudah mencukupi. Untuk studinya, insya Allah, sesuai jadwal 1 tahun selesai dan bisa kembali bekerja. Ditempatkan di mana saja oke nanti. Pasti bermanfaat ilmunya,” demikian jawaban rata-rata dari para pegawai sekaligus mahasiswa tersebut.
Para pelajar pegawai itu ada yang memboyong serta anak dan istrinya, tetapi ada juga yang memilih bertahan berpisah sementara dengan keluarga di Indonesia selama 12 bulan. Lebaran mudik? Banyak yang tidak karena butuh konsentrasi belajar juga guna menekan pengeluaran.
Kehadiran para pelajar pegawai itu turut mewarnai kehidupan warga Indonesia di luar negeri. Saat di Aberdeen, misalnya, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) setempat senang bisa bergaul dengan pelajar pegawai PLN. Yunan Fahmi dari PPI Aberdeen mengatakan ia bisa meluaskan pergaulan dan siapa tahu bagi pelajar yang belum memiliki pekerjaan ada celah untuk bisa melamar dan diterima di PLN.
Menjawab tantangan
“Di era kini dan nanti, data itu penting. Seperti data pegawai PLN. Jumlahnya begitu besar. Kalau tidak ditangani orang-orang di divisi human capital yang tahu data science, menguasai psikologi, tentu bakal keteteran nantinya mengelola asset penting ini,” kata Ali.
Itu baru soal sumber daya manusia. Menurut Ali, PLN memang melakukan perombakan besar untuk bisa menjawab tantangan. Saat ini, baik di kantor pusat maupun di cabang di daerah atau anak-anak perusahaan sudah mengalami penataan penjenjangan strata pegawai. Bukan berarti kalau di daerah itu lebih rendah dari yang di kantor pusat. Penjenjangannya jelas, standar gaji sama sesuai jenjang dan penilaian kerja, naik jenjang berdasar perhitungan key performance index yang sudah ditentukan.
Dengan penguasaan ilmu psikologi yang baik juga data science, diharapkan semua data pegawai PLN mulai tahun ini sudah didigitalisasi. Setiap pegawai dengan catatan kinerja dan latar belakang lain akan tercatat. Olah data dan analisis data pegawai ini akan turut menentukan apakah pegawai A, misalnya, cocok menjabat di divisi X atau lebih tepat di Y. Diharapkan dengan pendekatan science, semua lebih transparan, sesuai minat dan bakat pegawai, dan mesin perusahaan akan bisa dipacu lebih kencang.
“Ke depan PLN perlu divisi legal yang kuat di bidang energi. Untuk itulah, kampus seperti di Aberdeen ini diajak bekerjasama. Aberdeen ini salah satu kampus yang fokus pada bidang ilmu hukum energi terbaik di dunia. Pegawai kami nanti yang lolos bisa ke sini, juga harus praktik bekerja di law firm yang menekuni sengketa energi. Kita butuh itu. Butuh orang yang paham bagaimana sebenarnya kontrak kerja kita dengan perusahaan asing yang kini telah berjalan. Jangan sampai ada celah yang memberatkan kita nanti,” kata Ali.
Ke depan PLN perlu divisi legal yang kuat di bidang energi. Untuk itulah, kampus seperti di Aberdeen ini diajak bekerjasama. Aberdeen ini salah satu kampus yang fokus pada bidang ilmu hukum energi terbaik di dunia.
PLN, seperti ditegaskan Budiman juga Ali, saat ini dan ke depan tentu akan terus berupaya mengembangkan diri. Selain untuk memenuhi kewajiban melayani rakyat dalam pemenuhan energi listrik yang dibutuhkan, juga untuk menjadi perusahaan yang mampu mengalirkan profit menguntungkan. Hal ini sesuai tuntutan yang tersemat di PLN layaknya BUMN lain milik pemerintah.
Baca juga : Senja di Vienna
Baca juga : Aberdeen, si Kota Biru dan Abu-abu
Di era booming energi terbarukan dan ramah lingkungan, misalnya, sudah pasti PLN terpanggil untuk turut menjadi pemain utama. Bagaimana menyiapkan pengelolaan energi geothermal? Energi dari gelombang laut, angin, atau lainnya? Semua yang ada di bumi Nusantara dan siap dikelola jika ada SDM memadai. Untuk itu, menyiapkan SDM yang mumpuni dalam jumlah yang tak sedikit selayaknya dilakukan sedini mungkin. Jangan sampai perusahaan dalam negeri hanya menjadi kuda tunggangan bagi perusahaan luar negeri di negeri sendiri dengan keuntungan sebagian besar mengalir ke luar juga.
Dekan Kampus FryslanAndrej Zwitter, dalam sambutannya, mengatakan, pihaknya berupaya membawa kembali dunia akademik ilmiah ke Provinsi Fryslan dengan membuka kampus Groningen baru di sana.
”Misinya, antara lain, bagaimana membawa mahasiswa, dosen, dunia usaha, atau dunia luar dan pemerintah bersama-sama membantu memecahkan masalah yang terjadi,” kata Andrej.
”Misinya, antara lain, bagaimana membawa mahasiswa, dosen, dunia usaha, atau dunia luar dan pemerintah bersama-sama membantu memecahkan masalah yang terjadi,” kata Andrej.
Kampus Fryslan juga menegaskan data science adalah untuk semua bidang ilmu. Khususnya mahasiswa program master diajak dan ditanamkan untuk menerapkan dan mempraktikkan ilmunya serta bekerja sama dan menerapkan kajian interdisiplin guna menjawab kebutuhan riil yang tengah terjadi.
”Di Fryslan dipelajari dan dikembangkan data science, tapi juga bagaimana impact sosialnya dan bagaimana menghadapi dan mengelolanya. Sebuah hal yang diperlukan ketika dunia bergerak dan banyak kompetensi baru bermunculan berbasis data science,” lanjut Andrej.
Kompetensi Kampus Fryslan yang menjadi bagian dari Universitas Groningen dan menjadi salah satu dari 100 top universitas di dunia ini cocok dengan kebutuhan PLN.
Dari TU Wien, delegasi diterima antara lain oleh dua professor, yaitu Gerti Kappel dan A Min Tjoa. Gerti Kappel mengatakan TU Wien hadir sejak tahun 1815 dan hingga kini memiliki misi “teknologi untuk manusia”. Jadi semua penelitian baik yang murni teknik maupun yang bersinergi dengan ilmu lain, ada untuk menjawab kebutuhan manusia.
A Min Tjoa mengungkapkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal untuk membangun kerja sama jangka panjang antara PLN dan ITB. ”Kami yakin kerja sama ini akan menghasilkan ahli-ahli terutama dalam bidang data science dan IT,” ujar dia.
”Kami yakin kerja sama ini akan menghasilkan ahli-ahli terutama dalam bidang data science dan IT,” ujar dia.
Sampai saat ini, pegawai tugas belajar PLN yang tengah belajar sebanyak 127 dengan berbagai disiplin ilmu di bidang sosial ataupun teknik. Ke depan, PLN akan menambah jumlah pegawai tugas belajar terutama bidang kompetensi baru yang berkaitan dengan digital, sesuai dengan perkembangan saat ini.
Bekerja keras, terbuka terhadap opsi-opsi baru, terus belajar untuk mengembangkan diri. Rasanya tidak hanya bisa dilakukan PLN, tetapi juga setiap perusahaan pun kampus di Tanah Air. Jangan mau sekedar jadi pemain bertahan, ayo berani dan jadi pemenang.