LONDON, JUMAT - Menjuarai Wimbledon kesembilan kalinya, untuk menyamai rekor Martina Navratilova, bagai menembus tembok tebal bagi Roger Federer. Untuk pertama kalinya, Federer berhadapan dengan dua rival terberatnya secara beruntun: Rafael Nadal dan Novak Djokovic.
Tugas pertama selesai setelah Federer menghentikan perlawanan ketat Nadal pada semifinal, Jumat (13/7/2019) malam waktu setempat atau Sabtu dinihari WIB. Dalam laga yang mengingatkan pertemuan keduanya pada laga epik, final Wimbledon 2008, Federer menang, 7-6 (3), 1-6, 6-3, 6-4.
Novak adalah juara bertahan dan dia telah menunjukkan status itu pekan ini
Federer berpengalaman mengalahkan Djokovic dalam final Grand Slam, begitu pula Nadal. Dia juga pernah mengalahkan petenis terbaik pada era sebelumnya, seperti Marat Safin pada final Australia Terbuka 2004, Andy Roddick (final Wimbledon 2004), Lleyton Hewitt (final AS Terbuka 2004), serta Andre Agassi (final AS Terbuka 2005). Namun, sang maestro belum pernah menghadapi petenis, dengan kemampuan yang setara dengannya, dalam dua laga beruntun.
Federer menunjukkan kemampuannya sebagai maestro tenis ketika mengalahkan Nadal dalam laga 3 jam 2 menit. Nadal mengalahkan Federer 24 kali dari 39 pertemuan sebelumnya, termasuk dalam pertemuan terakhir di Wimbledon, dalam final 2008.
Tugas di final tak kalah berat. Federer tertinggal 22-25, termasuk 6-9 di ajang Grand Slam. Dia tak pernah menang dari Djokovic sejak semifinal Wimbledon 2012.
Saya tak sabar menanti pertandingan itu
Djokovic memenangi empat pertemuan terakhir, termasuk dalam final Wimbledon 2014 dan 2015. Prestasi itulah yang saat ini dikejar Djokovic, mempertahankan gelar Wimbledon untuk kedua kalinya.
“Novak adalah juara bertahan dan dia telah menunjukkan status itu pekan ini. Dia bermain sangat solid. Bukan tanpa alasan dia menjadi petenis nomor satu dunia, tetapi saya akan mencoba mendorong hingga ke batas kemampuannya meski sulit,” tutur Federer.
Petenis peringkat ketiga dunia ini juga mengatakan, kemenangan atas Nadal meningkatkan kepercayaan dirinya untuk melawan Djokovic. “Saya tak sabar menanti pertandingan itu,” katanya.
Servis akurat serta kemampuannya memenangi reli pada momen kritis menjadi keunggulan Federer saat mengalahkan Nadal. Sebanyak 68 persen servis pertamanya masuk ke lapangan lawan dan 73 persen di antaranya dikonversi menjadi poin.
Keunggulan Djokovic
Namun, Federer harus waspada pada keunggulan Djokovic, salah satunya dalam pengembalian servis. Rata-rata 40 persen poin dari pengembalian servis menempatkan Djokovic sebagai petenis terbaik dalam indikator itu di Wimbledon.
Ini menjadi mimpi sejak saya pertama kali memegang raket tenis
Djokovic juga selalu bisa mengatasi situasi sulit seperti ketika Roberto Bautista Agut menekannya dalam permainan reli, hingga 45 pukulan, pada salah satu perebutan poin di semifinal. Dia juga tak terpengaruh oleh penonton yang biasanya lebih banyak mendukung lawan ketika berhadapan dengan Federer atau Nadal.
“Ini bukan pertama kalinya saya bertemu Federer di Lapangan Utama. Saya punya pengalaman lebih dari sekali. Jadi, saya tahu apa yang harus dilakukan. Berjuang dan memberikan semuanya karena ini final Wimbledon,” ujar Djokovic.
Dengan empat gelar juara, Djokovic adalah petenis aktif kedua dengan gelar terbanyak di Wimbledon. Dia berada di bawah Federer yang delapan kali juara dan tinggal selangkah lagi menyamai prestasi Navratilova untuk menjadi pemain tunggal dengan gelar terbanyak.
“Saya bekerja keras untuk ini, untuk meraih kesempatan lagi meraih trofi juara Wimbledon. Ini menjadi mimpi sejak saya pertama kali memegang raket tenis,” kata Djokovic.
Sambutan selebritas
Pertemuan Federer dan Nadal dalam semifinal mendapat perhatian dari selebritas dari dunia hiburan dan olahraga. Beberapa di antaranya hadir di stadion, seperti David Beckham, Hugh Grant, Jude Law, Leona Lewis, hingga pembaca acara terkenal BBC, David Attenborough.
Persaingan kami belum selesai. Saya akan kembali lagi
Di media sosial, tagar Fedal40 menjadi trending topic dengan banyaknya apresiasi yang diberikan figure publik lainnya. Dalam akun Twitter, penyanyi Donnie Wahlberg bercerita ketegangannya menonton Federer melawan Nadal dari dalam bus saat menjalani tur.
“Terima kasih telah membuat saya menyukai tenis,” kata penjaga gawang tim nasional Spanyol, David de Gea. Apresiasi juga disampaikan mantan pebasket, Kobe Bryant, serta legenda-legenda tenis seperti Rod Laver, Billie Jean King, Patrick McEnroe, dan Pat Cash.
Ketatnya persaingan Federer dan Nadal, di antaranya ditunjukkan dari 243 poin yang diperebutkan. Teknik tinggi yang dimiliki kedua legenda itu membuat laga banyak diwarnai perolehan poin dari posisi sulit.
Mantan petenis, Chris Evert, dan pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou, yang menjadi komentator untuk salah satu stasiun TV pun tercengang ketika Nadal empat kali menggagalkan match point Federer. Federer pun memenangi laga itu setelah berusaha hingga match point kelima.
“Federer tampil lebih baik. Permainan saya, terutama pengembalian servis dan backhand tak sebagus pada babak sebelumnya. Tetapi, persaingan kami belum selesai. Saya akan kembali lagi,” kata Nadal. (AFP/REUTERS)