Festival Sastra Bengkulu Ajang Kreasi Perkuat Tradisi
Tema “Sastra, Anak Muda, dan Tradisi” dipilih untuk memberi ruang tak terbatas kepada anak muda untuk menulis dan mengapresiasi sastra sekaligus mengandung makna agar generasi milenial tidak melupakan tradisi dan budayanya
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA – Festival Sastra Bengkulu atau FSB digelar untuk kali kedua pada 13 – 15 September 2019 di Bengkulu. Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya yang fokus menghadirkan penyair, tahun ini, peserta yang akan hadir merupakan kalangan penulis sastra seperti penyair, cerpenis, novelis dan esais, termasuk para penulis milenial
Pengumuman pendaftaran festival yang diberi tajuk Bengkulu Writers Festival (BWF) tersebut bisa disimak pada situs www.sastrabengkulu.xyz. “Pendaftaran peserta sudah kami buka sejak awal Juli dan sudah puluhan orang mengirim karya,” kata Ketua FSB-BWF Willy Ana dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (14/7/2019).
Tema yang dikedepankan pada FSB-BWF 2019 yakni “Sastra, Anak Muda, dan Tradisi”. Tema tersebut dipilih untuk memberi ruang tak terbatas kepada anak muda untuk menulis dan mengapresiasi sastra sekaligus mengandung makna agar generasi milenial tidak melupakan tradisi dan budayanya.
“Karya sastra, anak muda, dan tradisi merupakan hal yang tidak terpisahkan,” ujar Iwan Kurniawan, kurator sekaligus panitia pengarah FSB-BWF.
Kegiatan tersebut akan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama untuk sastrawan serta penulis lingkup nasional dan internasional. Panitia akan mengundang mereka seusai melakukan proses kurasi terlebih dahulu.
Para penulis dan sastrawan diharuskan mengirim karya kepada panitia untuk diseleksi tim kurator, yang terdiri dari para sastrawan nasional, seperti Kurnia Effendi, Iyut Fitra dan Iwan Kurniawan. “Dari sana panitia akan memilih 50 penulis dengan karya terbaik untuk mengikuti festival,” ujar Ana, yang juga penulis sastra asal Kedurang, Bengkulu Selatan.
Kelompok kedua ditujukan bagi para pelajar dan mahasiswa Bengkulu yang berusia maksimal 25 tahun. Penjaringan para penulis milenial tersebut akan dilakukan oleh kurator nasional seperti Yosi Herfanda.
“Penulis muda, mahasiswa dan pelajar kami persilakan untuk mendaftar dengan membaca informasi di blog resmi FSB,” kata Ana.
Iyut Fitra, salah satu kurator, mengatakan, kurasi akan dilakukan secara ketat mengingat kuota peserta cukup terbatas. “Dengan kuota peserta yang terbatas, yakni 50 orang dari dalam dan luar negeri, maka proses kurasi akan berjalan ketat. Semoga 50 karya terpilih tersebut adalah karya-karya terbaik tahun ini,” ujarnya.
Dukungan pemda
Festival Sastra Bengkulu pertama pada 2018 dianggap sukses oleh berbagai pihak. Para sastrawan yang hadir ke Bengkulu pada FSB 2018 tidak hanya memberi apresiasi kepada panitia, tapi juga Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah beserta jajarannya. Pemerintah Provinsi Bengkulu dinilai telah memberikan dukungan maksimal dalam terselenggaranya kegiatan tersebut.
Peserta juga memberi apresiasi kepada Bupati Kepahiyang Hidayatullah Sahid, yang menjadi tuan rumah penutupan FSB 2018. “Kami berharap gubernur dan semua pihak di Bengkulu kembali memberi dukungan serta membantu kesuksesan FSB 2019,” kata Ana.
Sastrawan, Kurnia Effendi, mengibaratkan, Festival Sastra Bengkulu, sekali melangkah tak surut ke hulu. Menurut dia, literasi di tanah sejarah pendiri republik ini sudah selayaknya terus digali.
“Tahun ini kita hendak menggelorakan potensi penulis muda Bengkulu. Ayo ke Bengkulu,” kata Kurnia, yang belum lama ini mengikuti residensi sastrawan di Belanda.