Perjumpaan Satu Jam yang Menyejukkan
Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus di Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019) pagi, terlihat ramai. Tidak seperti biasanya semua pintu masuk stasiun dijaga tentara. Petugas Pasukan Pengaman Presiden berseragam kaus juga terlihat berjaga-jaga di berbagai sudut stasiun.
Satu per satu pejabat dan elite politik datang ke Stasiun MRT Lebak Bulus. Sekretaris Kabinet, yang juga politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Pramono Anung Wibowo tiba paling awal, sekitar pukul 08.30. Sekitar 15 menit kemudian, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan juga tiba di stasiun.
Tidak berapa lama kemudian, Sekretaris Jenderal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Muzani datang. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Erick Thohir, menyusul kemudian.
Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, tiba di Stasiun MRT Lebak Bulus pukul 09.50. Pramono, Budi Gunawan, dan Muzani langsung menyambut Prabowo. Calon presiden 2019-2024 itu kemudian diminta masuk ke ruang VVIP. Sekitar 20 menit kemudian, Jokowi tiba di Stasiun MRT Lebak Bulus.
Prabowo yang sudah menunggu di depan ruang VVIP menghampiri Jokowi sambil memberi sikap menghormat. Jokowi yang berjalan ke arah Prabowo juga membalas dengan sikap hormat. Mereka berjabat tangan, saling mencium pipi kanan dan kiri. Sorak sorai warga yang berada di stasiun pecah menyaksikan kedua tokoh itu. Mereka berupaya mengabadikan momen bersejarah tersebut.
Dalam kawalan Paspampres, Jokowi dan Prabowo menaiki salah satu gerbong MRT dengan rute Lebak Bulus-Hotel Indonesia. Stasiun Senayan menjadi tujuan kedua tokoh itu. Dalam perjalanan selama sekitar 17 menit, Jokowi dan Prabowo yang duduk berdampingan terus mengobrol.
Di Stasiun Senayan, mereka bersama-sama menyampaikan keterangan kepada wartawan dan pendukung. Prabowo dan Jokowi menegaskan bahwa mereka bersahabat. Karena itu, Prabowo dan Jokowi meminta para pendukungnya mengakhiri perselisihan. Momen itu juga digunakan Prabowo menyampaikan selamat bekerja kepada Jokowi.
Bersantap bersama
Seusai memberi keterangan pers, keduanya berjalan kaki sekitar 200 meter dari Stasiun MRT Senayan menuju salah satu pusat perbelanjaan untuk santap siang. Pembicaraan mengenai persatuan Indonesia berlanjut di meja makan restoran Sate Khas Senayan.
Sate ayam, sate kambing, lengkap dengan lontong dan pecel Madiun tersaji di meja makan. Kudapan tradisional, seperti ongol-ongol, mendut, dan cenil, juga dihidangkan di hadapan kedua tokoh itu. Teh tawar dan es kelapa jadi minuman pendamping.
Di tembok, di belakang meja tempat Jokowi dan Prabowo bersantap, ada lukisan dua kelompok tokoh pewayangan yang dipisahkan dengan gunungan. Lukisan sejenis sebenarnya juga ada di restoran Sate Khas Senayan lainnya. Namun, pemilihan latar bersantap kedua tokoh itu dinilai memberi pesan tersirat.
Peneliti folklore dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Sunu Wasono, menuturkan, tokoh wayang yang ada di lukisan ialah Punakawan dan Yaksa. ”Dalam konteks politik, barangkali Punakawan itu representasi rakyat. Jadi, kalau pemimpin yang didukung rukun, rakyat juga jadi rukun,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com.
Pramono Anung mengungkapkan, Sate Khas Senayan dipilih karena menyajikan menu makanan yang disukai Prabowo dan Jokowi. ”Pak Prabowo suka sate kambing, Pak Jokowi suka pecel tahu, tempe. Jadi, kombinasi inilah yang terjadi hari ini dan pertemuan berjalan dengan baik,” katanya.
Sekitar pukul 11.15, Prabowo yang didampingi Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Gerindra Edhie Prabowo keluar dari restoran. Sementara Jokowi bersama Pramono, Budi Gunawan, dan Erick Thohir meninggalkan restoran sekitar 15 menit kemudian.
Pertemuan itu berlangsung sekitar satu jam saja, tetapi masyarakat di sekitar lokasi pertemuan tampak begitu senang menyaksikan momen itu. Tidak hanya itu, banyak pengguna media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan Facebook, mengapresiasi pertemuan yang dianggap menyejukkan. Walaupun tak bisa dimungkiri, ada juga sebagian pengguna internet yang tak terlalu gembira dengan pertemuan ini.
Media asing juga menyoroti pertemuan kedua tokoh itu. Kantor berita AFP yang berbasis di Perancis menyoroti ajakan Jokowi untuk bersatu karena persaingan global semakin ketat. Sementara itu, The Straits Times, media yang berbasis di Singapura, memberi perhatian pada kehangatan dan keakraban pertemuan Jokowi dan Prabowo.
Sosok yang berperan
Jokowi menyampaikan bahwa pertemuan itu sudah digagas lama. Namun, karena kesibukan masing-masing, keduanya baru bisa bertemu kemarin.
Sebelumnya, sudah ada upaya mempertemukan Jokowi dan Prabowo. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga bertemu dengan Prabowo seusai pemungutan suara.
Menurut Budi Karya, pertemuan tersebut dijembatani Budi Gunawan, Pramono Anung, dan Edhy Prabowo. Pertemuan sengaja dilakukan sembari mencoba MRT untuk menunjukkan ”rekonsiliasi” keduanya di hadapan publik.
”Akan lebih baik jika kita bersama di luar secara bersama-sama untuk kegiatan yang luar biasa ini,” katanya.
Sementara itu, Pramono Anung menyebut ada peranan Budi Gunawan di balik pertemuan Jokowi dan Prabowo. ”Pak Budi Gunawan ini, kan, Kepala BIN, tentunya bekerja tanpa suara. Alhamdulillah, apa yang dikerjakan hari ini tercapai,” ujarnya.
Lokasi terbuka
Rangkaian pertemuan kedua tokoh itu berada di ruang publik yang bisa diakses masyarakat umum, yakni di stasiun MRT dan restoran di dalam pusat perbelanjaan.
Terkait alasan pemilihan lokasi, Jokowi menuturkan, MRT dipilih karena Prabowo belum pernah menjajal moda transportasi terbaru dan termodern di Jakarta.
”Sebenarnya pertemuan dimana pun bisa. Mau di rumah Pak Prabowo bisa, di Istana juga bisa, tetapi kami sepakat memilih MRT,” katanya.
Pilihan pertemuan di stasiun MRT dan rumah makan itu diapresiasi banyak pihak.
Pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Arya Fernandes, berpandangan, MRT dipilih karena merupakan tempat yang netral dan tidak menunjukkan simbol politik tertentu.
”Kalau pertemuan diselenggarakan di Istana Presiden, di Hambalang, atau di Kertanegara, itu menunjukkan satu simbol kekuatan politik tertentu. Nantinya ini juga akan membuat salah satu orang menjadi powerfull dibanding yang lain,” ujarnya.
Pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio, berpandangan, tempat umum yang terbuka dipilih karena Prabowo dan Jokowi berniat menyebarkan ”virus” rekonsiliasi. Mereka ingin seluruh pendukung mengikuti keputusan mereka untuk kembali bergandengan tangan setelah kontestasi politik berakhir.
Menurut dia, tidak ada tujuan lain dari pertemuan kedua tokoh itu kecuali ingin mendinginkan suasana dan menyejukkan masyarakat. Sebab, menurut Hendri, jika kedua tokoh itu ingin berbicara serius, apalagi soal koalisi pendukung pemerintah, tentu hal itu akan dilakukan di tempat tertutup.
Peristiwa politik paling ditunggu oleh seluruh elemen bangsa akhirnya terjadi. Lebih kurang satu jam, Prabowo dan Jokowi beraktivitas bersama. Menjajal MRT bersama, makan bersama, berbincang bersama, dan menyampaikan harapan yang sama akan pentingnya persatuan demi Garuda Pancasila dan Merah Putih. Semoga saja ”sinyal” dari kedua tokoh bangsa itu juga bisa perlahan-lahan meluruhkan polarisasi di masyarakat.
(NTA/AGE/MTK/JOS)