Puas, Panglima TNI Ingin Tank BMP-3F Segera Terpenuhi
Performa tank amfibi BMP-3F dalam Latihan Puncak TNI Angkatan Laut Armada Jaya membuat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto puas.
Oleh
ANGGER PUTRANTO/BAHANA PATRIA GUPTA
·3 menit baca
SITUBONDO, KOMPAS — Performa tank amfibi BMP-3F dalam Latihan Puncak TNI Angkatan Laut Armada Jaya membuat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto puas. Kendaraan tempur tercanggih milik Korps Marinir TNI Angkatan Laut tersebut diharapkan segera terpenuhi sesuai target pembelian.
BMP-3F merupakan tank amfibi jenis armoured personnel carrier pabrikan Rusia. Dari target pembelian sebanyak 76 unit, tinggal 22 unit BMP-3F yang belum tiba di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto setelah memantau langsung Latihan Puncak TNI Angkatan Laut Armada Jaya di Pantai Banongan dan Pusat Pendidikan Pelatihan Pertempuran Marinir T12 di Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (13/7/2019).
Tak hanya memantau, Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Siwi Sukma Adji juga menyempatkan masuk dan menembak menggunakan BMP-3F. Hadi dan Siwi sama-sama berkesempatan menembak sasaran sebanyak tiga kali. Semua tembakan tepat mengenai sasaran yang berjarak 1.500 meter.
”Kedatangan saya kali ini untuk menguji kemampuan personel dan materiil. Secara umum, saya menilai profesionalisme prajurit TNI AL meningkat. Demikian juga dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) juga meningkat,” ujar Hadi.
Ia menilai, kondisi dan performa alutsista dalam keadaan optimal dan baik di pengujung masa rencana strategis (renstra) tahap II. Salah satu yang menjadi indikatornya ialah performa BMP-3F yang ditampilkan dalam Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya.
Saya berharap para prajurit terus menyelaraskan dirinya dengan senjata yang mereka operasikan agar keduanya menjadi sejiwa.
Pada akhir latihan, Hadi berdialog dengan prajurit yang mengoperasikan BMP-3F. Hadi berharap dalam waktu dekat, 22 BMP-3F yang dibeli Indonesia dapat segera datang untuk menambah kekuatan TNI. Ia mengungkapkan, BMP-3F nyaman dan mudah dioperasikan.
”Saya yang belum pernah menembak (menggunakan tank) saja merasa enak dan bisa tepat sasaran. Saya berharap para prajurit terus menyelaraskan dirinya dengan senjata yang mereka operasikan agar keduanya menjadi sejiwa,” kata Hadi.
Komandan Batalyon Tank Amfibi 2 Marinir Mayor Marinir Jumarlang mengakui, BMP-3F sebagai kendaraan tempur tercanggih yang dimiliki Korps Marinir TNI AL memang memiliki performa yang baik. BMP-3F dinilai lebih andal daripada pendahulunya, yakni tank PT-76, yang juga sama-sama buatan Rusia.
”BMP-3F mampu mengisi amunisi dari rak amunisi secara otomatis. Selain itu, amunisi yang digunakan juga lebih besar. BMP-3F menggunakan amunisi berkaliber 100 mm, lebih besar dari PT-76 yang menggunakan amunisi 90 mm,” ungkap Jumarlang.
Jumarlang menambahkan, BMP-3F juga mampu menembakkan misil serta dilengkapi senjata lain berupa senapan mesin koaksial 30 mm dan PKT 7,62 mm. Fitur tersebut tidak tersedia di PT-76.
BMP-3F pertama kali tiba di Indonesia tahun 2010 sebanyak 17 unit. Kedatangan kedua BMP-3F pada 2013 sebanyak 37 unit. Saat ini BMP-3F disiagakan di Markas Pasukan Marinir 2 Resimen Kavaleri 2 Marinir Surabaya sebanyak 18 unit dan 36 unit lainnya di Markas Pasukan Marinir 1 Resimen Kavaleri 1 Marinir Jakarta.
Kendati hasil pengujian terhadap 54 BMP-3F pada Latihan Puncak Armada Jaya menunjukkan dalam kondisi baik, performa kendaraan tempur itu akan diuji kembali dalam latihan gabungan. Latihan tersebut akan melibatkan tiga matra, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat.
”Dalam sistem latihan TNI, ada latihan bertahap, bertingkat, dan berlanjut. Setelah para personel mahir, mereka berlatih dalam tingkat satuan. Kali ini, mereka berlatih antarsatuan dalam Latihan Puncak TNI AL bertajuk ’Armada Jaya’. Nanti, keahlian mereka kembali diuji dalam latihan gabungan antarmatra,” kata Hadi Tjahjanto.
Dalam latihan gabungan, ujar Hadi, pihaknya akan menjajal sistem Network Centric Warfare yang mengandalkan penggunaan dan penyebaran informasi untuk memperoleh kemenangan di medan perang. Sistem ini pernah digunakan dalam latihan gabungan radius kecil. Dalam latihan gabungan yang akan datang, TNI akan menjajalnya dalam radius yang lebih luas.