Metromini Kian Terjepit Zaman
Metromini berada dalam posisi sulit. Armada kian uzur dan pembatasan operasional menjadi tantangan zaman yang tak terelakan. Nasib pengusaha dan sopir pun tak menentu.
JAKARTA, KOMPAS - Metromini berada dalam posisi sulit. Armada kian uzur dan pembatasan operasional menjadi tantangan zaman yang tak terelakan. Nasib pengusaha dan sopir pun tak menentu.
Metromini pertama kali hadir pada tahun 1962. Tujuannya untuk kebutuhan transportasi peserta Pesta Olahraga Negara Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO). Kemudian Metromini pun jadi angkutan umum.
"Sekarang (Metromini) dirazia terus karena usia kendaraan mau habis. Trayek sudah tidak bisa diperpanjang lagi. Biasanya kalau ada razia, sopir sengaja berhenti supaya tidak kena. Kami tunggu dikandangin (Metromini) saja jadi besi tua," ucap Viktorius (38) di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (12/7/2019). Viktor merupakan salah satu pengusaha Metromini.
Beberapa tahun silam, Viktor mempunyai 12 bus yang beroperasi di trayek Pasar Minggu-Manggarai dan Blok M-Pasar Minggu. Saat ini, busnya tersisa delapan. Dua di antaranya dikandangkan karena gagal uji kir dan perpanjangan trayek sehingga tidak laik jalan.
Ia mengeluhkan semakin seringnya razia oleh petugas dinas perhubungan setelah video Metromini mengadang Transjakarta menjadi viral. "Jadi rajin razia. Kalau berulah sedikit, pasti ramai razia," ujarnya.
Semua hal itu tentu saja berimbas pada operasional. Pengusaha dan sopir seperti mati segan hidup tak mau.
Saat ini pengusaha Metromini mematok setoran Rp 250.000 per hari. Sebelumnya setoran berkisar Rp 300.000-Rp 500.000.
Setoran ini berkurang seiring penurunan pemasukan sopir dari paling banyak Rp 1.500.000 per hari menjadi paling banyak Rp 1.500.000 per hari.
Adapun patokan harga untuk orang dewasa Rp 4.000. Sedangkan pelajar dan anak-anak Rp 3.000.
Dulu, Viktor menghabiskan biaya sekitar Rp 10.000.000 per bulan untuk sewa garasi, suku cadang, dan montir. Namun, kini, dia punya cara sendiri untuk menekan pengeluaran itu.
Biaya sewa garasi berkurang karena Metromini diparkir di jalan. Sopirlah yang bertanggung jawab akan keamanan bus itu.
Viktor menyebutkan, suku cadang asli mulai langka karena produksinya terbatas. Menyiasati itu, ia mencari suku cadang ke pengepul onderdil bekas. "Bisa juga pakai suku cadang dari truk. Nanti disesuaikan. Bisa dapat setengah harga," kata Viktor.
Guna menambah pemasukan, Metromini yang dikandangkan akan dijual ke pengepul seharga Rp 13.000.000. Metromini itu akan dipotong lalu menjadi besi rongsokan.
Siasat lain dengan menyewakan Metromini untuk rombongan tertentu. Viktor menuturkan, ini sekaligus menghindari razia petugas.
Terkait masa depan Metromini, Viktor berharap ada kepastian terkait rencana integrasi dengan Jak Lingko, program pemerintah DKI Jakarta untuk mengintegrasikan berbagai moda angkutan umum. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada kepastian terkait integrasi itu.
"Saya ingin mengajukan Minitrans untuk ganti Metromini, tetapi belum jelas rincian kerja sama, pembayaran, dan lainnya. Baru ada omongan harus bayar uang muka Rp 150.000.000. Saya tidak berani karena ini uang yang besar dan belum pasti juga," katanya.
Tegas
Keberadaan Metromini di DKI Jakarta ke depan akan diatur lebih tegas dalam satu prinsip manajemen yang profesional. Bus yang tak laik beroperasi akan dikandangkan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, Pemprov DKI Jakarta selama ini telah menggandeng manajemen profesional, PT Transportasi Jakarta, melalui program Jak Lingko dalam penataan Metromini dan Kopaja.
Para sopir angkutan bus tersebut diharapkan mulai ikut bergabung dalam program Jak Lingko apabila bus yang dimiliki sudah tak laik beroperasi.
"Program ini, kan, masih terbuka untuk teman-teman di metromini dan operatornya, silakan bergabung. Begitu programnya selesai, mereka tak ada ruang lagi. Kalau di jalanan nanti masih ditemukan bus tak laik, kami akan tertibkan," ujar Syafrin di Jakarta.
Peremajaan Metromini dan Kopaja ini sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi. Dalam Pasal 51, disebutkan bahwa maksimal usia angkutan umum yang beroperasi di Jakarta berumur 10 tahun. Kenyataannya, Metromini dan Kopaja yang berumur di atas 10 tahun kini masih bebas berseliweran.
Untuk mengawasi itu, Syafrin menegaskan, Dishub DKI akan terus melakukan razia di jalan Ibu Kota. Dia memberi batas waktu kepada para sopir Metromini dan Kopaja untuk segera melengkapi syarat operasional bus dan syarat berkendara bagi sopir bus hingga akhir tahun ini. Jika itu tidak dihiraukan, maka bus harus siap dikandangkan.
"Kami akan adakan operasi besar-besaran hingga akhir tahun ini. Artinya, begitu (bus) yang sekarang masih bodong operasi, tak layak, bisa ketahuan. Begitu dia tak ada penggantian, itu bodong, langsung kandangkan," tutur Syafrin.
Oleh karena itu, menurut Syafrin, jalan satu-satunya bagi para sopir Metromini dan Kopaja adalah bergabung dengan program Jak Lingko. Melalui program itu, para sopir akan diberdayakan sehingga tak perlu lagi memikirkan masalah setoran dan pemeliharaan bus.
"Semua, kan, sudah diatur dan dijamin oleh PT Transjakarta. Yang perlu diingat adalah mereka tak bisa lagi sembarangan menyetir ugal-ugalan," kata Syafrin.
Namun, untuk dapat bergabung dengan program itu, para sopir harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan lolos pendidikan dan pelatihan yang digelar PT Transjakarta selama setahun.
"Dua syarat itu menjadi syarat mutlak. Ini demi aspek keselamatan penumpang, juga kenyamanan pengguna jalan lain," ucap Syafrin.
Beda pola
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Alvinsyah berharap, Metromini dapat bergabung dengan Transjakarta.
Meskipun demikian, ia mengakui, hal tersebut memang tidak mudah dilaksanakan sebab cara berpikir serta pola bisnis yang berbeda antara kedua operator transportasi umum itu.
"Metromini perlu berpikir bahwa ini saatnya berubah. Publik kini sudah memiliki banyak pilihan transportasi umum yang lebih nyaman. Musuh Metromini bukan hanya transportasi umum lain, tetapi juga penggunaan kendaraan roda dua yang masif, serta layanan transportasi daring," tutur Alvinsyah.
Kerja sama antara operator tradisional serta modern bukan hal yang mustahil. Bagi Alvinsyah, kerja sama antara Transjakarta dan Kopaja misalnya sudah cukup bagus.
“Sudah oke lah. Namun, belum maksimal karena ada rute yang cukup sepi penumpang,” tambah Alvinsyah.